Jumat, 28 Oktober 2016

MAKALAH TAHAPAN PENULISAN KREATIF (Pra menulis,Penulisan,pasca penulisan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Penulisan kreatif bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk menyusunnya ke dalam sebuah kalimat dengan struktur yang baik; konsep dari menulis kreatif lebih berbobot daripada menyimpan imaginasi karena tidak semua imajinasi adalah pikiran yang kreatif. Kreativitas lahir di dalam pikiran yang mapan dan matang. Seorang penulis sama baiknya dengan pemikirannya sendiri.
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat yaitu penulis, pesan atau isi tulisan, media berupa tulisan, dan pembaca. Menulis merupakan suatu proses. Untuk menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sastra merupakan salah satu hasil seni. Sebagai hasil seni, seni sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa imajinatif dan emosional. Tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana, bahkan ruang tempat dan waktu kejadian adalah ‘dunia’ ciptaan pengarang. Dunia ciptaan itu mungkin bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan ‘tiruan’ dunia fakta, tetapi bukan tiruan yang sama seperti duplikat atau potret. Tiruan itu lebih merupakan tanggapan penciptanya atas dunia fakta.
Karya sastra sebagai hasil kreativitas, kepekaan pikiran, dan perasaan pengarang dalam menanggapi peristiwa di sekitarnya, menuntut penciptanya untuk memiliki daya kreativitas yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, kreativitas sangat diperlukan agar karya sastra yang dihasilkannya dapat bersifat dulce et utile. Kalau karya yang dihasilkannya tidak dulce et utile, karya tersebut belum dapat dikatakan bernilai sastra. Menurut Horace dalam Pradop hakikat karya sastra adalah dulce et utile, yang artinya menyenangkan dan berguna. Maksudnya, karya sastra harus mampu memberikan kesenangan kepada pembaca, dan berguna bagi kehidupan pembaca dalam menambah kedewasaan dan kebijaksanaan dalam bermasyarakat.
Karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang memberikan kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau komtemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah agama, filsafat, politik, dan budaya, maupun berbagai problem yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan yang tergambar lewat media bahasa media tulisan, dan struktur wacana.[1]
Oleh karena itu, kami mengambil judul “tahap penulisan kretif”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Tahapan penulisan kreatif menurut ahli?
2.      Bagaimana Tahap awal penulisan kreatif?
3.      Bagaimana Tahap saat penulisan kreatif?
4.      Bagaimana Tahap akhir penulisan kreatif?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk Mengetahui Tahap penulisan kreatif menurut ahli.
2.      Untuk Mengetahui  Tahap awal penulisan kreatif.
3.      Untuk Mengetahui  Tahap saat penulisan kreatif.
4.      Untuk Mengetahui  Tahap akhir penulisan kreatif.

D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang tahap penulisan kreatif menurut para ahli, tahap awal, tahap saat penulisan, dan tahap akhir penulisan kreatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tahap Penulisan Kreatif Menurut Para Ahli
Wardhana menyatakan bahwa menulis adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide, gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia menjadi sebuah karya tulis yang dapat dibaca dan mudah dimengerti atau dipahami orang lain. Mac Arthur menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a language skill to convey knowledge and information, artinya menulis merupakan keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.
Menurut Ariadinata menulis merupakan sarana paling ampuh untuk menyampaikan gagasan. Seorang penulis yang baik, mampu menyampaikan gagasan dengan baik pula. Amatlah pantas, jika di negara-negara maju pendidikan di sekolahnya, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi meletakkan kewajiban menulis sebagai sebuah kewajiban yang harus ditempuh. Oleh karena itu, penulis yang baik perlu memperhatikan beberapa syarat mutlak yang harus dikuasai di antaranya: (a) kemampuan menggali masalah, (b) kemampuan menuangkan gagasan ke dalam kalimat dan paragraf, (c) menguasai teknik penulisan seperti penerapan tanda baca (pungtuasi), dan (d) memiliki sejumlah kata yang diperlukan.
Menulis digunakan oleh pelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan menulis dapat dicapai dengan baik oleh seseorang yang dapat menyusun gagasan, pikiran, argumen, dan menuangkannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada penalaran, organisasi, bahasa, ejaan, dan tanda baca yang digunakan.
Keterampilan menulis, sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain, menuntut penguasaan aspek bahasa yang meliputi (a) penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata, (b) penguasaan kaidah-kaidah sintaksis secara aktif, (c) kemampuan menemukan gaya (genre) yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan, dan (d) tingkat penalaran atau logika yang dimiliki seseoran.
Pengertian menulis berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi mengungkapkan pikiran, masalah, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis berupa susunan kalimat dan paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis merupakan sarana komunikasi untuk melakukan negosiasi dan transaksi dalam bentuk bahasa tulis.
Menurut White karangan yang baik dalam prosesnya mempertimbangkan empat hal, yakni (1) the appeal target audience (menentukan target pembaca), (2) a coherent structure (struktur tulisan yang koheren), (3) a smooth, detailed development (ketuntasan pengembangan masalah tulisan), dan (4) an appropriate, well articulated style (gaya tulisan yang menarik). Selain itu, selama proses menulis, penulis perlu serangkaian aktivitas yang melibatkan beberapa fase. Fase-fase tersebut yaitu prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau editing). Ketiga fase tersebut akan dijabarkan seperti berikut ini.
Menurut Stephen king, menulis berarti menciptakan duniamu sendiri. Menurut Seno Gumira Ajidarma menulis adalah suatu cara untuk bicara, berkata, menyapa, menyentuh seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues menulis merupakan  salah satu hal yang paling penting yang kamu lakukan disekolah.
Menurut Eric Gould, Robert Diyanni dan William Smith menulis adalah perilaku kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah pengalaman, tulisan, dan peristiwa. Jadi dapat disimpulkan menulis adalah teks bertutur kata sesuai dengan gaya sendiri, dari yang diketahui dan dialami.[2]
Pada dasarnya, menulis kreatif berbeda dengan menulis ilmiah. Sebagian orang menempatkan menulis kreatif adalah menulis untuk sastra seperti puisi, cerpen, dan sebagainya. Menulis kreatif dibangun dari dua unsur penting, menulis sebagai keterampilan dan kreatif sebagai mentalitas yang cenderung untuk menciptakan. Menulis merupakan keterampilan untuk menuangkan ide dan gagasan secara tertulis. Kreatif berhubungan dengan kemampuan dalam mencipta. Menulis kreatif dapat didefinisikan sebagai proses menulis yang bertumpu pada pengembagan daya cipta dan ekspresi pribadi dalam bentuk tulisan yang baik dan menarik. Artinya, menulis kreatif menekankan pada proses aktif seseorang untuk menuangkan ide dan gagasan melalui cara yang tidak biasa sehingga mampu menghasilkan karya cipta yang berbeda, yang tidak hanya baik tetapi juga menarik. [3]
Jadi menulis kreatif adalah proses yang apabila berlangsung secara konsisten maka akan menjadi keterampilan (skill) sebagai modal untuk menekuni profesi sebagai penulis kreatif. Didalam menulis kreatif ada proses, keterampilan dan profesi.
Menulis kreatif dapat dikatakan sebagai ekspresi cara berfikir dalam menuangkan ide atau gagasan yang tidak biasa sehingga mampu dituangkan menjadi karya yang berbeda. Menulis kreatif bisa menjadi cara baru dalam melihat sesuatu yang memadukan kecerdasan dan imajinasi, dan perpaduan itulah yang menjadi ciri khas dalam menulis kreatif.
Menulis kreatif adalah menulis dengan cara yang berbeda  karena sumber penciptaan karya kreatif pada dasarnya adalah kehidupan manusia itu sendiri. Misalnya seseorang mengalami peristiwa yang sama tetapi dalam penulisannya berbeda. Intinya menulis kreatif memadukan keterampilan menulis dan kreatifitas yang dimiliki seseorang. Menulis kreatif lebih menekankan pada keberanian untuk menulis dan berkarya, atau ingin terlibat dan bergelut dengan kegiatan pengalaman kreatif atau eksteti[4]
B.     Tahap-Tahap Penulisan kreatif
Menurut William Miller tahapan menulis kreatif terdiri atas:
a.       Tahap persiapan atau pra penulisan, yaitu ketika penulis merencanakan, menyiapkan diri, mengumpulkan bahan, dan mencari informasi untuk menulis. Tahap ini penting untuk menentukan arah dan fokus tulisan, membuat tafsiran terhadap realitas yang akan disajikan dalam tulisan, untuk memperkaya jalan cerita serta memperkuat pikiran penulisnya.
b.      Tahap inkubasi yaitu ketika penulis memproses ide dan bahan tulisan yag dimiliki untuk dijadikan jalan cerita, menentukan konflik, dan penyelesaian cerita. Pesan atau amanat cerita sangat ditentukan oleh tahap inkubasi.
c.       Tahap iluminasi yaitu ketika penulis mampu menambahkan dan memperbanyak inspirasi dalam menulis. Ide dan gagasan dapat datang belakangan atau tiba-tiba, maka iluminasi penulis menjadi wadah untuk menampungnya sehingga dapat diwujudkan dalam alur cerita yang lebih menarik.
d.      Tahap verifikasi atau evaluasi yaitu ketika penulis melakukan pengecekan kembali terhadap jalan cerita, memeriksa kembali tulisan yang telah ada. Ada bagian cerita yang tidak perlu dihapus atau ada bagian yang ditambahkan untuk membentuk nilai estetika cerita. Tahap ini membutuhkan kreativitas penulis untuk menyempurnakan cerita agar lebih baik dan menarik.
e.       Tahap publikasi yaitu ketika penulis telah selesai menulis cerita secara utuh dan pantas untuk dipublikasikan. Tulisan yang baik dan menarik sangat layak untuk dipublikasikan.
Menurut Roekhan tahap menulis kreatif dikenal dengan 4P yaitu sebagai berikut:
a.       Tahap pemunculan ide yaitu tahap untuk mengenali bagaimana ide dapat muncul dalam diri penulisnya. Ide sering muncul disembarang tempat dan tanpa mengenal waktu. Untuk itu seorang penulis harus cepat mencatat ide yang muncul agar dapat menjadi bahan yang dapat memperkaya tulisan.
b.      Tahap pengembangan ide yaitu tahap untuk menambahkan atau mengembangkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.
c.       Tahap pelahiran ide yaitu tahap untuk menuangkan ide kedalam bentuk tulisan. Mulailah menulis ide yang telah ditemukan. Namun pada tahap ini terdapat kendala yaitu penulis seringkali terhambat oleh kosa kata, diksi yang tidak memadai, kesulitan dalam merangkai kata, atau kendala psikologis karena penulis merasa takut atau malu untuk membuat tulisan sehingga menyebabkan pelahiran ide menjadi tidak lancar.
d.      Tahap penyempurnaan ide yaitu tahap untuk menyempurnakan tulisan yang sudah dibuat. Biasanya ide bersifat tidak utuh dan tidak sempurna maka diperlukan upaya untuk membaca kembali agar lebih sempurna. Penyempurnaan ide dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh penulis, baik sekali maupun berulang-ulang sampai tulisan tersebut sempurna.
Menurut Yunus tahap penulisan kreatif yang biasa digunakan untuk penulis pemula adalah teknik ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Teknik ATM dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       A = Amati,  yaitu langkah menulis yang dilakukan dengan mengamati penulis yang sudah berhasil, bagaiman cara penulis tersebut menulis, amati kebiasaanya saat menulis, dan amatilah karya sastra yang laris dipasaran, sehingga menumbuhkan atau memberi, inspirasi untuk memulai menulis tentang topic lainnya yang sama dengan cara yang berbeda.
b.      T = Tiru, yaitu langkah menulis yang dilakukan jalan cerita atau tokoh yang disajikan. Meniru pada tahap ini dimaksudkan untuk menjadi inspirasi. untuk merangkai kata, yang meliputi jalan cerita dan cara tokoh dalam bertindak. Meniru dalam kaitan esensi pesan da nisi tulisan yang dibumbui dengan gaya bahasa dan cara penceritaan menurut kita sendiri. Intinya topik boleh sama tetapi cara penyajian tetap berbeda sesuai daya imajinasi dan kreatifitas yang kita miliki.
c.       M = Modifikasi, yaitu langkah menulis yang dilakukan dengan membubuhkan nuansa baru atau jalan cerita yang berbeda dari kisah yang disajikan dalam cerita. Modifikasi berkaitan dengan ciri identic yang membedakan karya yang satu dengan karya yang lainnya. Modifikasi adalah menciptakan banyak perbedaan pada tiap cerita dari kisah yang menjadi inspirasi. Modifikasi pada alur cerita, tokoh, latar, atau sudut pandang dapat menjadi sarana untuk memperkaya cerita yang ingin ditulis.[5]
Jadi dapat disimpulkan tahap menulis kreatif adalah sebagai berikut.
1.      Pramenulis/Prapenulisan (persiapan)
Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis dan merupakan tahap awal dalam penulisan. Tompkins dan Hosskison mengatakan bahwa pramenulis adalah tahap persiapan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pramenulis adalah: (1) memilih topik, (2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca, serta (3) mengidentifikasi dan menyusun ide-ide. Tahap pramenulis sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap menulis selanjutnya. Mahasiswa menyiapkan diri untuk menulis, mereka berpikir tentang tujuan penulisan. Misalnya, apakah mahasiswa akan menulis untuk menghibur, menginformasikan sesuatu, mengklarifikasi, membuktikan atau membujuk. Untuk membantu penulis merumuskan tujuan tersebut, penulis dapat bertanya pada diri sendiri, Apakah tujuan saya menulis topik ini? Mengapa saya menulis topik ini? Dalam rangka apa saya menulis? Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat membantu mahasiswa dalam menentukan tujuan menulis.
Langkah berikutnya, penulis memperhatikan sasaran tulisan (pembaca). Penulis merencanakan, apakah menulis untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain. Penulis memperhatikan, siapa yang akan membaca, bagaimana level pendidikannya, serta apa kebutuhannya. Selain itu, penulis harus mempertimbangkan bentuk atau struktur tulisan yang akan ditulis agar pembaca mudah memahami isi tulisan. Setelah memilih topik, menentukan tujuan (corak wacana), mempertimbangkan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah menata ide-ide tulisan menjadi runtut. Penulis perlu menyusun ide-ide untuk menulis dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan digunakan seorang penulis untuk mempersiapkan diri menulis sebagai fase terakhir prapenulisan. Kerangka karangan atau kerangka konsep adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Artinya, kerangka karangan merupakan panduan seseorang dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan. Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu penulis untuk mengumpulkan dan memilih bahan tulisan yang sesuai. Selain itu, kerangka karangan akan mempermudah pengembangan karangan menjadi terarah, teratur, dan runtut.
Suparno menyatakan bahwa kerangka karangan terdiri atas pendahuluan atau pengantar (berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan), isi/tubuh (butir-butir penting inti karangan), dan penutup. Bagian pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Bagian isi menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan. Bagian akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.
2.      Penulisan (pengembangan isi karangan)
Setelah kerangka karangan tersusun, penulis siap melakukan kegiatan menulis. Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca. Penulis menuangkan butir demi butir ide-idenya ke dalam tulisan. Penulis fokus menuangkan ide-ide dengan tetap memperhatikan aspek-aspek teknis menulis seperti struktur, ejaan, dan tanda baca.
Penulis mengungkapkan ide dan gagasan sekaligus memperhatikan bahasa dalam karangannya. Bagian isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama tulisan. Ide utama di dalam tulisan dapat diperjelas dengan ilustrasi, informasi, bukti, argumen, dan alasan. Oleh karena itu, penulis akan dituntut pada multiple competence terhadap bahasa dan gagasannya. Ketika proses menulis, masalah yang sering dihadapi penulis adalah munculnya ide-ide baru. Sebaiknya, penulis tetap melanjutkan karangannya menjadi utuh sesuai dengan kerangka karangan. Untuk memperbaiki atau menambah ide-ide baru dapat dilakukan setelah karangan selesai ditulis. Agar tidak lupa, penulis dapat menyisipkan ide baru itu dengan mencatatnya pada kerangka karangan atau bagian tulisan yang diinginkan. Penulis dapat menambahkan ide itu sekaligus memperbaikinya setelah selesai menulis atau pada tahap penyuntingan. Pada fase penulisan, setiap butir yang telah direncanakan dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan jenis informasi yang disajikan, pola pengembangan, pembahasan, dan sebagainya. Setelah fase ini selesai, penulis membaca kembali, memeriksa, dan memperbaiki karangannya.
3.      Pascapenulisan (telaah dan revisi atau editing)
Pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar yang kita hasilkan. Kegiatan ini meliputi penyuntingan dan merevisi. Tompkins dan Hosskisson menyatakan bahwa penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, puntuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi lebih mengarah perbaikan dan pemeriksaan subtansi isi tulisan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penyuntingan merupakan kegiatan merevisi atau perbaikan tulisan. Penyuntingan karangan meliputi perbaikan unsur mekanik dan subtansi isi. Fokus pada tahap ini adalah melakukan perubahan-perubahan aspek mekanik karangan. Penulis memperbaiki karangannya pada ejaan dan tanda baca atau kesalahan bahasa yang lain. Tujuan penyuntingan agar karangan lebih mudah dan enak dibaca orang lain. Pada tahap penyuntingan, penulis melakukan kegiatan (a) konsentrasi terhadap karangan, (b) membaca cepat untuk menentukan kesalahan, dan (c) memperbaiki kesalahan. Mahasiswa akan menjadi penyunting yang baik jika konsentrasinya terpusat pada karangan. Mahasiswa dapat melakukan penyuntingan untuk karangan sendiri ataupun karangan milik temannya.
Ketika menyunting, mahasiswa membaca karangan untuk menentukan dan menandai kemungkinan bagian-bagian tulisan yang salah. Dosen dapat memberikan contoh cara menyunting karangan yang baik. Misalnya, dosen membaca salah satu karangan mahasiswa untuk menandai bagian-bagian karangan yang salah atau kurang lengkap. Mahasiswa dapat melihat dan meniru contoh proses penyuntingan yang lakukan oleh dosen. Kemudian, mahasiswa membaca dan menandai bagian-bagian yang salah untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan dalam karangannya.
Setelah membaca dan menentukan kesalahan dalam karangan, mahasiswa kemudian memperbaikinya secara individu atau dengan bantuan orang lain. Beberapa kesalahan mungkin ada yang mudah untuk dikoreksi, ada yang perlu dilihat pada kamus, atau ada yang perlu bantuan dari dosen secara langsung. Disinilah pembelajaran tata tulis yang meliputi ejaan, tanda baca, dan penggunaan struktur atau istilah menjadi bermakna. Mahasiswa benar-benar meresapi keterangan dan perbaikan dari dosen atau rekannya.
Merevisi karangan adalah kegiatan yang fokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan penyusunan kembali isi karangan sesuai dengan kebutuhan pembaca. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1) membaca ulang seluruh draf, (2) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, dan (3) mengubah atau merevisi tulisan dengan memperhatikan reaksi, komentar atau masukan dari teman atau dosen. Setelah itu, penulis membaca kembali tulisan kasarnya. Ketika membaca ulang inilah, penulis membuat perubahan dengan menambah, mengurangi, menghilangkan atau memindahkan bagian-bagian tertentu dalam draf karangan. Penulis dapat menandai bagian-bagian yang akan diubah dengan memberinya tanda-tanda tertentu atau menggarisbawahi.
Proses penyuntingan dapat dilakukan dalam pembelajaran kelompok di kelas. Mahasiswa berdiskusi dan tukar pikiran tentang kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam karangan. Kelompok-kelompok menulis ini sangat penting agar dosen dan mahasiswa melakukan sharing tentang cara-cara untuk menyunting. Kelompok ini dapat dibentuk secara spontan atau sudah dibentuk sebelum perkulihan. Adapun kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini adalah (a) mahasiswa membaca karangannya, (b) mahasiswa lain memberi komentar, (c) mahasiswa membuat pertanyaan, (d) mahasiswa lain memberikan saran, dan (e) penulis merencanakan untuk merevisi. Dalam kegiatan ini, dosen bisa membantu mahasiswa dengan berkeliling dan memonitor setiap kelompok. Kadang-kadang mahasiswa mendapatkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan dalam kelompok sehingga memerlukan bantuan dosen.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka kegiatan pascamenulis (penyuntingan) dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah (1) membaca keseluruhan karangan, (2) menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan atau disempurnakan, (3) melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
Menurut Tompkins & Hoskisson tahap-tahap yang terdapat dalam proses menulis itu bukan merupakan kegiatan yang linier. Pada dasarnya proses menulis bersifat nonlinier, merupakan suatu putaran yang berulang. Ini berarti setelah penulis merevisi tulisannya mungkin ia melihat ke tahap sebelumnya. Misalnya ke tahap pramenulis dengan maksud melihat kesesuaian isi tulisan dengan tujuan menulis.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa mungkin berada pada tahap menulis yang tidak sama. Hal ini karena karakteristik setiap mahasiswa berbeda, ada yang cepat berpikir, ada yang lambat, ada yang selalu meminta bantuan orang lain, ada yang mandiri, dan sebagainya. Dosen sebagai kolabolator mahasiswa, harus mampu mengakomodasi setiap karakteristik mahasiswa. Dosen dapat menolong perkembangan keterampilan menulis setiap mahasiswa semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dosen harus menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis mahasiwa sekaligus memfasilitasi karakter dan pengetahuan mahasiswa yang berbeda tersebut.
Inovasi pembelajaran menulis yang telah dilakukan, terdapat banyak kegiatan. Keterlibatan mahasiswa dalam setiap kegiatan itu sangat berharga dan berguna untuk perkembangan keterampilan menulis. Mahasiswa benar-benar belajar bagaimana cara menulis. Setiap ada kesulitan akan selalu berusaha dipecahkan dengan bantuan orang lain. Hal Ini berarti bahwa dosen dituntut memiliki kemampuan pengelolaan perkuliahan menulis dengan baik. Dosen bukanlah pemimpin kelas, tetapi merupakan kolabolator atau teman para mahasiswa dalam memecahkan berbagai persoalan yang muncul ketika proses menulis esai. Menurut Tompkins & Hoskisson fokus dalam proses menulis terletak pada apa yang dialami, dipikirkan, dan dilakukan dalam proses menulis. Hairstone membagi proses menulis menjadi empat tahap, yaitu tahap: (1) persiapan (preparation stage), (2) inkubasi (incubation stage), (3) pencerahan (illumination and exucution stage), dan (4) verifikasi (verification stage). Berikut ini disajikan tabel tentang langkah-langkah kunci menulis dengan pendekatan proses[6]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Tahap Penulisan Kreatif Menurut Para Ahli
Pengertian menulis berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi mengungkapkan pikiran, masalah, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis berupa susunan kalimat dan paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis merupakan sarana komunikasi untuk melakukan negosiasi dan transaksi dalam bentuk bahasa tulis.
Selain itu, selama proses menulis, penulis perlu serangkaian aktivitas yang melibatkan beberapa fase. Fase-fase tersebut yaitu prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau editing). Ketiga fase tersebut akan dijabarkan seperti berikut ini.
2.      Tahap Awal Peulisan kreatif/Pramenulis/Prapenulisan (persiapan)
Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis dan merupakan tahap awal dalam penulisan. Tahap pramenulis sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap menulis selanjutnya. Bagian pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Bagian isi menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan. Bagian akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.
3.      Tahap Saat Penulisan Kreatif/Penulisan (pengembangan isi karangan)
Setelah kerangka karangan tersusun, penulis siap melakukan kegiatan menulis. Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca. Penulis menuangkan butir demi butir ide-idenya ke dalam tulisan. Penulis fokus menuangkan ide-ide dengan tetap memperhatikan aspek-aspek teknis menulis seperti struktur, ejaan, dan tanda baca.
4.      Tahap Akhir Penulisan Kreatif/Pascapenulisan (telaah dan revisi atau editing)
Pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar yang kita hasilkan. Kegiatan ini meliputi penyuntingan dan merevisi.

B.     Saran
1.      Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya, dan semoga makalah ini dapat memberikan beberapa informasi yang bermanfaat bagi Anda semua.
2.      Bagi para pembaca hendaknya dapat memahami tahapan penulisan kreatif mulai dari tahap awal penulisan penulisan sampai dengan tahap akhir penuisan kreatif.




[1] Jhaykimia, Makalah kreatifitas menulis sastra. dalam http://jhaynkimia.blogspot.co.id/2013/06/ .html, diakses 30 September 2016

[2] Syarifudin Yunus, Kompetensi menulis kreatif,  (Bogor: Ghalia Indonesia,2015), hal . 24-25
[3] Syarifudin Yunus, Kompetensi menulis kreatif…,  hal . 9.
[4] Ibid., hal. 11-15.
[5] Syarifudin Yunus, Kompetensi menulis kreatif…,  hal . 54-58.
[6] Setyawan Pujiono, Konsep Menulis,dalam  http://staff.uny.ac.id/sites/default/files-/pendidikan /Setyawan- Pujiono,M.Pd./Konsep Menulis.pdf, diakses pada 30 September 2016