Rabu, 22 November 2017

Jangan Salahkan Jilbabku



Jangan Salahkan Jilbabku
Kilat menyambar-nyambar sore ini ditambah derasnya hujan dan terpaan angin yang kuat. Rumput-rumput basah, semua tanaman merasa senang karena diguyur hujan sore ini. Titik-titik hujan ini membuat alunan nada yang indah pada setiap gemericiknya. Sehingga membuat jendela kamar ini berayun diterpa derasnya angin bercampur hujan.
Aku memutuskan untuk berdiri dan meletakkan novel yang sedang kubaca, kulipat pada sudut kanannya di halaman 296. Aku beranjak ingin menutup jendela, karena memang hujannya sangat deras dan cuaca sangat dingin sekali. Baru beberapa langkah aku mendekat ke jendela, pandangan yang mengejutkan terjadi niatku untuk menutup jendela pun aku urungkan. Kulihat Farah tersungkur pada trotoar di pinggir jalan, tanpa mengenakan jilbab dan ayahnya lah yang menarik dan melepaskan jilbab itu dari kepalanya, rambut Farah yang hitam dan lebat basah diguyur hujan sore itu. Ayahnya menjambak rambut Farah, memukul dan memaki Farah habis-habisan.
Kakiku bergetar, tubuhku langsung lemas, nafasku sesak melihat kejadian sore itu dan tanpa kusadari bulir-bulir air mata ku jatuh mambasahi pipiku. Aku masih terpaku di depan jendela itu, beberapa lama kulihat apa yang selanjutnya terjadi. Mungkinkah ayahnya akan menghentikan perbuatannya itu, tetapi tidaak ayahnya justru semakin brangasan dan kasar terhadap Farah. Aku sudah tidak sanggup lagi melihatnya, jiwaku memberontak saat melihat jilbab Farah diinjak dan dilemparkan ke selokan. Aku menutup jendela dan memutuskan untuk turun menolong Farah, aku berlari melewati anak tangga. Umi dan Abi yang sedang menonton televisi sontak terkejut melihatku berlari, merasa heran, mereka ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi tetapi aku lebih dulu berada dil uar sebelum mereka bertanya, aku berlari menembus hujan, kulewati becek-becek air hujan yang jatuh ke bumi, jilbabku basah kuyup sore itu.
Seketika aku telah sampai di hadapan Farah dan ayahnya. Deeer tamparan yang sangat kuat mendarat di pipi Farah, aku terlambat menangkis tangan ayahnya. Farah tersungkur, lemah. Aku langsung merangkul Farah dan mengangkatnya, minggir Farah biar aku yang bicara pada ayahmu yang tidak ada rasa       kasih    sayang ini.
“Siapa kau ini, tidak usah ikut campur urusan kami.” Gertak ayah Farah.
Aku bicara sambil teriak dan menunjuk-nunjuk wajah ayah Farah, karena memang hujan sudah hampir reda jadi suara ku bisa didengar oleh ayahnya.
“saya, saya adalah Shyfa temannya Farah, temannya yang tidak ikhlas jika sahabatnya diperlakukan seperti ini, apalagi dilecehkan dengan ini”, sambil mengambil jilbab Farah yang sudah lusuh akibat diinjak dan kena air hujan.

Shyfa seperti Harimau yang dibangunkan beberapa ucapannya menggertakkan hati ayah Farah, dia benar-benar marah melihat hal ini.
“Ayah macam apa kau ini hah? Menyakiti anak kandungmu sendiri, melukai hati darah dagingmu, benar-benar laknat Allah sudah di belakangmu.” Sambil mengusap air hujan di mukanya Shyfa menarik tangan Farah dan pergi meninggalkan ayahnya yang masih terpaku di tengah rintik-rintik hujan. Shyfa memberikan kembali jilbabnya agar Farah segera mengenakan jilbab itu, setelah itu Farah pun mengikuti Shyfa yang berlinangan air mata.
Aku berjalan menuju rumahku dan masuk tanpa mengucapan salam, Abi dan Umi yang masih bingung apa yang sebenarnya terjadi akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada kami yang sudah basah kuyup.
“nanti Shyfa cerita yaa, mi bi. Shyfa mau ke kamar dulu, mau mandi dan sholat” Shyfa langsung masuk ke kamar bersama Farah.
“Farah, ini handuk kau segera mandi saja lalu sholat sekarang sudah masuk Maghrib”
Farah hanya mengangguk dan mengambil handuk yang diberikan Shyfa. Shyfa hanya memandangi suasana di luar lewat jendela, matanya nanar mendapati kejadian yang barusan dia lihat, tak terasa air matanya pun mengalir, membayangkan betapa tersiksanya hati Farah dia tidak akan sanggup jika dia yang berada pada posisi Farah saat itu.
Tok… tok… tok… Shyfa. Suara di balik pintu memanggil, ternyata itu umi.
“iya umi, sebentar”. Shyfa berjalan sambil menghapus air mata nya.
“Kamu kenapa belum mandi nak?”
“sebentar lagi mi, Farah sedang mandi”
“oh begitu, ya sudah nanti umi sama abi tunggu meja makan ya, sholat dulu sana.”
“iya mi” jawab Shyfa lalu menutup pintu.
Tidak berselang lama Farah selesai mandi, wajahnya agak sedikit segar dan tida terlalu pucat seperti tadi, hanya saja raut wajahnya benar-benar menggambarkan kesedihan yang luar biasa.
“Farah, bagaimana keadaanmu sekarang?”
“aku sudah lumayan Shyfa, terima kasih atas bantuanmu, jika saja tadi tidak ada kau mungkin sekarang aku sudah disate oleh ayahku” suara Farah berat sekali saat itu.
Sebenarnya aku langsung ingin bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai ayahnya tega melakukan hal demikian padanya, tetapi karena kami belum sholat dan umi sudah menunggu kami dimeja makan jadi aku tunda dulu rasa penasaranku saat itu.Selesai sholat berjamaah aku mengajak Farah untuk turun dan makan malam bersama di bawah, dan Farah mengangguk lalu kami pun turun.
Ketika turun betapa terkejutnya Shyfa melihat seseorang yang sangat dia kenali dan rindukan ada di meja makan bersama umi dan abi nya, ya itu kak Latif kakak kesayangannya.
“subhanaAllah, kak Latif. Shyfa langsung belari dan mencium tangan kakaknya itu. Kenapa kakak tidak memberi tahu kalau kakak mau pulang?”
“kakak disuruh umi dan abi untu merahasiakan kepulangan kakak ini, katanya buat memberi kejutan seperti itu, dan nyatanya adik kakak ini benar-benar terkejut” hhhhh mereka tertawa bersama. Memang sudah hampir satu tahun ini kak Latif tidak pulang ke rumah, dulu setelah tamat dari pondok pesantren kak Latif langsung melanjutkan studinya di Arab Saudi. Dan tahun ini dia baru bisa pulang menemui keluarganya di Indonesia. Kak Latif adalah sosok pengayom bagi Shyfa sifatnya yang lemah lembut serta bijaksana membuat Shyfa sangat sayang kepada kakaknya ini. Bahkan yang mendorong agar Shyfa mengenakan jilbab syar’i adalah kak Latif dan selalu mengingatkan agar Shyfa sholat tepat waktu adalah kak Latif.
Sepertinya Shyfa melupakan sesuatu, Farah yang sedari tadi berdiri mematung di pinggir tangga hanya tersennyum melihat kakak beradik ini saling melepaskan rindu.
“Astaghfirullah, Farah sini kenapa berdiri disitu. Ayo sini aku kenalkan dengan kakakku”
Farah pun mendekati Shyfa, “kak ini temanku, namanya Farah tetangga samping rumah kita dia baru pindah ke sini 3 bulan yang lalu. Dan Farah ini kakak ku, kak Latif yang sering aku ceritakan itu loh. Ganteng kan hihihii?” Cerocos Shyfa.
Kak Latif lalu menyatukan tangannya di depan dada, mengucapkan salam
“Assalamualaikum, senang berkenalan dengan mu saya Latif kakanya Shyfa”
“Waalaikumsallam, saya Farah.”
“sudah kan kenalan-kenalannya, ayo makan Abi sudah lapar ni.” Semua tertawa dan akhirnya makan malam bersama.
Setelah selesai makan malam, kak Latif izin untuk ke kamar duluan mau istirahat karena kecapean seharian di perjalanan. Umi dan Abi memilih bersantai di teras rumah yang berada di samping ruang tengah langsung menghadap ke jalan raya. Sedangkan aku dan Farah langsung menuju kamar untuk istirahat. Sesampainya di kamar aku langsung menginterogasi Farah dengan beribu pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi           kepadanya.
“Farah, sekarang kau jujur, kenapa ayah mu bisa sebegitu marah padamu? Apa yang sebenarnya terjadi, jujur aku sangat tidak terima ketika ayahmu menarik jilbabmu dan melemparnya ke selokan, itu bagai pelecehan yang luar biasa terhadap kaum wanita aku sangat tidak setuju Farah. Kenapa ayahmu sampai melakukan      hal       itu?”
Farah membenahi tempat duduknya di pinggir kasur, ia menatap lekat mata Shyfa dan mulai menangis sesegukkan. Shyfa semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

“Semuanya berawal 4 bulan yang lalu sebelum aku dan ayah pindah kesini, saat itu aku mempunyai kekasih yang usianya sangat jauh denganku. Dan ayah tidak menyetujui hubungan kami, terlebih ayah adalah seorang ustad di kampungku dan ayah juga tahu aku mengenakan jilbab panjang dan aku terkadang juga mengenakan cadar saat ke luar rumah. Ayah sangat tidak menyukai Ahmad karena ayah menganggap Ahmad sudah mencuci otak ku, aku jadi sering membantah dan melawan kepada orangtuaku, tidak mendengarkan nasehat-nasehat mereka, kuliahku jadi berantakan aku jadi sering terlambat masuk kelas, dan jarang mengerjakan tugas kampus. Suatu ketika ayah melihatku mengetahui sedang bertelfonan dengan Ahmad dan saat itu juga Handphoneku langsung dilempar ayah ke luar rumah, ayah marah besar terhadapku. Suatu malam saat ayah sedang ada pengajian di Masjid, aku pergi bersama Ahmad ke suatu tempat dan aku melepas jilbabku saat itu, ya Allah ampuni aku”. Farah semakin sesegukan menangis, dan aku mencoba menenangkannya.
Dia melanjutkan ceritanya, “aku adalah seorang anak piatu ibuku meninggal dunia saat melahirkan adikku dan naasnya lagi adikku juga meninggal saat itu. Ayah sangat terpukul, berminggu-minggu dia tidak banyak bicara dan mengurung diri di kamar. Ayah hampir gila saat itu, untuk beberapa saat aku bisa melupakan Ahmad dan tidak berpacaran lagi. Aku merawat ayahku dengan penuh kasih sayang, lambat laun ayah sudah mulai mau makan dan sudah mau mengikhlaskan kepergian ibuku dan adikku.
Sejak itulah ayah sangat disiplin terhadapku, segala gerak-gerikku selalu dibatasi oleh ayah, tidak boleh kesana-kemari, tidak boleh mengenal laki-laki. Setelah aku kuliah, lagi-lagi aku mengenal laki-laki namanya Ilham, dia satu kampus denganku dan satu jurusan juga. Ilham sangat baik terhadapku, mengajarkan banyak hal. Lagi-lagi aku terperdaya olehnya, aku pamit kepada ayah pura-pura mengerjakan tugas padahal aku pergi bersama Ilham. Dan dua bulan berikutnya aku mengalami demam tinggi, kepalaku sering pusing, dan aku sering muntah-muntah. Ayah berinisiatif untuk mengajak ku ke Rumah Sakit, sesudah diperiksa dokter, dokter memvonisku kena penyakit Leukimia dan lebih mengejutkan lagi aku      hamil.
Betapa ayah sangat terkejut saat itu, selama perjalanan pulang tidak sepatah kata pun diucapkan oleh ayah, ayah ngebut sekali membawa mobil aku tau saat itu ayah pasti sangat marah besar kepadaku, aku hanya bisa menangis dan meratapi nasibku.
Dan seperti yang kau lihat tadi, itulah puncaknya ayah memarahiku saat ayah tau Ilham tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya”. Farah menangis dalam pelukan Shyfa mereka hanyut dalam haru malam itu, Shyfa memeluk Farah.
“aku tahu perasaanmu saat ini Farah, aku kau pastilah sangat terpukul Farah, tapi satu pintaku padamu Farah, demi Allah jangan kau gugurkan kandunganmu ini, aku mohon Farah kasihan anak ini dia sama sekali tidak bersalah” lirih Shyfa.
“aku tahu Shyfa, tapi jujur aku malu dan ayah selalu memaksaku untuk mengugurkan kandungan ini, ayah malu karena aku adalah anak seorang ustad yang mengenakan jilbab panjang dan cadar tapi melakukan dosa besar yang tida ada ampunan di mata Allah, Shyfa” air mata Farah semakin deras mengalir.
“Allah maha pengampun Farah, bertaubatlah taubatan nasuha, insyaAllah.”
Pagi-pagi sekali setelah aku bangun dari tidur, kulihat Farah sudah tidak ada lagi di kamar, aku keluar dan kudapati Umi yang sedang menyapu di halaman.
“Mi, Farah kemana?”
“Farah baru saja pulang, katanya takut dicari ayahnya, begitu”
Aku merasa lega karena Farah ada di rumahnya, dan aku memutuskan untuk ke kamar. “Tok… tok… tok… dik, sudah mandi belum?”
Ternyata kak Latif yang mengetuk pintu, “engh belum kak, kenapa?”
“Kita pergi ke taman yuk, sudah lama kakak tidak ke sana rindu sekali rasanya”. “iya kak, Shyfa siap-siap dulu ya”.
Sesampainya di taman kak Latif mengajak ku duduk di depan danau, di bawah pohon yang rimbun. “sudah lama sekali kakak tidak kesini dan susananya tidak jauh berbeda seperti setahun lalu. “Bagaimana kuliahmu dik? lancar kan?” Tanya kak Latif
“iya alhamdulillah lancar kak, kakak sendiri bagaimana skripsi nya sudah selesai belum?”
“sebentar lagi rampung dik, tahun-tahun ini lah insyaAllah kakak akan diwisuda”
“wah, alhamdulillah kalau begitu kak. Tidak terasa sebentar lagi kakak akan jadi sarjana”
“doakan kakakmu ya semoga diberikan kelancaran, eh iya kakak boleh tanya tidak?”
“tanya apa kak?”
“yang tadi malam itu temanmu ya, siapa namanya, Farah ya? Kuliah dimana dia”
“iya Farah, dia kuliah di IAIN Malang kak, kenapa?”
“eh tidak, anggun sekali ya, matanya indah, teduh melihatnya dan jilbabnya itu yang membuat kakak kagum terhadapnya.”
“hah… kakak kagum kepada Farah?” Shyfa kaget.
“iya, kakak kagum padanya walaupun baru melihatnya semalam”
“kak, sebentar lagi Dzuhur mari pulang”
“loh, kok pulang? nanti saja dik kakak masih rindu tempat ini”
Shyfa sudah berjalan meninggalkan kak Latif tanpa mempedulikan apa yang diucapkan kakaknya itu, dan akhirnya kak Latif pun mengikuti Farah dari belakang.
Ketika telah sampai di rumah ternayata Farah sudah menunggu Shyfa yang punya janji dengannya semalam untuk ke toko buku. Farah ngobrol bersama umi di teras rumah, mereka menyambut kepulangan Shyfa dan kak Latif. Kak Latif yang mengetahui ada Farah di rumah nya hanya tersenyum dan memandangi Farah yang mengenakan jilbab panjangnya berwarna biru muda dan gamis yang sepadan dengan jilbabnya. Mereka beradu pandang dan langsung menundukkan pandangannya masing-masing sambil menahan senyum mereka.
“Kita jadi ke toko bukunya?” tiba-tiba Shyfa mengejutkan nya.
“eh, iya jadi Shyfa.”
“ya sudah, nanti kita minta antar kak Latif saja, sekalian dia mau silahturahmi ke tempat gurunya sewaktu di pesantren dulu, iya kan kak?”
“iya dek, tapi kita sholat Dzuhur dulu ya.”
Mobil sedan itu pun melaju, selama di perjalanan kak Latif selalu memandangi wajah Farah yang anggun dengan jilbab birunya itu, melalui kaca. Shyfa yang mengetahui hal itu langsung berkomentar.
“kak Latif dari tadi mandangin Farah terus, ntar jatuh cinta loh.” Rayu Shyfa.
“ah kamu ini dik, nggak kok.”
Farah hanya tersenyum tersipu malu mengetahui hal itu.
Sesampainya di toko buku, kak Latif langsung izin pergi untuk menemui gurunya.
Tiba-tiba telepon rumah berdering, umi yang sedang memasak di dapur langsung berlari kecil untuk mengangkat telepon tersebut. Suara laki-laki menyapa dari balik gagang telepon.
“Assalamualaikum, benar ini dengan uminya Shyfa?”
“waalaikumsalam, iya benar maaf ini siapa ya?”
“saya Bayu temannya Shyfa, tadi saat di toko buku Farah pingsan dan sampai saat ini belum sadarkan diri, Shyfa pesan dia pulangnya agak terlambat nanti”
“astaghfirullah, ya sudah sekarang Farah di rumah sakit mana biar nanti umi juga ke sana.”
“di Rumah Sakit Mitra Sejahtera umi, sudah dulu ya ini ada ayahnya Farah yang baru sampai, assalamualaikum.”
“iya-iya, waalaikumsallam.”
Umi terlihat gelagapan saat itu, dia ingin ke rumah sakit tapi abi sedang ada di kantor. Jadi umi memutuskan untuk menghubungi Kak Latif dan mengajaknya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, umi dan kak Latif langsung berlari menuju ruangan tempat Farah dirawat. Tepat di depan pintu kamar umi melihat Shyfa yang berlinangan air mata, ditemani Bayu. Umi langsung memeluk Shyfa dan mengajak Shyfa masuk ke dalam ruangan untuk melihat keadaan Farah. Ternyata di dalam sudah ada ayah Farah yang menemaninya, mata Farah sayu sekali saat itu, bibirnya pucat, dan tetes infus mengalir di tangannya.
“Farah, bagaimana keadaan mu nak” tanya umi.
Farah hanya tersenyum, meyakinkan umi bahwa dia baik-baik saja.
Apa yang sebenarnya terjadi, kamu sakit apa nak?
“Farah terkena penyakit Leukimia mi dan… Farah hamil.” Ungkap Shyfa.
“Apa? Umi dan kak Latif terkejut bukan main saat itu, apa katamu Farah hamil?”
“iya mi, saat di toko buku Farah ke dalam toilet dan mencoba mengugurkan kandungannya.” Derai air mata Shyfa membanjiri setiap jengkal wajahnya.
“astagfirullah, kenapa ini bisa terjadi Farah?” lirih umi.
“itulah yang membuat saya sangat marah kepada Farah beberapa waktu yang lalu, saya sebagai ayahnya merasa sangat malu mengetahui keadaan ini, dan yang lebih membuat saya terpukul adalah bahwa Ilham laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan terhadap Farah. Beberapa kali saya coba memaksa Farah untuk menguguran kandungannya tetapi tetap saja tidak bisa, saya malu, tidak akan ada lagi laki-laki yang mau menjadi suaminya, dan Farah akan merawat anak ini dengan sendirian, saya malu sekali atas apa yang dilakukan Farah.” Nampaknya ayah Farah sangat terpukul, suaranya sangat berat untu mengungkapkan hal yang sesungguhnya.

“Saya yang akan menikahi Farah, saya bersedia menjadi ayah dari anak ini, dan saya akan terima Farah dengan segala kekurangan yang ia miliki, saya bersedia, izinkan saya memperisitri Farah.” Dengan lantang kak Latif menyampaikan isi hatinya.
Semua yang ada di ruangan itu sangat terkejut, terlebih umi dan Shyfa. Dan Farah tidak bisa membendung tangisnya saat itu. Semua memeluk Farah saat itu, dan umi menyatakan mengiznkan kak Latif menikahi Farah, seminggu setelah itu Farah sudah agak pulih dan acara pernikahan pun dilangsungkan, setelah melahirkan Farah ikut kak Latif ke Arab Saudi untuk hidup bersama disana, karena ternyata kak Latif mendapat pekerjaan yang menjamin kelangsungan hidup mereka di Arab Saudi. Farah pun hidup bahagia bersama kak Latif dan malaikat kecil mereka Muhammad Nuzul Fatahillah.

Pengertian Strategi Pembelajaran



PENGERTIAN STRATEGI PENGAJARAN MENURUT PARA AHLI

A.Pengertian Strategi Pengajaran
Kata ‘strategi’ berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang[1]
Muhamad Fuad Athman mengatakan istilah ‘strategi’ adalah berasal dari kata ‘stratego’ (perkataan greek) yang bermaksud saluran-saluran yang ada bagi ketenteraan.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata strategi yaitu: “Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di perang, dikondisi yang menguntungkan”[3] “Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”[4]
Istilah strategi menurut The International Webster’s Student Dictionary of The English Language mengandung arti ‘the science of planning and conducting military campaigns on a broad scale; skill in management; an ingeniuous plan or method’ (Ilmu perencanaan dan pelaksanaan gerakan militer secara luas; keahlian dalam manajemen; rencana yang cermat atau metode).
Menurut B.S. Sidjabat strategi dalam pembelajaran mengandung arti bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.[5]
Pengertian strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip oleh Sukristono, “Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.[6]
Dalam buku yang sama, Hamel dan Prahalad mendefenisikan strategi yang sifatnya lebih khusus, yaitu:
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan, dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi”[7]

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan pengertian strategi secara umum merupakan “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.”[8]
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, menguraikan apa yang dimaksud dengan strategi sebagai berikut:
“Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan, untuk mencapai tujuan, memang strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi, tanpa adanya tujuan yang harus dicapai”.[9]
Dari defenisi tersebut di atas dapat kita simpulkan, bahwa ‘strategi’ adalah suatu proses penentuan rencana yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus yang berfokus pada tujuan jangka panjang untuk mencapai tujuan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Setelah kita melihat pengertian dari ‘strategi’ dan ‘pengajaran’ berikutnya akan diuraikan pengertian dari ‘strategi pengajaran’ dimana terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pembelajaran. Di atas telah dijelaskan bahwa istilah ‘pengajaran’ terkait dengan istilah ‘pembelajaran’. 
Menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya mengemukakan dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves, a particular educational goal; dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[10]
Menurut Oemar Hamalik defenisi strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”[11]
Sementara Kemp, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.[12] Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Carey menyebutkan “bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.[13]
Selain pendapat di atas para ahli pembelajaran lainnya yakni Kozna  mendefenisikan “strategi pembelajaran sebagai setiap kegiatan yang dipilihnya, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.[14]
Gerlach dan Ely, juga menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik”[15]
Gropper, menjelaskan “strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, Gropper juga menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan”.[16]
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat, “strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu rinci dan bervariasi….”[17]
Menurut Hamzah B. Uno sendiri pengertian strategi pembelajaran adalah:
“Cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.[18]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengartikan strategi dalam belajar mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan yang telah digariskan.”[19]
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, penulis merangkum pengertian strategi pengajaran yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
1).    Jenis Strategi Pengajaran
Menurut Oemar Hamalik, memperkenalkan empat jenis strategi pembelajaran yang sepatutnya diketahui guru, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru berperan aktif menyajikan informasi kepada anak didik, yaitu dari hal umum ke hal-hal yang lebih khusus. Setelah itu, anak didik diberi kesempatan untuk memikirkan penerapan konsep yang dipelajarinya.
Jenis strategi ini menuntut seorang guru lebih berperan aktif memperoleh informasi untuk diajarkan kepada anak didik.
2.      Pembelajaran penemuan (discovery learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru memperhadapkan realitas, kasus atau masalah kepada peserta didik. Mereka kemudian memahami dan memecahkannya. Bertolak dari kegiatan itu, peserta didik menemukan dan mengemukakan ide, konsep dan gagasan yang dapat dibawa kedalam kajian yang lebih luas. Jenis strategi ini menuntut siswa-siswa lebih aktif dan kreatif
3.      Pembelajaran penguasaan (master learning)
Pada dasarnya, dengan strategi itu guru menuntun murid untuk menguasai sebuah tahapan belajar sebelum beranjak ke tahapan berikutnya. Kalau peserta didik belum memperlihatkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan dalam suatu tahapan, mereka belum diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar selanjutnya. Jenis strategi ini, menuntut guru lebih sabar, strategi ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran di luar sekolah, misalnya les.
4.      Pembelajaran terpadu (unit learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru menuntun peserta didik untuk memahami sebuah unit kasus atau peristiwa dari berbagai aspek atau sudut pandang sehingga mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh dan integratif.[20][20]
           
Wina Sanjaya, dalam bukunya strategi pembelajaran mengemukakan tujuh jenis strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan standar proses pendidikan, yaitu:
1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dengan strategi ini guru bercerita, berceramah atau bertutur guna menyampaikan konsep, ide, gagasan dan keyakinannya kepada peserta didik. Strategi ini pada dasarnya berfokus pada guru, guru harus bijak dalam mengendalikan proses agar tujuan belajar tercapai.

Strategi Pembelajaran Ekspositori menuntut peran aktif guru dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa dalam pembelajaran cenderung hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru. Terkadang dalam menyampaikan sesuatu materi tertentu strategi ini merupakan strategi yang tepat.
2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri
Dalam strategi ini guru ialah sebagai fasilitator, penuntun dan rekan kerja, dengan demikian gurulah yang memotivasi peserta didik dalam proses belajar agar mereka mencari dan menemukan gagasan.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan topik dan tujuan, kemudian penyajian masalah (kasus) secara tepat dan jelas, mungkin juga perlu dilakukan sebuah demonstrasi. Selanjutnya guru menuntun murid didalam proses belajar melalui berbagai pertanyaan, mengemukakan hipotesa (jawaban sementara), lalu melakukan pengujian untuk akhirnya menarik kesimpulan.


3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Menekankan pada pengenalan masalah agar dapat memahami (analisis), perumusan langkah penyelesaian, pengujian data atau informasi, dan penyimpulan.
4.      Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi menekankan pembentukan kemampuan berpikir peserta didik. Guru menuntun murid bukan hanya untuk mengetahui isi bahan ajar (knowing what), melainkan juga dalam rangka memahami kode belajar dan merumuskan konsep, ide atau gagasan (knowing how).
5.      Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi Pembelajaran yang memiliki asumsi bahwa pengetahuan dibentuk dan dibangun melalui kerjasama dalam aktivitas belajar, termasuk menyelidiki, berdiskusi, memahami dan memecahkan masalah.

6.      Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran itu mengasumsikan bahwa konteks kehidupan sosial dan budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna, orang tidak hanya dapat belajar dari membaca buku atau literatur.
Strategi juga menekankan konsep belajar konstruksionis, yaitu pengetahuan dibentuk melalui penyelidikan hal-hal yang terjadi di lingkungan (konteks) bukan diberikan sebagai hasil olahan.

7.      Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran itu tidak cukup hanya dengan memproses informasi atau meningkatkan kemampuan intelektual. Nilai hidup harus dipraktekkan dan dibiasakan. Strategi ini menekankan metode pemecahan masalah dan penjelasan atau klarifikasi.[21][21]
2).    Cara Memilih  Strategi Pengajaran Yang Tepat
Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut: “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?”. Pertanyaan yang sangat sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif.
Kriteria pemilihan strategi belajar-mengajar, harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat mengusulkan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh seorang guru yang hendak merencanakan strategi mengajar, yaitu sebagai berikut:
  1. Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotoris?
  2. Apakah tujuan itu bertingkat rendah atau tinggi?
  3. Apakah tujuan itu banyak memerlukan reinforcement atau ulangan?
  4. Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar?
  5. Apakah tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
  6. Apakah dituntut keterampilan interpersonal?
  7. Apakah diperlukan keterampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
  8. Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber mengajar?
  9. Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan dermian kurikulum dan misi lembaga pendidikan?
  10. Apakah strategi mengajar itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya dan usaha yang diperlukan?
  11. Apakah diperlukan lebih dari satu strategi mengajar untuk mencapai tujuan?
  12. Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan gaya belajar siswa?[22][22]

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu tidak mudah menjalankan dan melaksanakannya. ‘Menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan’ adalah pertanyaan yang sukar, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru pun mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang berbeda pula. Di samping itu tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk diuraikan (dijabarkan) dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk mencapai hasil yang optimal, dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi perbedaan kemampuan siswa melalui berbagai jenis media instruksional.
Menurut Mager dalam Hamzah B. Uno terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.    “Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2.    Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
3.    Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
4.    Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra peserta didik”. [23]

Menurutnya selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1.    Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2.    Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.    Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.    Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?[24]
Begitu juga dengan Gerlach dan Ely dalam Hamzah B. Uno menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang digambarkan melalui bagan berikut[25]
Rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 
Kondisi Pembelajaran (Perlu dirinci berbagai tingkah laku dan keterampilan)
Menetapkan    berbagai metode dan pendekatan
 
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berpikir strategi pembelajaran manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.
Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling berinteraksi dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu:
1.    “Kegiatan pembelajaran pendahuluan,
2.    Penyampaian informasi,
3.    Partisipasi peserta didik,
4.    Tes, dan
5.    Kegiatan lanjutan”.[26]
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
1.         Orientasi strategi pada tugas pembelajaran
2.         Relevan dengan isi/materi pembelajaran
3.         Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan
4.         Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik secara simultan.[27]

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2008.
Othman, M. Fuad. Pengajian Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2006
Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
Umar, Husein. Strategic Management In Action. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.







[1][1] Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2008.Hal.1

[2][2] M. Fuad Othman, Pengajian Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. (Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2006) Hal.3

[5][5] B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional. (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993). Hal.277
[6][6] Husein Umar, Strategic Management In Action. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[7][7] Husein Umar, Strategic Management In Action. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[8][8] Syaiful Bahri Djamarah & A.Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006). Hal. 5
[9][9] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian.2. (Imperial Bhakti Utama, 2007). Hal. 167
[10][10] Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126
[11][11] Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001 Hal. 201.
[12][12] Wina Sanjaya, Hal.126.
[13][13] Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126.
[14][14] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[15][15] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[16][16] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[17][17] B.S. Sidjabat, Hal.278.
[18][18] Hamzah B. Uno, Hal.3.
[19][19] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Hal. 5.
[20][20] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006 Hal.278
[21][21] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Hal. 279
[22][22] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006 Hal.276
[23][23] Hamzah B. Uno,.  Hal.8
[24][24] Hamzah B. Uno. Hal 8
[24][25] Hamzah B. Uno. Hal.9

[26][26] Hamzah B. Uno
[27][27] Hamzah B. Uno.. Hal.9