Minggu, 15 Mei 2016

R.A KARTINI 2016

 Perjuangan Beliau (Ibu Kartini) Sungguh menjadi banggan bagi kaum wanita karena wanita adalah seseorang yang hebat dalam keadaan apapun, karna itu ibu kartini berkata "Habis Gelap Terbitlah Terang" inilah parapejuang bangsa yang akan mengharumkan nama indonesia,  dengan menjadi seorang juara yang cerdas dan menjadi keanggunan tersendiri untuk pandangan orang lain, dengan menciptakan hal baru dalam dunia, membuka jendela kehidupan yang nyata dengan memiliki keharuman nama @R.A_Kartini @Dwi_Munawaroh


MAKALAH GENRE ANAK

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Genre sastra anak
Sebagaimana halnya sastra dewasa, sastra anaka juga mengenal apa yang disebut genre. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum.Atau menurut Mitchell, genre menunjuk pada pengertian tipa atau kategori pengelompokkan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk atau isi.
Hal ini memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang memiliki kesamaan sifat, dan elemen-elemen itu yang menunjukkan perbedaan dengan elemen pada genre yang lain. Misalnya, dalam genre yang disebut fiksi didalamnya terdapat elemen structural, seperti alur cerita, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain, sedangkan dalam genre puisiterdapat elemen, seperti rima, irama, diksi, imaji, dan lain-lain, yang pada prinsipnya elemen-elemen structural diantara keduanya menunjukkan perbedaan dan eksistensi masing-masing.
Lukens mengemukakan beberapa alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu:
1.    Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataan terdapat berbagai genre sastra anak selain cerita atau lagu-lagu bocah yang telah familiar, telah dikenal,dan diakrabi.
2.    Elemen struktural sastra dalam setiap genre berbeda
3.    Memperkaya wawasan terhadapa adanya kenyataan sastra yang bervariasi yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk memilihnya bagi anak.




B.     Fungsi Sastra Anak
Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, Sastra Anak berfungsi sebagai: untuk membentuk kepribadian dan untuk menuntut kecerdasan emosi anak.

C.    Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
1.    Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
2.    Puisi anak mengandung  tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop, cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah situasi masa kini.
Menurut Sarumpaet, ada 3 ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa. 3 Ciri itu yaitu:
1.    Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif.
2.    Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat.
3.    Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.

D.    Macam-Macam Genre Sastra Anak
Lukens mengelompokkan genre sastra ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis.
Berikut ini macam genre sastra menurut Lukens:           
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa suatu cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walaupun tidak harus memang benar-benar ada atau terjadi. Peristiwa dan jalinan peristiwa yang dikisahkan masuk akal dan logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memeng benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat dipercaya (plausible). Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar waktu dan tempat yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realismee yaitu cerita realistime, realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
a.        Cerita Realisme
Cerita realistic (realistic stories) biasanya bercerita tentang masala-masalah social dengan menampilkan tokoh utama protagonist sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pngembangan konflik dan alur cerita. Konflik yang dikisahkan dapat berkaitan dengan masalah diri sendiri, orang lain atau social, dan bersifat realistic sebagaimana dikemukakakan dalam kehidupana sehari-hari. Kaitan antara tokoh , konflik, alur, dan tema harus terjalin dengan baik dan saling berhubungan. Penyelesaian cerita tidak harus simplisistik dan sentimental dan kurang realistik dan adil.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya masalah tidak mudah diselesaikan dan bahkan mungkin tidak terselesaikan. Untuk cerita anaka, cerita lebih banyak diselesaikan, tetapi harus tetap mempertahankan logika cerita. Pembaca anak yang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh protagonist akan menemukan penyelesaian yang belum tentu sesuai dengan harapannya. Cerita realistic dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami dirinya sendiri dan orang lain lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat dipercaya.
a.    Realisme Binatang
Cerita realisme binatang (animal realistim) adalah cerita binatang yang bersifat nonfiksi. Cerita realisme binatang adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang binatang, misalnya yang berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup, dan lain-lain. Maksudnya, cerita ini adalah cerita deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung unsur personifikasi, binatang sebagaimana binatang yang tidak dapat berpikir seperti manusia. Dalam cerita fiksi binatang, biasanya ditambahkan dimensi lain yang memunculkan konflik atau petualangan dalam cerita. Cerita fiksi binatang ini menampilkan cerita binatang yang dapat berbicara, berpikir, dan berkonflik sebagaimana halnya manusia karena cerita itu memang hadir sebagai personifikasi karakter manusia. Dengan demikian, cerita fiksi binatang menjadi tidak realistik, dan sulit diterima secara akal. Oleh karena itu, cerita fiksi binatang tidak dikategorikan sebagai realisme binatang.
Cerita realisme binatang dapat juga ditulis dengan lebih menarik, dan karenanya menawarkan efek keindahan juga. Misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan binatang, baik binatang yang jinak dan familiar maupun binatang yang buas dan langka.
b.    Realisme Historis
Cerita realisme sejarah (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus bersetting pada masa lampau lengkap dengan konsekuensi faktual-logis-nya. Misalnya, deskripsi keadaan tempat, seperti rumah, jalan, dan kondisi, lingkungan alam secara keseluruhan, cara pemakaian tokoh, peralatan hidup, seperti alat untuk memasak, bekerja, transportasi, persenjataan, dan lain-lain harus sesuai dengan latar waktu dan tempat. Cerita biasanyamengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan alur. Contoh cerita sejarah, misalnya Perang diponegoro, Perang Paderi, dan lain-lain yang memang memiliki fakta kesejarahan.
Cerita sejarah dapat dikembangkan menjadi fiksi sejarah (historical fiction) yang didalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun, aspek imajinasi tersebut haruslah dipadukan dengan fakta. Dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang dengan memasukkan unsur legenda, tokoh-tokoh fiktif dan peristiwa-peristiwa fiktif, fiksi sejarah masih dapat dikategorikan dalam kelompok realisme. Cerita sejarah pada hakikatnya memang sejarah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra, cerita sejarah haruslah dikemas dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana.
c.    Cerita  Realisme Olah Raga
Cerita realisme olah raga (sports stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olah raga. Cerita ini dapat berkaitan dengan bermacam-macam jenis dan tim olah raga seperti sepakbola, basket, voli, badminton, dan para olahragawan yang terkenal. Cerita tentang olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk menanamkan karakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, kesederajatan, dan lain sebagainya yang penting untuk pengembangan diri. Jika dikemas dengan cara-cara menarik, cerita tentang olah raga tidak kalah menarik dibanding dengan cerita yang lain.
2.    Fiksi Formula
Genre ini disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walaupun hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau-tidak mau meruapak sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan Detektif, Cerita Romantis, Dan Novel Serial.
a.    Cerita Misteri Dan Detektif
Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang adalah cerita misteri (misteries)  dan cerita detectif (detectives, thrillers). Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas dalam satu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada setiap bagian. Cerita misteri menampilkan daya ketegangan, rasa ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak terjelaskan atau masih misterius, namun pada akhir kisah hal-hal tersebut dapat dijelaskan dan diselesaikan secara masuk akal. Demikian pula halnya dengan cerita detektif dan novel kriminal juga menampilkan sesuatu yang misterius, yang biasanya dimulai dengan mayat atau kasus pembunuhan. Kasus tersebut tetap misterius, tidak terjelaskan, namun pada akhir kisah ditemukan tersangka yang tidak terduga, dengan bukti-bukti yang kuat. Cerita misteri dan detektif biasanya menampilkan seorang hero (pahlawan) atau detektif yang luar biasa dan mungkin berkarakter aneh atau nyentrik.
Pengembangan alur untuk fiksi formula dilakukan dengan hati-hati dan sekaligus untuk menunjukkan kuatnya sang hero/detektif. Daya ketegangan dikembangkan lewat banyangan atau pertanda, penunjukan sedikit demi sedikit, pemecahan masalah (misteri) selangkah demi selangkah, dengan cara yang menyakinkan. Cerita diakhiri dengan terkuaknya misteri atau kasus, terhukumnya pihak yang bersalah, dan kebahagiaan pihak yang benar. Pola-pola tersebut pasti ditemuai dalam cerita misteri atau detektif, dan itu merupakan konvensi yang dapat dipahami orang. Dilihat dari keadaan itu, novel serial Harry Potter (J.K. Rowling) dapat dikelompokkan dalam fiksi formula jenis ini.
b.   Cerita Romantis
Cerita romantis (romantic stories) bukan hal baru dalam realisme, dan kini banyak ditulis untuk pembaca muda. Cerita romantis biasanya menampilkan kisah yang simplisistis (sederhana) dan sentimentalis (haru/penuh perasaan) hubungan laki-laki dengan perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja. Pola-pola hubungan kedua sejoli itu dibuat seolah-olah menjadi begitu sederhana dan romantis, seolah-olah tidak ada urusan lain untuk hidup. Banyak cerita jenis ini memiliki derajat kesamaan pola yang tinggi, baik dalam hal pengembangan alur maupun karakteristik tokoh, sehingga boleh dikatakan bahwa cerita-cerita romantis hanya berbeda dalam penanaman dan bukan dalam hal alur dan karakter tokoh/ oleh namun, cerita romantis perlu dibedakan dengan romance, romansa, yang tidak masuk kategori fiksi formula. Cerita romansa justru memperlihatkan adanya kebebasan imajinasi dan kreativitas penulis dalam mengembangkan cerita.
c.    Novel Serial
Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel tersebut memiliki beberapa cara fokus pengorganisasian walaupun juga dapat bersifat tumpang tindih. Pertama, novel-novel yang diidentifikasikan sebagai “dokumentasi perkembangan tokoh” dengan alur terpisah, tetapi memiliki tema yang mirip. Kedua, novel-novel yang memiliki satu tokoh utama dengan sedikit perubahan karakter sehingga urutan novel menjadi tidak penting. Ketiga, novel-novel dengan tokoh yang konstan dan tanpa perubahan. Novel-novel jenis ini memberikan kemudahan kepada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantasi sering juga disebut sebagai cerita fantasi (literasy fantasy) dan cerita ini mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia nyata. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi adalah cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.
a.    Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantastic stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, tetapi didalamnya juga terdapat sesuatu yang sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan manusia mini di dalam kelompoknya yang memiliki kebiasaan kehidupa sebagaimana halnya kita manusia biasa, baik yang menyangkut kebutuhan fisik, batin, maupun spiritual, tetapi kebenaran cerita itu sendiri tetap diragukan.
Cerita fantasi dapat menampilkan tokoh dan alur yang hampir sepenuhnya fantastik, artinya derajat kebenarannya dipertanyakan, atau gabungan antara unsur realistik dengan fantastik. Cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia dapat dikategorikan dalam cerita fantasi.
b.    Fantasi Tingkat Tinggi
Cerita fantasi tinggi (high fantasy) dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dan kejahatan. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi, dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat menyakinkan pembaca lewat tokoh yang menyakinkan dan konsistensi dunia baru yang dikisahkan. Contoh cerita yang terkenal, misalnya Lord of the Rings (JRR. Tolkien). Cara atau pemilihan sudut pandang pengisahan akan mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh  dan berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita.
Cerita fantasi tinggi biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat sungguh-sungguh atau terlihat nyata.
c.    Fiksi Sains
Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains (science fiction) mengemukakan bahwa fiksi sains adalah fiksi spekulatif dimana pengarang mengambil postulat (perumpamaan/dalil) dari dunia nyata dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Kingsley amis mengatakan bahwa fiksi sains adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sains dan teknologi. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sains kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah murni fantasi atau sains.
Cerita fiksi sains sering berkaitan dengan  kehidupan di masa depan, atau sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa datang. Fiksi sains dapat juga berkaitan dan menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra tradisional
Sastra tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan dimulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan turun-temurun secara lisan. Berbagai cerita tradisional tersebut banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar cerita tersebut tidak hilang dari masyarakat, mengingat kondisi masyarakat saat ini yang telah berubah. Di dunia ini ditemukan banyak sekali cerita rakyat, tidak terhitung jumlahnya, dan menjadi bagian kebudayaan masyarakat pemiliknya. Jenis cerita kelompok genre sastra tradisional ini adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
a.    Fabel
Fabel (fable) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita dapat berbicara, bersikap, dan berperilaku sebagaimana halnya manusia. Pada umumnya cerita fabel tidak panjang, dan secara jelas mengandung ajaran moral, dan pesan moral itu secara nyata biasanya ditempatkan pada bagian akhir cerita. Tujuan penyampaian  ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan sekaligus yang menyebabkan hadirnya fabel di masyarakat.
Pemilihan tokoh binatang dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam bentuk tingkah laku, jadi bukan hanya disampaikan secara verbal dan abstrak. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk menyamarkan ajaran lewat personifikasi binatang agar moral yang disampaikan tidak terlihat langsung dan karenanya pembaca tidak merasa digurui.
Fabel merupakan cerita yang bersifat universal, ditemukan di berbagai masyarakat di dunia. Setting yang digunakan hanya dijadikan latar belakang penceritaan dan tidak jelas waktu kejadian, tetapi biasanya menunjuk ke masa lampau.
b.    Dongeng Rakyat
Dongeng rakyat (folklore) merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng hadir dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik antara baik dan buruk, dan yang baik pada akhirnya pasti menang. Tokoh yang dihadirkan, bisa sesame manusia atau ditambah makhluk lain, seperti binatang atau makhluk halus, jelas berkarakter sederhana, berbelah antara baik dan jahat, sesuai dengan ajaran moral yang ingin disampaikan.
Alur cerita biasanya progresif karena untuk memudahkana pemahaman cerita dengan menampilkan konflik yang tidak terlalu kompleks, dan klimaks sering ditempatkan di akhir kisah. Penyelesaian atau akhir kisah hampir selalu membahagiakan.
c.    Mitologi/Mitos
Mitos (myths) merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa (Makaryk, 1995). Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan, asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci, yang gaib. Kebenaran cerita mitos sebenarnya dapat dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos tersebut tidak pernah mempersoalkannya. Istilah mitos dan mitologi sering dipakai secara bergantian walaupun sebenarnya manusia memiliki nuansa makna yang agak berbeda. Mitos berkaitan dengan cerita itu sendiri, sedangkan mitologi merupakan ilmu sastra yang mengandung konsep mitos, konsep tentang dongeng suci atau gaib yang berkaitan dengan kehidupan dewa-dewa dan makhluk halus lainnya.
d.   Legenda
Legenda (legend) sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran sejarah, dan kurang berkaitan dengan masalah kepercayaan supranatural. Atau legenda juga sengaja dikaitkan dengan aspek kesejarahan sehingga selain memiliki pijakan latar yang pasti, seolah-oleh mengesankan bahwa ceritanya memiliki kebenaran sejarah. Namun, sebenarnya istilah legenda merupakan cerita yang dikisahkan tidak memiliki kebenaran sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan. Legenda menampilkan tokoh-tokoh sebagai pahlawan yang memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat mengesankan. Misalnya Robin Hood, Legenda Sangkuriang, dan lain sebagainya.
e.    Epos.
Cerita epos (folk epics, waracarita) meruapakan sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui. Epos berisi cerita kepahlawanan seseorang yang luar biasa hebat, baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Tokoh cerita dihadirkan melebihi kelumrahan manusia biasa, hebat dalam segala hal, baik yang menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Aksi-aksi kehebatanya berupa aktivitas petualangan, melakukan perjalanan, pencarian dan penemuan yang kesemuanya menunjukkan karakter keberaniannya. Cerita berlatar di suatu masyarakat atau bangas yang terjadi pada masa lampau yang kadang-kadang tidak jelas kapan waktunya. Cerita epos memperlihatkan nilai-nilai penting dari masyarakat, yan dapat member kesan kepada pembaca sehingga dapat memberikan kekuatan moral dan keberanian.
Cerita epos hadir di masyarakat adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolik lewat sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi atau peristiwa yang mengiringinya. Contoh dari cerita epos adalah cerita wayang Mahabharata dan Ramayana.
5.    Puisi
Genre puisi anak dapat berwujud puisi personal. Puisi personal adalah puisi yang sengaja ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis, seperti berbicara tentang alam, keindahan alam, kebaikan seorang ibu, pengorbanan ibu, persahabatan, dan lain sebagainya.
6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan ke dalam genre nonfiksi, khususnya buku-buku yang tidak mmeperhatikan keharmonisan bentuk bahasa dan isi. Bacaan  sastra nonfiksi yang ditulis secara artistik, jika dibaca oleh anak, anak akan segera memperoleh pemahaman sekaligus kesenangan. Cerita ini akan membangkitkan perasaan keindahan pada diri anak yang berwujuk efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dalam genre sastra anak adalah buku informasi dan biografi.


a.    Buku Informasi
Buku informasi (informational books), terdiri atas berbagai macam buku yang mengandung informasi, fakta, konsep dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca. Dari aspek bahasa buku nonfiksi juga dapat mendayagunakan berbagai aspek seperti diksi. Buku nonfiksi membentang dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks, dan yang cocok untuk anak tentu yan berkategori sederhana.
b.    Biografi
Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, tetapi dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan menarik untuk diketahui orang lain atau pada hal-hal tertentu yang memiliki nilai jual. Buku biografi memberikan kejelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh yang dibiografikan sepanjang hayat atau sampai saat buku itu ditulis. Selain itu, biografi dapat digunakan untuk menguraikan sikap dan pandangan tokoh yang bersangkutan, mengklarifikasikan pandangan orang yang selama ini dinilai salah, atau sebaliknya untuk memberitahukan sesuatu yang selama ini belum diketahui orang. Banyak biografi tokoh terkenal yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai bacaan sastra anak. Misalnya, kisah kehidupan para wali (wali sanga) di Jawa, para ilmuwan dan tokoh terkenal seperti Napoleon Bonaparte, Einstein, dan lain sebagainya.

E.     Pembagian Genre Yang Diusulkan
Menurut Burhan pmbagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian genre sastra dewasa dengan masih memanfaatkan pembagian Luckens, genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam fiksi, nonfiksi, puisi dan komik.
1.    Fiksi
Dilihat dari segi isi, fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah. Tokoh atau peristiwa yang dikisahkan memiliki kemungkinan untuk ada dan terjadi di dunia nyata walaupun tidak pernah ada dan terjadi.
Berdasarkan waktu kemunculannya dan penulisannya, fiksi dapat dibedakan kedalam fiksi tradisional dan modern. Fiksi tradisional (folklore) adalah cerita yang telah muncul ratusan tahun yang lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan maupun secara lisan secara turun temurun, dan tidak diketahui pengarangnya, seperti legenda, mitos, fabel, dan sebagainya.
Sedangkan fiksi modern adalah cerita yang ditulis relative baru, pengarang jelas, dan beredar sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau majalah. Cerita ini boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi harus ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak. Misalnya, cerita fiksi formula (detektif dan misteri, novel serial), fantasi, atau cerita realisme dan cerita pendek.
2.    Nonfiksi
Cerita nonfiksi adalah cerita yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang lain yang memiliki kerangka acuan pasti seperti “karangan ilmiah” yang dihasilkan anak-anak dalam pelajaran mengarang di sekolah. Cerita nonfiksi ini berwujud buku informasi, biografi, cerita olah raga, realisme sejarah, dan sebagainya. Walaupun bersifat nonfiksi, buku tersebut dikemas dalam bentuk yang menarik dan memperhitungkan efek keindahan yang dimaksudkan untuk menjadi bacaan anak.
3.    Puisi
Dilihat dari segi isi, pada umumnya puisi merupakan suatu bentuk ekspresi, deskripsi, protes, atau bahkan narasi tentang berbagai persoalan kehidupan termasuk keadaan alam.
Dilihat dari waktu kemunculannya, puisi dibedakan menjadi puisi tradisional dan puisi modern. Puisi tradisional adalah puisi yang tidak pernah diketahui waktu penulisannya dan siapa pengarangnya. Puisi tradisional dapat berupa syair dan pantun, tetapi juga dapat berupa bentuk lisan yang diwariskan secaraturun temurun, seperti tembang-tembang ninabobo yang dinyanyikan ibu atau lagu-lagu anak seperti sluku-sluku bathok, menthog-menthog, dan lain-lain.
Sedangkan, puisi anak modern adalah puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada pengarang, dan tersebar lewat buku atau media massa seperti koran dan majalah.
4.    Komik
Komik adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan. Bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan sudah dapat dimengerti oleh pembaca. Komik sastra anak adalah komik yang layak dan sengaja dimaksudkan untuk bacaan anak. Tentu saja dengan isi yang dibatasi. Contoh komik antara lain Doraemon, Captain Tsubasa, dan lain sebagainya.

F.     Sastra dan Dunia Anak
Secara tidak sadar sebenarnya kita telah belajar sastra sejak kecil. Sastra sebagai bagian dari seni yang indah sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, nasehat-nasehat lewat jalannya cerita atau lagu yang didendangkan tanpa bersifat menggurui bagi anak.
Dunia anak adalah dunia yang penuh warna, penuh imajinasi. Kita dapat mengarahkan imajinasinya ke imajinasi yang baik dengan menggunakan sastra.
Sastra dapat kita kategorikan sebagai sastra lisan (foklor) atau sastra tulis. Sastra lisan adalah jenis sastra yang diungkapkan dari mulut ke mulut, seperti  saat kita mendongeng untuk anak dengan berbagai tokoh atau karakter. Seperti cerita binatang: si kancil anak nakal, semut dan merpati, dsb. Juga tokoh-tokoh lain seperti kisah Cindrelela sang upik abu, Aladin dan lampu  ajaib dan sebagainya. Dengan mendekatkan sastra sejak dini akan membawa karakter yang baik, dari segi kejiwaan dan bahasa anak.