BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kreatifitas
merupakan salah satu kemampuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan intelektual seperti intelegensi,
bakat, dan kecakapan hasil belajar. Kreativitas merupakan suatu potensi
yang sudah ada sejak anak di lahirkan, Setiap individu memiliki potensi
kreatif, yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lain adalah
besar atau kecilnya potensi tersebut. Kreativitas adalah kemampuan
untuk memberi ide kreatif dalam memecahkan masalah atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Kreativitas juga diartikan sebagai hasil dari
interaksi antara individu dan lingkungannya, seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Selain itu kreativitas diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa
gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya. Unsur penting dalam kreativitas diantaranya adalah kemampuan
berpikir kritis, kepekaan emosi, bakat, daya imajinasi, dan ekspresif.
Adapun penulisan
kreatif pada dasaranya adalah proses penciptaan karya satra. Ia bermula dari
tercetusnya ide dan mematangkan ide tersebut, mengolah dalam bentuk tulisan
dalam berbagai genre dan seterusnya memperbaiki dan memurnikan sehingga lahir
sebuah karya yang baru.
Meskipun kreativitas
merupakan potensi yang dimiliki sejak lahit tetapi kreativitas tidak akan
berkembang secara optimal apabila tidak mendapatkan pendidikan dan latihan dari
lingkungannya, untuk itu dalam makalah ini membahas tentang faktor yang
berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif, agar dapat dipahami
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses kreatif seseorang sehingga potensi
yang ada dalam diri dapat dikembangkan dengan lebih optimal dengan
memperhatikan faktor tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa faktor yang berpengaruh terhadap proses
kreatif atau penulisan kreatif ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap
proses kreatif atau penulisan kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Kreatif
atau Penulisan Kreatif
1. Jenis kelamin
Anak
laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.[1]
Ada
beberapa pendapat yang pro dan kontra mengenai faktor jenis kelamin ini
berpengaruh terhadap proses kreatif, diantaranya :
a. Sejak
dulu, banyak orang mengira bahwa laki-laki lebih kreatif dibandingkan wanita.
Tetapi hasil penelitian seorang sarjana barat, menyatakan bahwa ternyata jenis
kelamin tidak berpengaruh terhadap daya kreatif manusia.
b. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahwa laki-laki lebih banyak menghasilkan
ide-ide kreatif daripada wanita. Pengamatan tersebut merupakan pengamatan
sekilas, karena jika diamati dengan sungguh-sungguh wanita lebih banyak
menghasilkan ide-ide kreatif daripada laki-laki. Seperti ketika seorang istri
selalu berusaha memperbaharui masakan dan penyajiannya, agar suami dan
anak-anaknya tetap tinggi selera makannya. Sementara laki-laki lebih banyak
melakukan pekerjaan yang sama dari hari ke hari.
Tetapi
kemudian mengapa ide-ide besar banyak dihasilkan oleh laki-laki? Itu karena
persoalan kesempatan. Sejak dulu, wanita dianggap manusia nomor dua, sehingga
mereka tidak pernah dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dianggap penting.
Wanita pun akhirnya selalu ketinggalan dari laki-laki dalam segala bidang.
Sekarang setelah wanita terangkat martabatnya dan terlibt dalam berbagai
pekerjaan besar, ide-ide cemerlang pun banyak pula ditelorkan oleh wanita.[2]
c. Perbedaan
sekilas antara laki-laki dengan wanita dalam hal kreativitas ternyata lebih
banyak dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya. Pekerjaan wanita lebih banyak
menuntut kreativitas, baik itu pekerjaan dapur, mengatur rumah, maupun mengasuh
anak. Tanpa kreativitas semua itu akan sangat menjenuhkan bagi seorang wanita.
Sedangkan lelaki pada umumnya bekerja di kantor atau ladang yang tidak banyak
menuntut kreativitas. Pekerjaan yang menuntut menjadi kreatif dan banyak menghasilkan ide-ide besar, seperti
sebagai pimpinan pemerintahan, direktur perusahan, dokter, guru, seniman, dan
lain-lain.
2. Usia
Banyak
orang mengira orang muda lebih kreatif dari orang tua. Anggapan ini tidak
benar, karena dari hasil penelitian sarjana barat, ide-ide besar rata-rata
dihasilkan pada usia 70-an tahun. Pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka menjadi
semakin kreatif pada usia tua. Kreatifitas tetap stabil kekuatannya antara usia
30-60 tahun.
Hasil
penelitian sarjana barat, kreatifitas baru akan mulai menurun kekuatannya
ketika seseorang menginjak usia 80 tahun. Mengapa banyak ditemukan orang yang
begitu kreatif pada usia mudanya, menjadi tidak kreatif begitu menginjak usia
tua? Itu hanya soal usaha saja. Orang muda pada umumnya masih getol berusaha,
sehingga banyak ide yang dapat dihasilkannya. Sedangkan, orang-orang tua
biasanya karirnya telah berhasil,hidupnya enak dan pikirannya tenang. Keadaan
hidup yang seperti ini membuat orang kurang berusaha karena tidak banyak
tantangan hidup yang dihadapinya. Akhirnya, kreatifitas pun menurun.[3]
3. Pendidikan
Pendidikan
adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang
lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.[4]
Orang
yang lebih tinggi tingkat pendidikannya belum tentu lebih kreatif dari pada
orang yang lebih rendah pendidikannya. MH. Ainun N, tidak sampai tamat
perguruan tinggi, tetapi ia lebih kreatif daripada para sarjana pada umumnya.
Penulis-penulis besar kita pada umumnya bukan lulusan perguruan tinggi, tetapi
mereka begitu kreatif dalam menulis.[5]
Pendidikan
hanyalah faktor penunjang bagi kreatifitas. Orang yang kreatif, bila ditunjang
dengan pendidikan yang tinggi, kreatifitasnya akan lebih tinggi lagi.
Penulis-penulis besar kita saat ini rata-rata adalah seorang sarjana, seperti :
Danarto, Sapardi, Putu Budi Darma, Umar Kayam dan lain-lain. Dengan pendidikan
yang tinggi, pikiran mereka lebih tajam, dan emosi mereka lebih peka.
Sebaliknya,
pendidikan juga dapat mengekang kreatifitas mereka, bahkan mematikannya.
Lingkungan pedidikan yang tidak memberikan kebebasan berfikir dan bersifat
dogmatis akan dapat mematikan kreatifitas.[6]
4. Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu
diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[7]
Minat
sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang
datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie
mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya
dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.[8]
Seorang
penulis yang memiliki minat yang kuat akan menghasilkan karya tulis yang baik.
Karena dalam setiap karyanya ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengadakan perubahan-perubahan, perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan
tulisannya.
Tidak
semua orang memiliki minat yang sama. Ada orang yang berminat terhadap
olahraga, ada yang berminat terhadap kesenian, dan sebagainya. Denga berminat
akan tumbuh rasa suka. Dengan rasa suka akan tumbh kemauan dan usaha, mak
atumbuh dan berkembang kreatifitasnya.
Agar
kreatifitas berkembang dengan baik, orang harus memilih pekerjaan dan
lingkungan yang diminatinya. Jangan memaksa diri memilih pekerjaan dan
lingkungan yang tidak disukainya. Jangan mempelajari dan membahas sesuatu yang
tidak diminati.
4.
Bakat
Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar
adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat
khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.[9]Bakat
adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek
dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan
potensi yang dimiliki seseorang sebagai bawaan sejak lahir.[10]
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau
potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Bakat hanya faktor penunjang saja bagi kreatifitas. Bakat ibarat
pupuk. Tanpa dipupuk tanaman akan tetap hidup, walaupun tidak akan sempurna
pertumbuhannya. Jika dipupuk, tumbuhan akan tumbuh dengan sempurna dan bagus.
Oleh karena itu, bakat harus dilatih dan diasah
dalam kesehariaannya agar dapat menghasilkan karya kreatif. Tanpa latihan dan
usaha yang ajeg dan sungguh-sungguh, bakat tidak dapat maksimal.
5.
Usaha
Kreativitas bukan suatu hal yang instan.
Orang-orang yang kreatif seperti Isma sawitri ataupun Chairil Anwar menjadi
besar dan kreatif karena terus berlatih. Kreatifitas
ibarat tumbuhan, ia akan terus tumbuh dan berkembang kalau dipupuk dan dirawat
dengan baik. Jika pemupukan dan perawatan tidak dilakukan dengan baik, ia akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan.[11]
6.
Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai
sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Daalam arti sempit, istilah
pekerjaan digunakan untuk satu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya
bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan
sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.[12]
Diatas telah disinggung bahwa yang membedakan
antara laki-laki dan wanita soal kreatifitas adalah lingkungan pekerjaan.
Lingkungan pekerjaan ini begitu besar pengaruhnya terhadap kreatifitas, karena
pekerjaan inilah yang harus digeluti seseorang setiap harinya. Pekerjaan yang
terus menerus akan membentuk kebiasaan. Jika pekerjaan yang dilakukannya
bersifat rutin dan tatap akan menjadikan seseorang bersifat mekanis dan tidak
kreatif. Sebaliknya, pekerjaan yang banyak menuntut kreatifitas akan menjadikan
seseorang kreatif.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor yang berpengaruh terhadap
proses kreatif atau penulisan kreatif, diantarnya adalah Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan,
Minat, Bakat, Usaha, dan Pekerjaan. Keseluruhan faktor ini memiliki pengaruhnya
masing-masing terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif, yang mana jika
pemenuhannya diperhatikan dengan baik dapat membantu seorang dalam
mengoptimalkan potensi kreativitasnya.
B. Saran
1.
Bagi pembaca diharapkan dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan– kesempatan berikutnya.
2.
Bagi pembimbing, pembaca dan kami
penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
3.
Bagi pembaca dan calon
pendidiksemoga isi dari makalah ini dapat menjadi bahan untuk mengenal dan
memahami faktor
yang berpengaruh terhadap proses kreatif atau penulisan kreatif.
[1]Abidin,
“Faktor yang
Mempengaruhi Kreativitas” dalam
http://www.landasanteori. com/2015/09/faktor-yang-mempengaruhi-kreativita.html,
diakses pada 09 September 2016
[2]Roekhan, Menulis Kreatif :
Dasar-dasar dan Petunjuk Penerapannya. (Malang : YA3 Malang, 1991), hlm. 16
[7]Slameto, Belajar dan faktor - faktor yang
mempengaruhinya. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 57
[9]Nana
Syaodih.S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, . 2005, hlm.
101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar