Lampiran
Materi
A.
Sifat Jaiz Allah
Sifat
jaiz Allah SWT yaitu Fi'lu kulli mumkinin aw tarkuhu artinya Allah SWT mungkin mengerjakan
sesuatu atau meninggalkannya.
Jaiz
pada sifat Allah SWT berarti “mungkin” yaitu sesuai sifat Allah SWT Iradat yang
berati berkehendak. Allah SWT berkehendak dengan segala yang terjadi didunia,
sehingga segala sesuatu bisa bersifat mungkin dan tidak ada hal yang mustahil
bagi Allah SWT. Secara syari’at dinyatakan bahwa manusia punya kehendak, Allah
SWT punya kehendak, tapi kehendak Allah SWT lah yang akan berlaku diatas
kehendak manusia itu, nyatanya Iradat Allah SWT itu pada nafsu kita, kalau
tidak berkehendak nafsu kita, itu adalah tindak nyata Iradat Allah SWT, karena
berkehendak nafsu kita itu dengan Iradat Allah SWT.
Dalam
Kajian Hakikat Tauhid dan Aqidah ini kita memahami bahwa sifat Jaiz pada Allah
SWT terbagi atas empat kelompok atau empat bagian dengan namnya masing-masing
yaitu:
Mungkin
pada masa lalu (Wajadda wa’angqada)
Mungkin
pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada nenek moyang atau leluhur kita
termasuk didalamnya asal usul dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dalam
mungkin Wajadda wa’angqada ini pemahaman kita adalah bahwa
sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT memberi bekas pada setiap ciptaan-Nya.Taksyariyah namanya
Mungkin
pada saat ini (Maujudad)
Mungkin
pada saat ini adalah seperti bumi dan langit dan segala isinya termasuk
didalamnya mungkin saja yang dikatakan alien itu ada dan mungkin saja tidak ada
dan lain-lain. Dalam mungkin Maujudad ini pemahaman kita
adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT berserta dengan dengan
ciptaan-Nya dalam arti meliputi. Ma’iyah namanya.
Mungkin
pada masa datang (Sayujad)
Mungkin
pada masa yang akan datang seperti adanya anak-anak cucu serta keturunan kita.
Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman kita segala sesuatu yang
akan datang itu merupakan penetapan dan hukum atau sebab dari Qudrat dan Iradat
Allah SWT. Khukmiyah namanya.
Mungkin dalam Ilmu Allah SWT (‘Alimullahu
annahu lam yujad)
Mungkin
dalam ilmu Allah SWT berarti tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT.
apabila Allah berkehendak dengan atau tanpa sebab sesuai hukum syariat diterima
atau tidak oleh akal, seperti Allah SWT menciptakan manusia berkepala tujuh
atau ular berkaki sembilan atau memasukkan orang kafir kedalam surga. Semua
mungkin saja terjadi karena Allah SWT adalah Zat Yang Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu. Dalam ‘Alimullahu annahu lam yujad ini pada pemahaman
kita adalah Qudrat dan Iradat Allah swt yang memberi kekuatan dan yang menguatkan
ciptaannya.
B.
Kisah Nabi Adam a.s
Nabi
Adam Berasal dari Tanah
Kata Adam berasal dari adim. Adimul Ardli berarti
permukaan bumi. Nama Adam erat kaitannya dengan bahan penciptaan. Adam
diciptakan dari tanah yang ada di permukaan bumi. Setelah mati, Adam dan anak
cucunya juga akan dikuburkan di dalam tanah. Akhirnya, wujud Adam menjadi
sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. Setelah ruh ditiupkan, Allah
menyampaikan sebuah titah kepada para malaikat. Titah itu juga berlaku bagi
makhluk lain yang saat itu berada dekat dengan para malaikat. Isi titah
menyebutkan agar para malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan yang
tak diberikan kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh kepada
titah sang pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk yang
membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin ini
merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya, iblis
diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik daripada tanah?
Iblis
yang Sok Hebat
Sifat sombong iblis terlihat dari dua sikap. Pertama, iblis
memandang rendah Adam. Di mata iblis, Adam hanyalah makhluk kemarin sore,
sedangkan dia sudah ada jauh sebelum Adam ada. Lalu, Adam pun diciptakan dari
tanah, sedangkan dia diciptakan dari api. Masa, dia harus hormat kepada makhluk
seperti Adam itu. Kedua, iblis menolak kebenaran. Iblis menolak untuk bersujud
kepad Adam.padahal dia tau bahwa yang memberi titah itu adalah Allah. Penolakan
iblis jelas merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya. Akibatnya, dia diusir
dari surga. Tak hanya itu, iblis juga mendapat laknat Allah sampai hari kiamat.
Ciri orang yang mendapat laknat Allah ialah tak bisa keluar dari kesesatan.
Itulah sebabnya, iblis selamanya berada dalam kesesatan. Bermula dari
kesombongan, selanjutnya muncul kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi.
Pasalnya, ada makhluk yang mendapat kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima.
Tidak boleh ada makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, dia ingin
membuktikan kalau Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, dia akan berusaha
menyesatkan Adam dan anak-cucunya. Maka, kadung mendapat laknat, iblis meminta
tempo. Dia meminta umur panjang. Tak tanggung-tanggung, sampai hari kiamat.
Umur selama itu akan dipergunakannya untuk membalas dendam. Iblis tidak ingin
sendirian berada di neraka. Dia ingin membawa Adam dan keturunannya turut
serta.
Penciptaan
Hawa
Hidup seorang diri tidaklah mengenakkan. Hal ini juga dirasakan
Adam. Tak ada teman curhat. Tak ada kawan berbagi baik dalam suka maupun duka.
Pendek kata, Adam merasakan kesepian. Ia membutuhkan seorang pendamping.
Kemudian, Hawa diciptakan. Bahannya diambil dari tulang rusuk Adam. Ketika itu,
Adam yang sedang terlelap tidur Allah mengambil tulang rusuknya yang sebelah
kiri. Walau diambil tulang rusuk, Adam tak merasakan sakit. Sekiranya merasa
sakit, tentu Adam tidak akan sayang kepada Hawa.
Setelah hawa diciptakan , para malaikat bertanya,
“Adam siapa yang ada disampingmu itu?
“Seorang perempuan “
“Siapa namanya?
“Hawa”
“Untuk apa Allah menciptakan hawa?
“Untuk mendampingi saya, memberi kebahagiaan, dan memenuhi
keperluan hidup saya sesuai dengan kehendak Allah”
Kebahagiaan semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal
di surga. Kehidupan di sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka bebas
mencicipi apa saja sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan Hawa tidak
boleh mendekati pohon larangan. Larangan ini harus dipatuhi. Jika tidak, mereka
bisa celaka. Di surga, Adam tidak perlu mencari nafkah. Segala keperluan sudah
tersedia. Pendek kata, Adam dan Hawa tidak akan kelaparan, kehausan, dan
kelelahan. Sungguh menyenangkan. Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak
dekat-dekat dengan pohon larangan. Mudah, bukan?
Dosa
Pertama Nabi Adam dan Hawa
Sejak membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga.
Perasaan dendam dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak senang
melihat Adam dan Hawa bahagia. Oleh karena itu, iblis lalu mencari-cari
kesempatan. Dia ingin memperdaya mereka. Pokoknya, Adam juga harus keluar dari
surga. Kesempatan itu kini ada. Pohon larangan! Adam dan Hawa dilarang
mendekati pohon itu. Ini peluang emas, tidak boleh disia-siakan. Iblis merasa
sangat senang. Inilah saat untuk membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi
pecundang. Apa pun caranya, Adam dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala
reka perdaya mesti dilakukan. Berbaga muslihat direncanakan. Pertama-tama,
iblis harus mendapat kepercayaan. Dia pun melakukan pendekatan. Dia
berpura-pura menganggap Adam dan Hawa sebagai teman. Tutur katanya menawan.
Bermacam rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa dia ingin memberi nasihat.
Ada rahasia besar yang ingin disampaikan. Rahasia supaya adam dan hawa bisa
hidup bahagia bisa hidup kekal. Akhinya, Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa
memakan buah pohon larangan. Hawa pulang dengan perasaan senang. Diceritakannya
pengalaman tadi kepada Adam. Adam begitu tertarik. Ia juga ingin mencicipi.
Pohon itu kemudian didekati. Buahnya dipetik, dan adam memakannya lengkap
sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati pohon larangan,
tetapi juga memakan buahnya. Tak lama kemudian, Adam dan Hawa merasakan
akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan malu begitu saja membuncah. Mereka
berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk menutupi aurat mereka. Namun,
pohon-pohon surga menjauh. Untungnya, ada satu pohon yang merasa kasihan.
P{ohon Tin mau memberikan daun-daunya, aurat merekapun bisa tertutupi.
Adam dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka.
Tetapi juga, karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat menyesal.
Mereka telah bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata, mereka memanjatkan
doa.
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi."
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi."
Nabi
Adam Diturunkan ke Bumi
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tobat Adam dan Hawa
diterima. Kesalahan mereka diampuni. Adam dan Hawa merasa tenang. Ampunan Allah
membuat hati mereka terasa lega. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga.
Adam dan Hawa sadar. Iblis benar-benar musuh. Musuh yang harus senantiasa
diwaspadai. Segala bujuk rayunya mesti dijauhi. Hidup kekal ternyata muslihat
iblis. Akibat terperdaya, kini Adam dan Hawa harus pindah. Mereka tak bisa lagi
tinggal di Surga.
Allah menyuruh mereka turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa
tinggal di bumi. Mengemban tugas menjadi khalifah. Namun, perseteruan iblis dan
Adam terus berlanjut. Iblis akan terus terus berusaha mewujudkan janjinya,
jaanji untuk menyesatkan adam, demikian, Adam dan Iblis menjadi musuh
bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan Adam dan iblis.
Permusuhan akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Kenikmatan surga tinggal
kenangan. Dulu, di surga serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal
minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap
nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras. Saat diturunkan ke bumi, Adam
dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di daerah Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah
berarti nenek. Hawa adalah nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam
diturunkan di daerah Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran
Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para
peziarah. Perasaan bahagia begitu membuncah. Betapa tidak, sekian lama berpisah
akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat. Sekarang, keduanya bisa
berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih mudah daripada sendiri-sendiri. Bisa
saling menjaga, dan saling menasihati.
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa
Adam dan Hawa hidup bersama lagi. Mereka adalah pasangan
suami-istri pertama. Keduanya beranak-pinak. Setiap kelahiran selalu kembar,
laki-laki dan perempuan. Persalinan pertama, lahirlah Qabil dan Iklima. Lalu,
persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda. Adam dan Hawa sangat bahagia.
Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini berkat kehadiran anak-anak.
Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus perjuangan. Selanjutnya, anak-anak
berketurunan lagi. Mereka melahirkan cucu dan seterusnya. Jumlah keturunan Adam
terus bertambah. Semakin lama semakin banyak.
Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda
Beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah asuhan orang tua.
Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil
berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda
biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka
sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga, sedangkan
Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang
peternakan.
Dosa
Anak Nabi Adam
Keempat putra-putri Adam tumbuh dewasa. Masing-masing sudah
memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Allah kemudian memberi Adam
petunjuk. Putra-putri Adam harus segera dinikahkan. Dengan ketentuan,
masing-masing tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya. Artinya,Qabil
harus menikahi Labuda, sedangkan Habil harus menikahi Iklima. Ketentuan itu
kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak keberatan sebab ini
merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus
setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan
itu. Ia bersikeras untuk menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang
gadis yang cantik. Qabil sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak
dinikahkan dengan Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih
berhak untuk menikahi Iklima. Toh, Iklima adalah adiknya sendiri. Qabil tidak
rela kalau Iklima dinikahi Habil. Qabil bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak
dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat kurang baik ini, Adam berusaha
mencari jalan keluar. Jalan keluar yang disepakati oleh semua pihak. Tidak
boleh ada pihak yang dikecewakan. Perselisihan harus dihindarkan. Sebab,
perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, persoalan
jodoh harus diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah.
Adam mengusulkan agar Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima,
ia berhak menikahi si cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat,
yang menang itulah yang berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing
mempersiapkan diri. Qabil semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya.
Habil juga tak mau kalah. Ia bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan
ternak-ternaknya. Hari yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju
ladang. Ladang gandumnya sangat lebat. Hasil jerih payahnya selama ini.
Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil. Ia memilih-milih gandum yang akan
dijadikan kurban. Ia sengaja memilih gandum yang kurang baik. Setelah karung
terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum itu kemudian diletakkan di
atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga sedang sibuk. Ia berjalan ke
sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling baik. kambing yang paling gemuk
dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya ke bukit yang sama. Qabil dan
Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi
bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain
juga turut menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang
akan diterima?
Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu
kemudian menyambar kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo
singkat kambing Habil pun lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu,
gandum Qabil masih utuh. Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi
pemenang. Kurbannya diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak
mempersunting si cantik Iklima. Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia.
Lain halnya dengan sang kakak. Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima,
Ia gagal menikahi Iklima. Qabil tidak bisa menolak. Dengan perasaan
kecewa, Ia menerima keputusan Habil dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar
kecewa, harapannya pupus. Dia tak bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya
semakin menjadi-jadi. Lambat laun tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan
dendam. Dendam memunculkan niat jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi
Habil.
Pembunuhan
Pertama di Dunia
Suatu ketika, Adam hendak bepergian. Sebelum berangkat, Adam
menyampaikan amanat kepada Qabil untuk menjaga semua anggota keluarga.
Kerukunan harus dipelihara. Qabil mengangguk-angguk. Ia berjanji untuk
menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil tertawa. Ia
merasa senang. Senang bukan karena mendapat kepercayaan dari sang ayah. Tetapi,
ia merasa mendapat kesempatan. Ya, kesempatan untuk membalas dendam. Adam
berangkat dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil.
Bagaimanapun Qabil adalah anak sulung. Qabil yang dituakan. Tak lama setelah
Adam berangkat, Qabil bersiap-siap,Ia akan menyatroni peternakan.Sesampainya di
sana, Qabil segera menghampiri Habil.
“Aku datang untyk membunuh kau !” Qobil menghardik penuh kebencian
.
“Aku salah saya? Mengapa kakak hendak membunuh saya?
“Karena kau telah merampas harapanku, kau telah merebut iklim”
“Allah yang menentukan saya berusaha”
“Saya juga berusaha!” bentuk Qabil
“Ketahuilah kelak Allah hanya menerima kurban dari orang berhati
tulus.
" Orang yang berhati tulus akan memilih kurban yang paling
baik. Kenapa kakak memilih gandum yang busuk. Jelas saja, kurban kakak tidak
diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya kakak juga telah setuju dengan penyelesaian seperti
itu? Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan adalah
musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar dari
surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan sampai kakak menyesal kelak."
"Diam! Aku akan membunuh kau!"
"Jika kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut
kepada Allah. Saya tidak akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan
kepada Allah."
Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Nasihat Habil sama sekali
tak ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak
tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan.
Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum
terpikirkan bagaimana membunuh habil. Saat Qabil kebingungan, Iblis menjelma.
Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor burung
dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung itu
menggelepar-gelepar, lalu mati. Qabil mendapat ide. Sekarang, ia tahu apa yang
harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang tepat. Saat itu, Habil sedang
terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar menghantam
kepala Habil. Saking kerasnya hantaman batu besar, tak lama kemudian Habil
menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang pertama
kali dilakukan manusia di bumi ini.
Belajar
dari Burung Gagak
Bingung, demikian, yang dialami Qabil setelah membunuh sang adik.
Tak tahu apa yang harus dilakukan. Mayat Habil lama tergeletak. Sampai-sampai,
mengeluarkan bau busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir. Beberapa lama kemudian,
datanglah dua ekor burung gagak. Kedua burung ini berkelahi. Salah satunya,
kemudian mati. Lalu, si pemenang menggali tanah dengan cakarnya. Setelah cukup,
bangkai burung gagak itu dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke
dalam lubang. Melihat kejadian itu, Qabil termenung. Ia baru menyadari
kedunguannya.
"Bodoh sekali aku ini! Masa aku kalah pintar sama burung gagak
itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya. "Saya tidak tahu."
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya. "Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga,
kan? Ke mana Habil?""Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga
Habil setiap saat." jawab Qabil.
Pasti telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan
harus mencari Habil? Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya
siapa lagi kalau bukan Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil
dianiaya. Tega nian sang kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara
dengki, hubungan keluarga jadi rusak. Seorang kakak bahkan tega membunuh adik
kandungnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan.
Adam hanya berserah diri kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya.
Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk
anaknya, Qabil.
Nabi
Adam Wafat
Nabi Adam terus berdakwah di kalangan anak cucunya, mengajak mereka
mengamalkan ajaran Allah untuk menyembah-Nya, berbuat baik kepada sesama,
jujur, dan saling menolong. Dalam riwayat, Nabi Adam wafat dalam usia seribu
tahun setelah sebelumnya menderita sakit selama 11 hari. Setahun kemudian Hawa
meninggal. Sebagian riwayat menyatakan Nabi Adam dimakamkan di kota Mekah dan
Hawa dimakamkan di kota Jedah.
Dosa anak nabi adam dan hawa Dosa nabi Adam dan Hawa
C.
HIKMAH DI BALIK KISAH NABI ADAM DAN IBLIS
“Di dalam Al-Qur’an, salah satu kisah yang sering diulang adalah kisah Adam ‘alaihis salam dan Iblis. Kisah keduanya, baik terangkai maupun terpisah, dipotret dari sudut pandang berbeda-beda. Tentu saja, ada hikmah-hikmah tertentu yang hendak Allah ajarkan kepada kita, sebagaimana umumnya kisah-kisah Qur’ani. Salah satu topik yang ditonjolkan adalah kesombongan Iblis dan keputusasaannya, serta kerendahhatian Adam dan pertaubatannya. Mari kita ikuti bagaimana Al-Qur’an menggambarkannya”.
“Di dalam Al-Qur’an, salah satu kisah yang sering diulang adalah kisah Adam ‘alaihis salam dan Iblis. Kisah keduanya, baik terangkai maupun terpisah, dipotret dari sudut pandang berbeda-beda. Tentu saja, ada hikmah-hikmah tertentu yang hendak Allah ajarkan kepada kita, sebagaimana umumnya kisah-kisah Qur’ani. Salah satu topik yang ditonjolkan adalah kesombongan Iblis dan keputusasaannya, serta kerendahhatian Adam dan pertaubatannya. Mari kita ikuti bagaimana Al-Qur’an menggambarkannya”.
Tatkala Allah telah menciptakan Adam dan mengajarinya nama-nama,
para malaikat dan Iblis pun diperintahkan untuk bersujud kepadanya. Para
malaikat tunduk, sedangkan Iblis menolak dan menyombongkan diri. Akibatnya,
Allah murka. Iblis pun dilaknat serta diusir dari surga. Mengetahui hal ini,
Iblis bukannya menyadari kesalahan dan memohon ampunan, namun justru marah dan
menyalahkan Adam. Ia mendendam kepada Adam, bahkan kepada seluruh anak
keturunannya, dan bersumpah akan menyeret mereka ke dalam kemurkaan Allah, sama
dengan dirinya. Al-Qur’an menceritakannya: “Iblis berkata: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka (yakni, manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).” (Qs. al-A'raf: 16-17)
Allah pun memperingatkan Adam dan istrinya agar berhati-hati
terhadap permusuhan nyata dari Iblis ini. Namun, ternyata keduanya lengah dan
berhasil digelincirkan. Mereka memakan buah pohon terlarang, dan akhirnya
dimurkai Allah serta diusir dari surga-Nya. Hanya saja, sikap mereka berdua
sangat bertolak belakang dengan Iblis. Ketika Allah menegur mereka atas
pelanggaran serius ini, mereka merendahkan diri, bertaubat dan memohon ampunan
dengan sungguh-sungguh. Al-Qur’an menyatakan:“Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah
pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka:
"Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku
katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
kamu berdua?" Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya
diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. al-A'raf: 22-23)
Kisah ini menggambarkan dua sikap mental yang saling bertolak-belakang.
Kepada Iblis, Allah sebenarnya telah memberikan “perpanjangan waktu”. Tidak
tanggung-tanggung, mereka diberi tempo sampai Hari Kiamat. Tentunya, waktu
selapang ini dapat dimanfaatkan untuk mengoreksi diri dan memohon belas-kasih
Allah. Namun, Iblis keliru bersikap. Didorong oleh kemarahan, ia justru
menjatuhkan diri semakin dalam, tenggelam dalam samudera dosa, dan tersesat
sangat jauh. Maka, nama sebutan mereka sendiri telah mencerminkan sifat
tersebut. Iblis artinya putus asa, sedangkan syetan bermakna terjauh dari
rahmat Allah.
Sayangnya, dalam kenyataan hidup kita, ada manusia-manusia yang
sikapnya mengekor Iblis. Ketika melihat dirinya berada dalam satu kesalahan
atau ditegur atas suatu pelanggaran, ia justru marah dan semakin menjadi-jadi.
Ia putus asa, berpikir pendek dan tidak menyadari betapa lapangnya rahmat
Allah. Oleh karenanya, keputusasaan disebut sebagai karakter orang kafir, para
pengikut Iblis. Al-Qur’an menyitir:“…dan janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir." (Qs. Yusuf: 87)
Kita menyaksikan orang-orang berkarakter Iblis yang terbenam dalam
prostitusi, korupsi, penipuan, premanisme, atau singkatnya “kehidupan yang
gelap”. Ketika menyadari keberadaannya di jalan “berlumpur”, alih-alih insyaf
dan berupaya kembali ke jalan “yang bersih”, mereka justru sibuk mencari sejuta
dalih untuk membenarkan diri. Inilah makna pernyataan syetan yang direkam oleh
Al-Qur’an: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(kemaksiatan) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Qs.
al-Hijr: 39). Jika syetan berhasil menggiring manusia untuk memandang baik
kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukannya, maka manusia seperti itu takkan
pernah bertaubat. Dengan demikian, ia akan menemani syetan di neraka yang
menyala-nyala. Na’udzu billah!
Alternatif lain ditunjukkan oleh Allah dalam kisah tersebut, yakni
kerendahhatian Adam dan istrinya, serta pertaubatan mereka. Sebagai manusia,
sebenarnya kita jauh lebih layak meniru leluhur kita sendiri, bukan menuruti
ajaran musuh kita. Kita memang tidak dijamin bersih dari kesalahan maupun dosa,
namun rahmat Allah teramat luas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Seandainya orang mukmin tahu hukuman yang
ada di sisi Allah niscaya tidak seorang pun mengharapkan surga, dan seandainya
orang kafir tahu rahmat yang ada di sisi Allah niscaya tidak seorang pun
berputus asa dari surga. Allah telah menciptakan seratus rahmat, lalu Dia
meletakkan satu macam rahmat diantara makhluk-Nya dimana dengannya mereka
saling mengasihi satu sama lain. Di sisi Allah masih ada 99 rahmat lainnya.” (Riwayat
Ahmad, dari Abu Hurairah.Sanad-nya shahih ‘ala syarthi muslim).
Maka, alternatif manakah yang hendak kita pilih?** Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar