Rabu, 30 November 2016

RESENSI

Judul Buku: The Power Of Writing ( Mengasah Keterampilan Menulis Untuk Kemajuan hidup )
Penulis: Ngainun Naim
Tahun terbit: 2015
Tebal: xiv + 230 hlm
Cetakan ke: 1 januari 2015

Oleh:
Dwi Munawaroh

 
Keterampilan menulis itu merupakan salah satu kunci sukses. Menulis ternyta banyak pengaruh dan dari pengaruh tersebut masih ada semangat untuk menulis, apapun itu yang kita fikirkan dan kita tuangkan ide itu untuk mengembangkan bakat menulis dan semangat menulis. Semua orang pasti sudah mengenyam bangku pendidikan pasti bisa membaca dan menulis tentunya, dan ternyata dari menulis kita dapat membuahkan hasil yang membanggakan seperti dari tulisan yang dibuat bisa dibaca orang dan bisa mengenal kita siapapun orang yang membaca tulisan kita. Menurut apa yang saya baca dibuku The Power Of Writing ini “Menulis itu bukan hanya sekedar memindah tulisan dari buku atau dari ucapan kata-kata dosen lalu kita tulis, tetapi menulis dalam makna yang sama dengan mengarang, ternyta hanya sebagian kecil saja yang yang mampu melakukannya.”
Menurut The Liang Gie mengarang adalah “ Segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk difahami.” Menulis dapat membangkitkan ide-ide (gagasan) baru serta mengorganisasikan gagasan-gagasan dan menjelaskan (menjerihkan) konsep-konsep. Menulis itu membantu menyerap dan mengolah informasi, menyelesaikan masalah menjadikan semangat belajar dan terus belajar. Karna itu saya mencoba membiasakan menulis dengan apapun dan dimanapun walu itu tidak setiap hari, mearik dan membuat semangat penasaran untuk saya karna dari menulis kita menghasilkan sesuatu yang tak dapat diduga misalnya karna menulis kita dapat lebih dikenal orang yang belum kenal dengan kita dengan postingan yang kita buat, seperti beliau bapak Ngainun Naim.
Selain itu, yang membuat saya menarik dibuku ini ialah ada judul yang mengisahkan “Maaf Babu Saja Menulis” luar biasa sekali bukan, saya sebagai mahasiswa merasa malu karna seorang “(maaf) babu” saja bisa menuangkan kisahnya dengan Telaten menulis.
Buku ini sangat membantu saya untuk semangat dalam menulis, dengan sering kita menulis menuangkan apa yang ada dalam fikiran yang dimana nantinya pasti akan menjadi sebuah karya, dan karya itu akan dibaca oleh beberapa orang. Jika dengan niat yang pasti kita pasti menjadi seorang penulis seperti beliau bapak Ngainun Naim. Inspirasi yang luar biasa untuk memberi semangat (spirit menulis). Berbagai kegiatan dan disituasi pekerjaan, beliau menyempatkan untuk menulis menuangkan ide dan gagasan yang akan menjadi manfaat bagi pembaca nantinya.
Bapak Ngainun Naim ini mengajarkan banyak hal dalam buku ini, dari berbagai tokoh untuk bisa mengajarkan semangat menulis. Dengan banyak tokoh penulis yang terkenal, beliau berusaha untuk bisa memotivasi kita sebagai pembaca untuk terus belajar menulis menuangkan ide. Keinginan untuk bisa benulis agar menjadi sebuah rangkaian karya yaitu dengan kita bisa melakukan dan jangan menunda-nunda waktu yang kosong. Seperti pepetah mengatakan “Waktu Adalah Uang”, jadi jangan menyesal jika suatu saat karya kita belum sempurna, tetapi percayalah jika akan mendapatkan hikmah dan manfaat untuk kita. Semua butuh proses, dan pasti semua akan lebih baik jika terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Gunakan waktu sebaik mungkin karna waktu adalah penolong hidup.


CIRI-CIRI CERPEN

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Cerpen
Cerita pendek merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya. Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan mengamalkan penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari.
            Menurut Suroto cerpen ialah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut dapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokok cerita.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika.
            Menurut Nursito mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam cerpen.
            Menurut Surana, cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan roman, yaitu perikehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian yang panjang lebar. Yang diceritakan adalah sejumput dari kehidupan yang menimbulkan pertikaian yang harus diselesaikan.            
            Jadi, dari beberapa pendapat ahli di atas penulis dapat disimpulkan pengertian dari cerpen yaitu cerpen merupakan suatu karangan pendek, yang pada dasarnya hanya memiliki satu peristiwa, pertikaian serta penyelesaiannya. Dalam cerpen juga hanya menceritakan satu orang tokoh saja, yaitu yang dinamakan dengan tokoh utama.[1]
 B.       Ciri-ciri Cerpen
Ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini sebagai berikut.
1.      Ceritanya pendek ;
2.      Bersifat rekaan (fiction)
3.      Bersifat naratif, dan
4.      Memiliki kesan tunggal
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan sebagai berikut.
1.      Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.      Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
3.      Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
4.      Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan, ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
1.       Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
  1. Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
  2. Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).
Jadi, ciri-ciri cerpen secara umum adalah :
1.      Tidak lebih dari 10.000 kata ( selesai dalam " sekali duduk"/15-30 menit.)
2.      Bersifat Fiksi
3.      Fokus cerita pada satu kejadian tunggal
4.      Terbatas pada hal-hal yang penting saja
5.      Perwatakan tokoh digambarkan sekilas
6.      Alur yang digunakan alur rapat
7.      Konflik yang ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya.[1]
C.  Tahap Penulisan Kreatif Cerpen
            Berikut ini adalah tahap-tahap penulisan kreatif cerpen:
1.      Menentukan tema cerpen.
Tema merupakan permasalahan dasar yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan agar menjadi jelas. Tema sangat berkaitan dengan amanat/ pesan/ tujuan yang hendak disampaikan kepada diri pembaca.
2.      Mengumpulkan data-data.
Mencari keterangan, informasi, dokumen yang terkait dengan peristiwa/ pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.
3.      Menentukan garis besar alur atau plot cerita.
Secara bersamaan dengan tahap ini, menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.
4.      Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang.
5.      Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh.
6.      Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahsaan lain serta memperbaikinya jika terdapat kekeliruan.
Dari uraian mengenai tahap-tahap menulis cerpen di atas dapat diulas bahwa, menulis cerpen dapat dilakukan dengan yang bertahap-tahap tautu dengan menentukan temanya dahulu, kemudian mencari data serta membuat garis besar alur atau plot cerita, menetapkan sudut pandang yang akan dipakai dalam cerita, mengembangkan garis besar cerita yang telah tersusun, serta menyusun diksi dan kebahasaan yang dipakai dalam cerita.
Tidak jauh beda halnya dengan cara atau langkah-langkah lain dalam membuat cerpen dari pernyataan di bawah ini.
Cara lain dalam menulis cerpen adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan judul yang menarik 
2.      Keaslian ide
3.      Materi yang kuat
4.      Opini yang oke
5.      Karakterisasi
6.      Narasi
7.      Ending yang menawan
8.      Mematuhi EYD
9.      Ikuti aturan
            Dari hal-hal di atas, dapat diulas bahwa cara membuat cerpen adalah harus memenuhi ketentuan yang ada, yaitu menentukan judul terlebih dahulu, ide yang dituangkan merupakan ide kita sendiri,memiliki materi yang kuat untuk mendukung jalannya cerita, terdapat opini, perwatakan, membuat ending yang baik dan menarik sehingga pembaca tidak cepat lupa terhadap yang telah dituliskn oleh pengarang. Dala membuat cerpen juga harus menuruti dan mematuhi EYD yang berlaku.
Sedikit berbeda dengan pendapat ahli berikut yang memaparkan mengenai cara atau langkah-langkah menulis cerpen.
        Jadi, dari langkah-langkah membuat cerpen tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap penulisan kreatif cerpen adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tema
2.      Membuat satu peristiwa penting
3.      Menentukan tokoh dan karakter tokoh
4.      Membuat ending yang baik
5.      Tidak terlepas dari aturan EYD[2]
D.    Pengertian Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golonganyaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu.
Novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola - pola.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi sosial lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat - cepat membacanya.
Banyak sastrawan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karenasudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi - definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnyayang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2.      Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budayasocial, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi,M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd)
3.      Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
4.      Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)[3]
E.     Ciri-ciri Novel
a.       karya sastra berjenis narasi,kadang di dalamnya terdapat jenis karangandeskripsi untuk melukiskan suasana.
b.      berbentuk prosac. bersifat realis,umumnya merupakan tanggapan pengarang terhadaplingkungan sosial budaya sekelilingnya.
c.       karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan pikiran pengarangsebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya.
d.      struktur novel terdiri atas berbagai komponen yang membangunnya.antar lain: alur,penokohan,latar,dan tema.

F.     Tahap Penulisan Kreatif
1.      Tahap Pertama - Pemilihan Topik/Tema
Topik atau tema itu berbeda dengan judul. Kita bisa memberikan judul dari karya tulis kita belakangan, tapi tema harus ditentukan dulu sebelum kita menulis. Tema adalah pondasi awal dari pembahasan yang mau kita tuliskan. Saya akan contohkan tema dari beberapa novel yang saya (dan istri saya) tulis, seperti:
a.       Gadis Kecil di Tepi Gaza - Temanya adalah seorang gadis kecil Palestine yang menjadi korban dari kekejaman perang di tanah Palestina.
b.      Wo Ai Ni Allah - Temanya adalah seorang gadis remaja China yang sedang mencari jati diri dan berkeinginan kuat untuk mencari Tuhan yang sebenarnya.
c.       Diary Suamiku - Temanya adalah seorang istri muda yang mengalami penghianatan dan akhirnya menemukan rahasia di buku catatan suaminya.
Untuk menentukan sebuah topik/tema, tentunya kita harus memiliki ide yang mau kita bahas atau tuliskan. Ide itu ada di sekitar kita, apapun bisa kita jadikan bahan untuk menuliskan sesuatu. Jika kita sudah merasa stag atau kehabisan ide, maka jangan pernah paksakan diri. Buatlah otak kita refresh barang beberapa saat. Setelah itu kita bisa browsing di internet, jalan-jalan ke toko buku, datang ke perpustakaan atau pergi ke suatu tempat untuk mencari sebuah ide yang akan kita jadikan tema tulisan.
2.      Tahap Kedua - Membuat Kerangka Tulisan (Draft)
Jika kita sudah menemukan topik/tema, jangan terburu-buru untuk menuliskannya. Memang lain penulis lain pula cara menulisnya. Ada beberapa penulis yang tidak pernah membuat kerangka tulisan, begitu menemukan ide untuk tema langsung ditulis. Salah satunya adalah istri saya. Tapi untuk mempermudah dalam kita menulis khususnya untuk penulis pemula, membuat kerangka tulisan sangat diperlukan. Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita ketahui, maka kita perlu tahu jalan yang harus kita lewati. Kerangka tulisan itu bisa menjadi map dalam kita menjabarkan tulisan menjadi lebih dalam.
Untuk membuat kerangka tulisan, bisa kita lakukan hal sebagai berikut:
a.       Tuliskan semua ide. Apapun yang muncul di kepala kita tulis di sebuah catatan, entah itu di sebuah kertas, notepad atau lainnya. Dan inilah nanti yang akan kita jadikan sebagai draft tulisan.
b.      Mengembangkan ide yang ada. Jika mau menulis buku, kita bisa buat poin-poin apa saja yang akan kita bahas. Jika mau menulis novel, kita bisa membuat alur, nama tokoh baik utama maupun pembantu. Fungsi mengembangkan ide ini adalah untuk menambah daging dalam tulang dari tulisan yang akan kita buat.
c.       Tulislah dengan gaya bebas. Namanya juga kerangka, jadi tidak perlu memikirkan aturan penulisan dulu. Kita tulis semua ide yang muncul, untuk aturan dan tata bahasa bisa kita pikirkan belakangan.
3.      Tahap Ketiga - Menulis (Merangkai Kata)
Dari kerangka/draft yang kita buat, baru kita jabarkan dengan bentuk rangkaian tulisan. Poin-poin yang sudah kita buat, kita jelaskan satu persatu. Alur cerita yang sudah kita rancang, mulai kita tuliskan dalam sebuah cerita. Inilah fungsinya tadi kita membuat kerangka, karena kita bisa menulis tanpa ada hal-hal yang terlewatkan.
Tips yang bisa dilakukan disaat menulis:
a.       Sediakan waktu khusus. Jika kita mau menulis, setidaknya sediakan waktu khusus 1-2 jam. Ini akan membuat kita lebih konsentrasi dan bisa membuat sebuah karya tulis yang bagus.
b.      Jauhkan diri dari semua hal yang bisa menganggu. Menulis itu adalah sebuah karya, bagaimana kita bisa membuat karya yang bagus jika kita mengerjakannya sambil chat, buka facebook atau twitter, menelpon atau sambil ngobrol? Untuk itu jauhkan semua itu pada saat kita sedang menulis.
c.       Tuliskan semua yang muncul dari kepala kita. Menulislah dengan mengalir seperti kita sedang bercerita. Bahkan bila tulisan yang kita buat sudah mulai melenceng dari kerangka dan topik, jangan pernah menghentikannya dan tidak perlu di edit. Mulailah merangkai kata dengan gaya penulis bebas yang sudah pernah saya ulas sebelumnya.
d.      Jangan memaksakan diri menulis selama ber jam-jam. Mungkin bagi mereka yang sudah pro dan expert, menulis dalam waktu yang lama adalah biasa. Tapi bagi penulis pemula, jangan pernah memaksakan diri untuk menyelesaikan tulisan dalam waktu yang cepat. Untuk menghasilkan karya tulis yang bermutu dan bagus, diperlukan pikiran yang fresh dan energi yang besar. Karena itu seorang penulis membutuhkan istirahat dan makanan bergizi yang cukup

4.      Tahap Keempat - Merevisi (Mengedit)
Di saat menulis tidak perlu mengedit lebih dahulu. Karena tahap untuk merevisi tulisan kita sudah ada sendiri. Selain itu jika pada saat menulis kita sering merevisi, akan membuat kita seperti orang yang tidak teguh pendirian. Itulah yang menyebabkan kita sering menghapus tulisan, merobek kertas saat ada tulisan yang salah, menulis ulang lagi yang membuat pekerjaan menulis kita tidak kunjung selesai dan akhirnya menyebabkan stres lalu patah semangat untuk melanjutkan tulisan.
Dalam tahap revisi (edit) ini, kita periksa kembali hasil tulisan kita. Mungkin saja ada ejaan yang salah, tata bahasa yang kurang tepat, poin-poin yang terlewatkan, penyebutan tokoh yang salah, alur yang tiba-tiba meloncat atau mau merubah susunan atau jalan ceritanya dan sebagainya. Meski kita menulis dengan menggunakan microsoft office word terbaru, jangan terlalu mudah percaya dengan "spell check". Karena bisa jadi kita mau menulis "bisa" jadinya malah "bias".
Telitilah semua tulisan mulai awal hingga akhir, karena tulisan yang kita buat ini untuk dikomersilkan. Memang sangat melelahkan dan membutuhkan waktu, tapi itulah cara agar kita bisa menghasilkan karya tulis yang bermutu dan bagus. Jika menulis di blog sendiri dengan bentuk yang acak-acakan, itu sih hak setiap pemilik blog. Paling pengunjung yang nyasar dan membaca tulisan yang tidak beraturan, akan menutup blog kita dan tak pernah kembali lagi. Tapi jika tulisan komersil, pembaca itu membeli karya kita. Jika banyak terjadi kesalahan, maka bersiaplah untuk menerima komplain dari mereka.
5.      Tahap Kelima – Penerbitan
Tahap Penerbitan adalah langkah terakhir dari serangkaian tahapan penulisan. Seorang blogger bisa meng-upload (mem-publish) artikel yang sudah ditulisnya di blog. Seorang mahasiswa bisa menyerahkan skripsinya ke dosen pembimbing. Seorang jurnalis bisa menyerahkan "copy" tulisannya kepada editor. Dan seorang penulis bisa menyerahkan naskahnya kepada penerbit untuk diterbitkan atau dicetak.[4]




[1]Asul Wiyanto,dkk, ”Mampu Berbahasa Indonesia, (Bandung:Grafindo Media Pratama, 2005) hal. 45

[2] Setawan djuri oPanduan Membuat Karya Tulis, (Bandung: Yrama Widya, 2005)

[3] Maman Mahayana, S, Oyon Sofyan (20November 1991).Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern Jakarta: Grasindo



[1] Ismail Kusmayadi, dkk, Bahasa Indonesia, (Bandung: Grafindo Media Pratama,2008), hlm.  52