BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penulisan
kreatif bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran
kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk menyusunnya ke dalam
sebuah kalimat dengan struktur yang baik; konsep dari menulis kreatif lebih
berbobot daripada menyimpan imaginasi karena tidak semua imajinasi adalah
pikiran yang kreatif. Kreativitas lahir di dalam pikiran yang mapan dan matang.
Seorang penulis sama baiknya dengan pemikirannya sendiri.
Menulis
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang
dialami siswa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan
pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam
komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat yaitu penulis, pesan
atau isi tulisan, media berupa tulisan, dan pembaca. Menulis merupakan suatu
proses. Untuk menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukannya
berkali-kali. Sastra merupakan salah satu hasil seni. Sebagai hasil seni, seni
sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan,
pemahaman, tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa
imajinatif dan emosional. Tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana, bahkan
ruang tempat dan waktu kejadian adalah ‘dunia’ ciptaan pengarang. Dunia ciptaan
itu mungkin bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan ‘tiruan’ dunia fakta,
tetapi bukan tiruan yang sama seperti duplikat atau potret. Tiruan itu lebih
merupakan tanggapan penciptanya atas dunia fakta.
Karya
sastra sebagai hasil kreativitas, kepekaan pikiran, dan perasaan pengarang
dalam menanggapi peristiwa di sekitarnya, menuntut penciptanya untuk memiliki
daya kreativitas yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, kreativitas sangat
diperlukan agar karya sastra yang dihasilkannya dapat bersifat dulce et utile.
Kalau karya yang dihasilkannya tidak dulce et utile, karya tersebut belum dapat
dikatakan bernilai sastra. Menurut Horace dalam Pradop hakikat karya sastra
adalah dulce et utile, yang artinya menyenangkan dan berguna. Maksudnya,
karya sastra harus mampu memberikan kesenangan kepada pembaca, dan berguna bagi
kehidupan pembaca dalam menambah kedewasaan dan kebijaksanaan dalam
bermasyarakat.
Karya
sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang memberikan
kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau komtemplasi batin, baik yang
berhubungan dengan masalah agama, filsafat, politik, dan budaya, maupun
berbagai problem yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan yang tergambar
lewat media bahasa media tulisan, dan struktur wacana.[1]
Oleh
karena itu, kami mengambil judul “tahap penulisan kretif”.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
Tahapan penulisan kreatif menurut ahli?
2. Bagaimana
Tahap awal penulisan kreatif?
3. Bagaimana
Tahap saat penulisan kreatif?
4. Bagaimana
Tahap akhir penulisan kreatif?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk
Mengetahui Tahap penulisan kreatif menurut ahli.
2. Untuk
Mengetahui Tahap awal penulisan kreatif.
3. Untuk
Mengetahui Tahap saat penulisan kreatif.
4.
Untuk Mengetahui Tahap akhir penulisan kreatif.
D.
Batasan Masalah
Makalah
ini hanya membahas tentang tahap penulisan kreatif menurut para ahli, tahap
awal, tahap saat penulisan, dan tahap akhir penulisan kreatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tahap Penulisan Kreatif Menurut Para Ahli
Wardhana
menyatakan bahwa menulis adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide,
gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia menjadi sebuah karya
tulis yang dapat dibaca dan mudah dimengerti atau dipahami orang lain. Mac Arthur
menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a language
skill to convey knowledge and information, artinya menulis merupakan
keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.
Menurut
Ariadinata menulis merupakan sarana paling ampuh untuk menyampaikan gagasan. Seorang
penulis yang baik, mampu menyampaikan gagasan dengan baik pula. Amatlah pantas,
jika di negara-negara maju pendidikan di sekolahnya, dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi meletakkan kewajiban menulis sebagai sebuah kewajiban yang
harus ditempuh. Oleh karena itu, penulis yang baik perlu memperhatikan beberapa
syarat mutlak yang harus dikuasai di antaranya: (a) kemampuan menggali masalah,
(b) kemampuan menuangkan gagasan ke dalam kalimat dan paragraf, (c) menguasai
teknik penulisan seperti penerapan tanda baca (pungtuasi), dan (d) memiliki
sejumlah kata yang diperlukan.
Menulis
digunakan oleh pelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau
memberitahukan, dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan menulis dapat dicapai
dengan baik oleh seseorang yang dapat menyusun gagasan, pikiran, argumen, dan
menuangkannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada penalaran,
organisasi, bahasa, ejaan, dan tanda baca yang digunakan.
Keterampilan
menulis, sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain, menuntut penguasaan
aspek bahasa yang meliputi (a) penguasaan secara aktif sejumlah besar
perbendaharaan kata, (b) penguasaan kaidah-kaidah sintaksis secara aktif, (c)
kemampuan menemukan gaya (genre) yang paling cocok untuk menyampaikan
gagasan, dan (d) tingkat penalaran atau logika yang dimiliki seseoran.
Pengertian
menulis berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi mengungkapkan pikiran,
masalah, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis berupa susunan kalimat dan
paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis merupakan sarana komunikasi untuk
melakukan negosiasi dan transaksi dalam bentuk bahasa tulis.
Menurut
White karangan yang baik dalam prosesnya mempertimbangkan empat hal, yakni (1) the
appeal target audience (menentukan target pembaca), (2) a coherent
structure (struktur tulisan yang koheren), (3) a smooth, detailed
development (ketuntasan pengembangan masalah tulisan), dan (4) an
appropriate, well articulated style (gaya tulisan yang menarik). Selain
itu, selama proses menulis, penulis perlu serangkaian aktivitas yang melibatkan
beberapa fase. Fase-fase tersebut yaitu prapenulisan (persiapan), penulisan
(pengembangan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau
editing). Ketiga fase tersebut akan dijabarkan seperti berikut ini.
Menurut
Stephen king, menulis berarti menciptakan duniamu sendiri. Menurut Seno Gumira
Ajidarma menulis adalah suatu cara untuk bicara, berkata, menyapa, menyentuh
seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah
harga kreativitas ditimbang-timbang.
Menurut
Gebhardt dan Dawn Rodrigues menulis merupakan
salah satu hal yang paling penting yang kamu lakukan disekolah.
Menurut
Eric Gould, Robert Diyanni dan William Smith menulis adalah perilaku kreatif
karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah pengalaman,
tulisan, dan peristiwa. Jadi dapat disimpulkan menulis adalah teks bertutur
kata sesuai dengan gaya sendiri, dari yang diketahui dan dialami.[2]
Pada dasarnya, menulis kreatif
berbeda dengan menulis ilmiah. Sebagian orang menempatkan menulis kreatif
adalah menulis untuk sastra seperti puisi, cerpen, dan sebagainya. Menulis
kreatif dibangun dari dua unsur penting, menulis sebagai keterampilan dan
kreatif sebagai mentalitas yang cenderung untuk menciptakan. Menulis merupakan
keterampilan untuk menuangkan ide dan gagasan secara tertulis. Kreatif
berhubungan dengan kemampuan dalam mencipta. Menulis kreatif dapat
didefinisikan sebagai proses menulis yang bertumpu pada pengembagan daya cipta
dan ekspresi pribadi dalam bentuk tulisan yang baik dan menarik. Artinya,
menulis kreatif menekankan pada proses aktif seseorang untuk menuangkan ide dan
gagasan melalui cara yang tidak biasa sehingga mampu menghasilkan karya cipta
yang berbeda, yang tidak hanya baik tetapi juga menarik. [3]
Jadi menulis kreatif adalah proses
yang apabila berlangsung secara konsisten maka akan menjadi keterampilan (skill)
sebagai modal untuk menekuni profesi sebagai penulis kreatif. Didalam menulis
kreatif ada proses, keterampilan dan profesi.
Menulis kreatif dapat dikatakan
sebagai ekspresi cara berfikir dalam menuangkan ide atau gagasan yang tidak
biasa sehingga mampu dituangkan menjadi karya yang berbeda. Menulis kreatif
bisa menjadi cara baru dalam melihat sesuatu yang memadukan kecerdasan dan
imajinasi, dan perpaduan itulah yang menjadi ciri khas dalam menulis kreatif.
Menulis kreatif adalah menulis
dengan cara yang berbeda karena sumber
penciptaan karya kreatif pada dasarnya adalah kehidupan manusia itu sendiri.
Misalnya seseorang mengalami peristiwa yang sama tetapi dalam penulisannya
berbeda. Intinya menulis kreatif memadukan keterampilan menulis dan kreatifitas
yang dimiliki seseorang. Menulis kreatif lebih menekankan pada keberanian untuk
menulis dan berkarya, atau ingin terlibat dan bergelut dengan kegiatan
pengalaman kreatif atau eksteti[4]
B.
Tahap-Tahap Penulisan kreatif
Menurut William
Miller tahapan menulis kreatif terdiri atas:
a.
Tahap
persiapan atau pra penulisan, yaitu ketika penulis merencanakan, menyiapkan
diri, mengumpulkan bahan, dan mencari informasi untuk menulis. Tahap ini
penting untuk menentukan arah dan fokus tulisan, membuat tafsiran terhadap
realitas yang akan disajikan dalam tulisan, untuk memperkaya jalan cerita serta
memperkuat pikiran penulisnya.
b.
Tahap
inkubasi yaitu ketika penulis memproses ide dan bahan tulisan yag dimiliki
untuk dijadikan jalan cerita, menentukan konflik, dan penyelesaian cerita.
Pesan atau amanat cerita sangat ditentukan oleh tahap inkubasi.
c.
Tahap
iluminasi yaitu ketika penulis mampu menambahkan dan memperbanyak inspirasi
dalam menulis. Ide dan gagasan dapat datang belakangan atau tiba-tiba, maka
iluminasi penulis menjadi wadah untuk menampungnya sehingga dapat diwujudkan
dalam alur cerita yang lebih menarik.
d.
Tahap
verifikasi atau evaluasi yaitu ketika penulis melakukan pengecekan kembali
terhadap jalan cerita, memeriksa kembali tulisan yang telah ada. Ada bagian
cerita yang tidak perlu dihapus atau ada bagian yang ditambahkan untuk
membentuk nilai estetika cerita. Tahap ini membutuhkan kreativitas penulis
untuk menyempurnakan cerita agar lebih baik dan menarik.
e.
Tahap
publikasi yaitu ketika penulis telah selesai menulis cerita secara utuh dan pantas
untuk dipublikasikan. Tulisan yang baik dan menarik sangat layak untuk
dipublikasikan.
Menurut
Roekhan tahap menulis kreatif dikenal dengan 4P yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap
pemunculan ide yaitu tahap untuk mengenali bagaimana ide dapat muncul dalam
diri penulisnya. Ide sering muncul disembarang tempat dan tanpa mengenal waktu.
Untuk itu seorang penulis harus cepat mencatat ide yang muncul agar dapat
menjadi bahan yang dapat memperkaya tulisan.
b.
Tahap
pengembangan ide yaitu tahap untuk menambahkan atau mengembangkan ide-ide yang
sudah ada sebelumnya.
c.
Tahap
pelahiran ide yaitu tahap untuk menuangkan ide kedalam bentuk tulisan. Mulailah
menulis ide yang telah ditemukan. Namun pada tahap ini terdapat kendala yaitu
penulis seringkali terhambat oleh kosa kata, diksi yang tidak memadai,
kesulitan dalam merangkai kata, atau kendala psikologis karena penulis merasa
takut atau malu untuk membuat tulisan sehingga menyebabkan pelahiran ide
menjadi tidak lancar.
d.
Tahap
penyempurnaan ide yaitu tahap untuk menyempurnakan tulisan yang sudah dibuat.
Biasanya ide bersifat tidak utuh dan tidak sempurna maka diperlukan upaya untuk
membaca kembali agar lebih sempurna. Penyempurnaan ide dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung oleh penulis, baik sekali maupun berulang-ulang
sampai tulisan tersebut sempurna.
Menurut Yunus
tahap penulisan kreatif yang biasa digunakan untuk penulis pemula adalah teknik
ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Teknik ATM dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
A =
Amati, yaitu langkah menulis yang
dilakukan dengan mengamati penulis yang sudah berhasil, bagaiman cara penulis
tersebut menulis, amati kebiasaanya saat menulis, dan amatilah karya sastra
yang laris dipasaran, sehingga menumbuhkan atau memberi, inspirasi untuk
memulai menulis tentang topic lainnya yang sama dengan cara yang berbeda.
b.
T =
Tiru, yaitu langkah menulis yang dilakukan jalan cerita atau tokoh yang
disajikan. Meniru pada tahap ini dimaksudkan untuk menjadi inspirasi. untuk
merangkai kata, yang meliputi jalan cerita dan cara tokoh dalam bertindak.
Meniru dalam kaitan esensi pesan da nisi tulisan yang dibumbui dengan gaya
bahasa dan cara penceritaan menurut kita sendiri. Intinya topik boleh sama
tetapi cara penyajian tetap berbeda sesuai daya imajinasi dan kreatifitas yang
kita miliki.
c.
M =
Modifikasi, yaitu langkah menulis yang dilakukan dengan membubuhkan nuansa baru
atau jalan cerita yang berbeda dari kisah yang disajikan dalam cerita.
Modifikasi berkaitan dengan ciri identic yang membedakan karya yang satu dengan
karya yang lainnya. Modifikasi adalah menciptakan banyak perbedaan pada tiap
cerita dari kisah yang menjadi inspirasi. Modifikasi pada alur cerita, tokoh,
latar, atau sudut pandang dapat menjadi sarana untuk memperkaya cerita yang
ingin ditulis.[5]
Jadi dapat disimpulkan tahap menulis
kreatif adalah sebagai berikut.
1.
Pramenulis/Prapenulisan
(persiapan)
Pramenulis
adalah tahap persiapan untuk menulis dan merupakan tahap awal dalam penulisan.
Tompkins dan Hosskison mengatakan bahwa pramenulis adalah tahap persiapan.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap pramenulis adalah: (1) memilih topik, (2)
mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca, serta (3) mengidentifikasi dan
menyusun ide-ide. Tahap pramenulis sangat penting dan menentukan dalam
tahap-tahap menulis selanjutnya. Mahasiswa menyiapkan diri untuk menulis,
mereka berpikir tentang tujuan penulisan. Misalnya, apakah mahasiswa akan
menulis untuk menghibur, menginformasikan sesuatu, mengklarifikasi, membuktikan
atau membujuk. Untuk membantu penulis merumuskan tujuan tersebut, penulis dapat
bertanya pada diri sendiri, Apakah tujuan saya menulis topik ini? Mengapa saya
menulis topik ini? Dalam rangka apa saya menulis? Pertanyaan-pertanyaan di atas
sangat membantu mahasiswa dalam menentukan tujuan menulis.
Langkah
berikutnya, penulis memperhatikan sasaran tulisan (pembaca). Penulis
merencanakan, apakah menulis untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.
Penulis memperhatikan, siapa yang akan membaca, bagaimana level pendidikannya,
serta apa kebutuhannya. Selain itu, penulis harus mempertimbangkan bentuk atau
struktur tulisan yang akan ditulis agar pembaca mudah memahami isi tulisan. Setelah
memilih topik, menentukan tujuan (corak wacana), mempertimbangkan pembaca, maka
langkah selanjutnya adalah menata ide-ide tulisan menjadi runtut. Penulis perlu
menyusun ide-ide untuk menulis dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka
karangan digunakan seorang penulis untuk mempersiapkan diri menulis sebagai
fase terakhir prapenulisan. Kerangka karangan atau kerangka konsep adalah suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Artinya,
kerangka karangan merupakan panduan seseorang dalam menulis ketika
mengembangkan suatu karangan. Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu
penulis untuk mengumpulkan dan memilih bahan tulisan yang sesuai. Selain itu,
kerangka karangan akan mempermudah pengembangan karangan menjadi terarah,
teratur, dan runtut.
Suparno
menyatakan bahwa kerangka karangan terdiri atas pendahuluan atau pengantar
(berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan
disajikan), isi/tubuh (butir-butir penting inti karangan), dan penutup. Bagian
pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap
pokok tulisan kita. Bagian isi menyajikan bahasan topik atau ide utama
karangan. Bagian akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada
ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.
2.
Penulisan
(pengembangan isi karangan)
Setelah kerangka karangan tersusun, penulis siap melakukan kegiatan
menulis. Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap,
pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca. Penulis
menuangkan butir demi butir ide-idenya ke dalam tulisan. Penulis fokus
menuangkan ide-ide dengan tetap memperhatikan aspek-aspek teknis menulis
seperti struktur, ejaan, dan tanda baca.
Penulis
mengungkapkan ide dan gagasan sekaligus memperhatikan bahasa dalam karangannya.
Bagian isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama tulisan. Ide utama
di dalam tulisan dapat diperjelas dengan ilustrasi, informasi, bukti, argumen,
dan alasan. Oleh karena itu, penulis akan dituntut pada multiple competence
terhadap bahasa dan gagasannya. Ketika proses menulis, masalah yang sering
dihadapi penulis adalah munculnya ide-ide baru. Sebaiknya, penulis tetap
melanjutkan karangannya menjadi utuh sesuai dengan kerangka karangan. Untuk
memperbaiki atau menambah ide-ide baru dapat dilakukan setelah karangan selesai
ditulis. Agar tidak lupa, penulis dapat menyisipkan ide baru itu dengan
mencatatnya pada kerangka karangan atau bagian tulisan yang diinginkan. Penulis
dapat menambahkan ide itu sekaligus memperbaikinya setelah selesai menulis atau
pada tahap penyuntingan. Pada fase penulisan, setiap butir yang telah direncanakan
dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan jenis informasi yang
disajikan, pola pengembangan, pembahasan, dan sebagainya. Setelah fase ini
selesai, penulis membaca kembali, memeriksa, dan memperbaiki karangannya.
3.
Pascapenulisan
(telaah dan revisi atau editing)
Pascapenulisan
merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar yang kita hasilkan.
Kegiatan ini meliputi penyuntingan dan merevisi. Tompkins dan Hosskisson menyatakan
bahwa penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan
seperti ejaan, puntuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, dan
konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi lebih mengarah perbaikan dan
pemeriksaan subtansi isi tulisan.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas, penyuntingan merupakan kegiatan merevisi atau perbaikan
tulisan. Penyuntingan karangan meliputi perbaikan unsur mekanik dan subtansi
isi. Fokus pada tahap ini adalah melakukan perubahan-perubahan aspek mekanik
karangan. Penulis memperbaiki karangannya pada ejaan dan tanda baca atau
kesalahan bahasa yang lain. Tujuan penyuntingan agar karangan lebih mudah dan
enak dibaca orang lain. Pada tahap penyuntingan, penulis melakukan kegiatan (a)
konsentrasi terhadap karangan, (b) membaca cepat untuk menentukan kesalahan,
dan (c) memperbaiki kesalahan. Mahasiswa akan menjadi penyunting yang baik jika
konsentrasinya terpusat pada karangan. Mahasiswa dapat melakukan penyuntingan
untuk karangan sendiri ataupun karangan milik temannya.
Ketika
menyunting, mahasiswa membaca karangan untuk menentukan dan menandai
kemungkinan bagian-bagian tulisan yang salah. Dosen dapat memberikan contoh
cara menyunting karangan yang baik. Misalnya, dosen membaca salah satu karangan
mahasiswa untuk menandai bagian-bagian karangan yang salah atau kurang lengkap.
Mahasiswa dapat melihat dan meniru contoh proses penyuntingan yang lakukan oleh
dosen. Kemudian, mahasiswa membaca dan menandai bagian-bagian yang salah untuk
mengetahui tipe-tipe kesalahan dalam karangannya.
Setelah
membaca dan menentukan kesalahan dalam karangan, mahasiswa kemudian
memperbaikinya secara individu atau dengan bantuan orang lain. Beberapa
kesalahan mungkin ada yang mudah untuk dikoreksi, ada yang perlu dilihat pada
kamus, atau ada yang perlu bantuan dari dosen secara langsung. Disinilah pembelajaran
tata tulis yang meliputi ejaan, tanda baca, dan penggunaan struktur atau
istilah menjadi bermakna. Mahasiswa benar-benar meresapi keterangan dan
perbaikan dari dosen atau rekannya.
Merevisi
karangan adalah kegiatan yang fokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan,
dan penyusunan kembali isi karangan sesuai dengan kebutuhan pembaca.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1) membaca ulang
seluruh draf, (2) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan
dengan teman, dan (3) mengubah atau merevisi tulisan dengan memperhatikan
reaksi, komentar atau masukan dari teman atau dosen. Setelah itu, penulis
membaca kembali tulisan kasarnya. Ketika membaca ulang inilah, penulis membuat
perubahan dengan menambah, mengurangi, menghilangkan atau memindahkan
bagian-bagian tertentu dalam draf karangan. Penulis dapat menandai
bagian-bagian yang akan diubah dengan memberinya tanda-tanda tertentu atau
menggarisbawahi.
Proses
penyuntingan dapat dilakukan dalam pembelajaran kelompok di kelas. Mahasiswa
berdiskusi dan tukar pikiran tentang kesalahan-kesalahan yang sering terjadi
dalam karangan. Kelompok-kelompok menulis ini sangat penting agar dosen dan
mahasiswa melakukan sharing tentang cara-cara untuk menyunting. Kelompok ini
dapat dibentuk secara spontan atau sudah dibentuk sebelum perkulihan. Adapun
kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini adalah (a) mahasiswa membaca karangannya,
(b) mahasiswa lain memberi komentar, (c) mahasiswa membuat pertanyaan, (d)
mahasiswa lain memberikan saran, dan (e) penulis merencanakan untuk merevisi.
Dalam kegiatan ini, dosen bisa membantu mahasiswa dengan berkeliling dan
memonitor setiap kelompok. Kadang-kadang mahasiswa mendapatkan kesulitan yang
tidak dapat dipecahkan dalam kelompok sehingga memerlukan bantuan dosen.
Berdasarkan
pemaparan di atas, maka kegiatan pascamenulis (penyuntingan) dan perbaikan
karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah (1) membaca keseluruhan
karangan, (2) menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan
bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan atau disempurnakan, (3)
melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
Menurut
Tompkins & Hoskisson tahap-tahap yang terdapat dalam proses menulis itu
bukan merupakan kegiatan yang linier. Pada dasarnya proses menulis bersifat
nonlinier, merupakan suatu putaran yang berulang. Ini berarti setelah penulis
merevisi tulisannya mungkin ia melihat ke tahap sebelumnya. Misalnya ke tahap
pramenulis dengan maksud melihat kesesuaian isi tulisan dengan tujuan menulis.
Dalam
pelaksanaannya, mahasiswa mungkin berada pada tahap menulis yang tidak sama.
Hal ini karena karakteristik setiap mahasiswa berbeda, ada yang cepat berpikir,
ada yang lambat, ada yang selalu meminta bantuan orang lain, ada yang mandiri,
dan sebagainya. Dosen sebagai kolabolator mahasiswa, harus mampu mengakomodasi
setiap karakteristik mahasiswa. Dosen dapat menolong perkembangan keterampilan
menulis setiap mahasiswa semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dosen harus
menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis
mahasiwa sekaligus memfasilitasi karakter dan pengetahuan mahasiswa yang
berbeda tersebut.
Inovasi
pembelajaran menulis yang telah dilakukan, terdapat banyak kegiatan.
Keterlibatan mahasiswa dalam setiap kegiatan itu sangat berharga dan berguna
untuk perkembangan keterampilan menulis. Mahasiswa benar-benar belajar
bagaimana cara menulis. Setiap ada kesulitan akan selalu berusaha dipecahkan
dengan bantuan orang lain. Hal Ini berarti bahwa dosen dituntut memiliki kemampuan
pengelolaan perkuliahan menulis dengan baik. Dosen bukanlah pemimpin kelas,
tetapi merupakan kolabolator atau teman para mahasiswa dalam memecahkan
berbagai persoalan yang muncul ketika proses menulis esai. Menurut Tompkins
& Hoskisson fokus dalam proses menulis terletak pada apa yang dialami,
dipikirkan, dan dilakukan dalam proses menulis. Hairstone membagi proses
menulis menjadi empat tahap, yaitu tahap: (1) persiapan (preparation stage),
(2) inkubasi (incubation stage), (3) pencerahan (illumination and
exucution stage), dan (4) verifikasi (verification stage). Berikut
ini disajikan tabel tentang langkah-langkah kunci menulis dengan pendekatan
proses[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian
Tahap Penulisan Kreatif Menurut Para Ahli
Pengertian menulis berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa menulis tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi
mengungkapkan pikiran, masalah, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis
berupa susunan kalimat dan paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis
merupakan sarana komunikasi untuk melakukan negosiasi dan transaksi dalam
bentuk bahasa tulis.
Selain itu, selama proses menulis, penulis perlu serangkaian
aktivitas yang melibatkan beberapa fase. Fase-fase tersebut yaitu prapenulisan
(persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah
dan revisi atau editing). Ketiga fase tersebut akan dijabarkan seperti berikut
ini.
2.
Tahap
Awal Peulisan kreatif/Pramenulis/Prapenulisan (persiapan)
Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis dan merupakan tahap
awal dalam penulisan. Tahap pramenulis sangat penting dan menentukan dalam
tahap-tahap menulis selanjutnya. Bagian pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan
sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Bagian isi menyajikan
bahasan topik atau ide utama karangan. Bagian akhir karangan berfungsi untuk
mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau
penekanan ide-ide penting.
3.
Tahap Saat
Penulisan Kreatif/Penulisan
(pengembangan isi karangan)
Setelah kerangka karangan tersusun, penulis siap melakukan kegiatan
menulis. Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap,
pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca. Penulis
menuangkan butir demi butir ide-idenya ke dalam tulisan. Penulis fokus
menuangkan ide-ide dengan tetap memperhatikan aspek-aspek teknis menulis
seperti struktur, ejaan, dan tanda baca.
4.
Tahap Akhir
Penulisan Kreatif/Pascapenulisan
(telaah dan revisi atau editing)
Pascapenulisan
merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar yang kita hasilkan.
Kegiatan ini meliputi penyuntingan dan merevisi.
B.
Saran
1.
Bagi pembaca
diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya, dan
semoga makalah ini dapat memberikan beberapa informasi yang bermanfaat bagi
Anda semua.
2.
Bagi para
pembaca hendaknya dapat memahami tahapan penulisan kreatif mulai dari tahap
awal penulisan penulisan sampai dengan tahap akhir penuisan kreatif.
[1] Jhaykimia,
Makalah kreatifitas menulis sastra. dalam
http://jhaynkimia.blogspot.co.id/2013/06/ .html, diakses 30 September 2016
[3] Syarifudin Yunus,
Kompetensi menulis kreatif…, hal
. 9.
[6] Setyawan
Pujiono, Konsep Menulis,dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files-/pendidikan /Setyawan-
Pujiono,M.Pd./Konsep Menulis.pdf, diakses pada 30 September 2016