Rabu, 30 November 2016

FAKTOR PENGARUH PROSES KREATIF

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan intelektual seperti intelegensi, bakat, dan kecakapan hasil belajar. Kreativitas merupakan suatu potensi yang sudah ada sejak anak di lahirkan, Setiap individu memiliki potensi kreatif, yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lain adalah besar atau kecilnya potensi tersebut.  Kreativitas adalah kemampuan untuk memberi ide kreatif dalam memecahkan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas juga diartikan sebagai hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya, seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Selain itu kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Unsur penting dalam kreativitas diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis, kepekaan emosi, bakat, daya imajinasi, dan ekspresif.
Adapun penulisan kreatif pada dasaranya adalah proses penciptaan karya satra. Ia bermula dari tercetusnya ide dan mematangkan ide tersebut, mengolah dalam bentuk tulisan dalam berbagai genre dan seterusnya memperbaiki dan memurnikan sehingga lahir sebuah karya yang baru.
Meskipun kreativitas merupakan potensi yang dimiliki sejak lahit tetapi kreativitas tidak akan berkembang secara optimal apabila tidak mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungannya, untuk itu dalam makalah ini membahas tentang faktor yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif, agar dapat dipahami faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses kreatif seseorang sehingga potensi yang ada dalam diri dapat dikembangkan dengan lebih optimal dengan memperhatikan faktor tersebut.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa faktor yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif ?

C.  Tujuan Pembahasan Masalah
1.    Menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Kreatif atau Penulisan Kreatif
1.    Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.[1]
Ada beberapa pendapat yang pro dan kontra mengenai faktor jenis kelamin ini berpengaruh terhadap proses kreatif, diantaranya :
a.    Sejak dulu, banyak orang mengira bahwa laki-laki lebih kreatif dibandingkan wanita. Tetapi hasil penelitian seorang sarjana barat, menyatakan bahwa ternyata jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap daya kreatif manusia.
b.    Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahwa laki-laki lebih banyak menghasilkan ide-ide kreatif daripada wanita. Pengamatan tersebut merupakan pengamatan sekilas, karena jika diamati dengan sungguh-sungguh wanita lebih banyak menghasilkan ide-ide kreatif daripada laki-laki. Seperti ketika seorang istri selalu berusaha memperbaharui masakan dan penyajiannya, agar suami dan anak-anaknya tetap tinggi selera makannya. Sementara laki-laki lebih banyak melakukan pekerjaan yang sama dari hari ke hari.
Tetapi kemudian mengapa ide-ide besar banyak dihasilkan oleh laki-laki? Itu karena persoalan kesempatan. Sejak dulu, wanita dianggap manusia nomor dua, sehingga mereka tidak pernah dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dianggap penting. Wanita pun akhirnya selalu ketinggalan dari laki-laki dalam segala bidang. Sekarang setelah wanita terangkat martabatnya dan terlibt dalam berbagai pekerjaan besar, ide-ide cemerlang pun banyak pula ditelorkan oleh wanita.[2]
c.    Perbedaan sekilas antara laki-laki dengan wanita dalam hal kreativitas ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya. Pekerjaan wanita lebih banyak menuntut kreativitas, baik itu pekerjaan dapur, mengatur rumah, maupun mengasuh anak. Tanpa kreativitas semua itu akan sangat menjenuhkan bagi seorang wanita. Sedangkan lelaki pada umumnya bekerja di kantor atau ladang yang tidak banyak menuntut kreativitas. Pekerjaan yang menuntut menjadi kreatif dan  banyak menghasilkan ide-ide besar, seperti sebagai pimpinan pemerintahan, direktur perusahan, dokter, guru, seniman, dan lain-lain.
2.    Usia
Banyak orang mengira orang muda lebih kreatif dari orang tua. Anggapan ini tidak benar, karena dari hasil penelitian sarjana barat, ide-ide besar rata-rata dihasilkan pada usia 70-an tahun. Pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka menjadi semakin kreatif pada usia tua. Kreatifitas tetap stabil kekuatannya antara usia 30-60 tahun.
Hasil penelitian sarjana barat, kreatifitas baru akan mulai menurun kekuatannya ketika seseorang menginjak usia 80 tahun. Mengapa banyak ditemukan orang yang begitu kreatif pada usia mudanya, menjadi tidak kreatif begitu menginjak usia tua? Itu hanya soal usaha saja. Orang muda pada umumnya masih getol berusaha, sehingga banyak ide yang dapat dihasilkannya. Sedangkan, orang-orang tua biasanya karirnya telah berhasil,hidupnya enak dan pikirannya tenang. Keadaan hidup yang seperti ini membuat orang kurang berusaha karena tidak banyak tantangan hidup yang dihadapinya. Akhirnya, kreatifitas pun menurun.[3]
3.    Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.[4]
Orang yang lebih tinggi tingkat pendidikannya belum tentu lebih kreatif dari pada orang yang lebih rendah pendidikannya. MH. Ainun N, tidak sampai tamat perguruan tinggi, tetapi ia lebih kreatif daripada para sarjana pada umumnya. Penulis-penulis besar kita pada umumnya bukan lulusan perguruan tinggi, tetapi mereka begitu kreatif dalam menulis.[5]
Pendidikan hanyalah faktor penunjang bagi kreatifitas. Orang yang kreatif, bila ditunjang dengan pendidikan yang tinggi, kreatifitasnya akan lebih tinggi lagi. Penulis-penulis besar kita saat ini rata-rata adalah seorang sarjana, seperti : Danarto, Sapardi, Putu Budi Darma, Umar Kayam dan lain-lain. Dengan pendidikan yang tinggi, pikiran mereka lebih tajam, dan emosi mereka lebih peka.
Sebaliknya, pendidikan juga dapat mengekang kreatifitas mereka, bahkan mematikannya. Lingkungan pedidikan yang tidak memberikan kebebasan berfikir dan bersifat dogmatis akan dapat mematikan kreatifitas.[6]
4.    Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[7]
Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.[8]
Seorang penulis yang memiliki minat yang kuat akan menghasilkan karya tulis yang baik. Karena dalam setiap karyanya ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengadakan perubahan-perubahan, perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan tulisannya.
Tidak semua orang memiliki minat yang sama. Ada orang yang berminat terhadap olahraga, ada yang berminat terhadap kesenian, dan sebagainya. Denga berminat akan tumbuh rasa suka. Dengan rasa suka akan tumbh kemauan dan usaha, mak atumbuh dan berkembang kreatifitasnya.
Agar kreatifitas berkembang dengan baik, orang harus memilih pekerjaan dan lingkungan yang diminatinya. Jangan memaksa diri memilih pekerjaan dan lingkungan yang tidak disukainya. Jangan mempelajari dan membahas sesuatu yang tidak diminati.
4.    Bakat
Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.[9]Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki seseorang sebagai bawaan sejak lahir.[10]
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bakat hanya faktor penunjang saja bagi kreatifitas. Bakat ibarat pupuk. Tanpa dipupuk tanaman akan tetap hidup, walaupun tidak akan sempurna pertumbuhannya. Jika dipupuk, tumbuhan akan tumbuh dengan sempurna dan bagus.
Oleh karena itu, bakat harus dilatih dan diasah dalam kesehariaannya agar dapat menghasilkan karya kreatif. Tanpa latihan dan usaha yang ajeg dan sungguh-sungguh, bakat tidak dapat maksimal.

5.    Usaha
Kreativitas bukan suatu hal yang instan. Orang-orang yang kreatif seperti Isma sawitri ataupun Chairil Anwar menjadi besar dan kreatif karena terus berlatih. Kreatifitas ibarat tumbuhan, ia akan terus tumbuh dan berkembang kalau dipupuk dan dirawat dengan baik. Jika pemupukan dan perawatan tidak dilakukan dengan baik, ia akan mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan.[11]
6.    Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Daalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk satu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.[12]
Diatas telah disinggung bahwa yang membedakan antara laki-laki dan wanita soal kreatifitas adalah lingkungan pekerjaan. Lingkungan pekerjaan ini begitu besar pengaruhnya terhadap kreatifitas, karena pekerjaan inilah yang harus digeluti seseorang setiap harinya. Pekerjaan yang terus menerus akan membentuk kebiasaan. Jika pekerjaan yang dilakukannya bersifat rutin dan tatap akan menjadikan seseorang bersifat mekanis dan tidak kreatif. Sebaliknya, pekerjaan yang banyak menuntut kreatifitas akan menjadikan seseorang kreatif.[13]








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Faktor yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif, diantarnya adalah Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Minat, Bakat, Usaha, dan Pekerjaan. Keseluruhan faktor ini memiliki pengaruhnya masing-masing terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif, yang mana jika pemenuhannya diperhatikan dengan baik dapat membantu seorang dalam mengoptimalkan potensi kreativitasnya.  

B.  Saran
1.    Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan– kesempatan berikutnya.
2.    Bagi pembimbing, pembaca dan kami penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
3.    Bagi pembaca dan calon pendidiksemoga isi dari makalah ini dapat menjadi bahan untuk mengenal dan memahami faktor yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif.



[1]Abidin, Faktor yang Mempengaruhi Kreativitasdalam http://www.landasanteori. com/2015/09/faktor-yang-mempengaruhi-kreativita.html, diakses pada 09 September 2016
[2]Roekhan, Menulis Kreatif : Dasar-dasar dan Petunjuk Penerapannya. (Malang : YA3 Malang, 1991), hlm. 16
[3]Ibid., hlm. 17
[4]Supriadi, dkk, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hlm. 122
[5]Roekhan, Menulis Kreatif…, hlm. 18
[6] Ibid., hlm.. 19
[7]Slameto, Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.  (Jakarta : PT  Rineka Cipta, 2003), hlm. 57
[8] he Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta : Liberty, 1995), hlm. 28
[9]Nana Syaodih.S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosdakarya, . 2005, hlm. 101

Tidak ada komentar: