Sabtu, 26 November 2016

KISAH NABI ADAM AS


Lampiran Materi
A.    Sifat Jaiz Allah
Sifat jaiz Allah SWT yaitu  Fi'lu kulli mumkinin aw tarkuhu  artinya Allah SWT mungkin mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.
Jaiz pada sifat Allah SWT berarti “mungkin” yaitu sesuai sifat Allah SWT Iradat yang berati berkehendak. Allah SWT berkehendak dengan segala yang terjadi didunia, sehingga segala sesuatu bisa bersifat mungkin dan tidak ada hal yang mustahil bagi Allah SWT. Secara syari’at dinyatakan bahwa manusia punya kehendak, Allah SWT punya kehendak, tapi kehendak Allah SWT lah yang akan berlaku diatas kehendak manusia itu, nyatanya Iradat Allah SWT itu pada nafsu kita, kalau tidak berkehendak nafsu kita, itu adalah tindak nyata Iradat Allah SWT, karena berkehendak nafsu kita itu dengan Iradat Allah SWT.
Dalam Kajian Hakikat Tauhid dan Aqidah ini kita memahami bahwa sifat Jaiz pada Allah SWT terbagi atas empat kelompok atau empat bagian dengan namnya masing-masing yaitu:
Mungkin pada masa lalu (Wajadda wa’angqada)
Mungkin pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada nenek moyang atau leluhur kita termasuk didalamnya asal usul dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dalam mungkin Wajadda wa’angqada ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT memberi bekas pada setiap ciptaan-Nya.Taksyariyah namanya
Mungkin pada saat ini (Maujudad)
Mungkin pada saat ini adalah seperti bumi dan langit dan segala isinya termasuk didalamnya mungkin saja yang dikatakan alien itu ada dan mungkin saja tidak ada dan lain-lain. Dalam mungkin Maujudad ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT berserta dengan dengan ciptaan-Nya dalam arti meliputi. Ma’iyah namanya.
Mungkin pada masa datang (Sayujad)
Mungkin pada masa yang akan datang seperti adanya anak-anak cucu serta keturunan kita. Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman kita segala sesuatu yang akan datang itu merupakan penetapan dan hukum atau sebab dari Qudrat dan Iradat Allah SWT. Khukmiyah namanya.
           Mungkin dalam Ilmu Allah SWT (‘Alimullahu annahu lam yujad)
Mungkin dalam ilmu Allah SWT berarti tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT. apabila Allah berkehendak dengan atau tanpa sebab sesuai hukum syariat diterima atau tidak oleh akal, seperti Allah SWT menciptakan manusia berkepala tujuh atau ular berkaki sembilan atau memasukkan orang kafir kedalam surga. Semua mungkin saja terjadi karena Allah SWT adalah Zat Yang Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dalam ‘Alimullahu annahu lam yujad ini pada pemahaman kita adalah Qudrat dan Iradat Allah swt yang memberi kekuatan dan yang menguatkan ciptaannya. 


B.     Kisah Nabi Adam a.s
Nabi Adam Berasal dari Tanah
Kata Adam berasal dari adim. Adimul Ardli berarti permukaan bumi. Nama Adam erat kaitannya dengan bahan penciptaan. Adam diciptakan dari tanah yang ada di permukaan bumi. Setelah mati, Adam dan anak cucunya juga akan dikuburkan di dalam tanah. Akhirnya, wujud Adam menjadi sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. Setelah ruh ditiupkan, Allah menyampaikan sebuah titah kepada para malaikat. Titah itu juga berlaku bagi makhluk lain yang saat itu berada dekat dengan para malaikat. Isi titah menyebutkan agar para malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan yang tak diberikan kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh kepada titah sang pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk yang membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin ini merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya, iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik daripada tanah?
Iblis yang Sok Hebat
Sifat sombong iblis terlihat dari dua sikap. Pertama, iblis memandang rendah Adam. Di mata iblis, Adam hanyalah makhluk kemarin sore,  sedangkan dia sudah ada jauh sebelum Adam ada. Lalu, Adam pun diciptakan dari tanah, sedangkan dia diciptakan dari api. Masa, dia harus hormat kepada makhluk seperti Adam itu. Kedua, iblis menolak kebenaran. Iblis menolak untuk bersujud kepad Adam.padahal dia tau bahwa yang memberi titah itu adalah Allah. Penolakan iblis jelas merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya. Akibatnya, dia diusir dari surga. Tak hanya itu, iblis juga mendapat laknat Allah sampai hari kiamat. Ciri orang yang mendapat laknat Allah ialah tak bisa keluar dari kesesatan. Itulah sebabnya, iblis selamanya berada dalam kesesatan. Bermula dari kesombongan, selanjutnya muncul kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi. Pasalnya, ada makhluk yang mendapat kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima. Tidak boleh ada makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, dia ingin membuktikan kalau Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, dia akan berusaha menyesatkan Adam dan anak-cucunya. Maka, kadung mendapat laknat, iblis meminta tempo. Dia meminta umur panjang. Tak tanggung-tanggung, sampai hari kiamat. Umur selama itu akan dipergunakannya untuk membalas dendam. Iblis tidak ingin sendirian berada di neraka. Dia ingin membawa Adam dan keturunannya turut serta. 
Penciptaan Hawa
Hidup seorang diri tidaklah mengenakkan. Hal ini juga dirasakan Adam. Tak ada teman curhat. Tak ada kawan berbagi baik dalam suka maupun duka. Pendek kata, Adam merasakan kesepian. Ia membutuhkan seorang pendamping. Kemudian, Hawa diciptakan. Bahannya diambil dari tulang rusuk Adam. Ketika itu, Adam yang sedang terlelap tidur Allah mengambil tulang rusuknya yang sebelah kiri. Walau diambil tulang rusuk, Adam tak merasakan sakit. Sekiranya merasa sakit, tentu Adam tidak akan sayang kepada Hawa.
Setelah hawa diciptakan , para malaikat bertanya,
“Adam siapa yang ada disampingmu itu?
“Seorang perempuan “
“Siapa namanya?
“Hawa”
“Untuk apa Allah menciptakan hawa?
“Untuk mendampingi saya, memberi kebahagiaan, dan memenuhi keperluan hidup saya sesuai dengan kehendak Allah”
Kebahagiaan semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal di surga. Kehidupan di sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka bebas mencicipi apa saja sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan Hawa tidak boleh mendekati pohon larangan. Larangan ini harus dipatuhi. Jika tidak, mereka bisa celaka. Di surga, Adam tidak perlu mencari nafkah. Segala keperluan sudah tersedia. Pendek kata, Adam dan Hawa tidak akan kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Sungguh menyenangkan. Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak dekat-dekat dengan pohon larangan. Mudah, bukan?
Dosa Pertama Nabi Adam dan Hawa
Sejak membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga. Perasaan dendam dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak senang melihat Adam dan Hawa bahagia. Oleh karena itu, iblis lalu mencari-cari kesempatan. Dia ingin memperdaya mereka. Pokoknya, Adam juga harus keluar dari surga. Kesempatan itu kini ada. Pohon larangan! Adam dan Hawa dilarang mendekati pohon itu. Ini peluang emas, tidak boleh disia-siakan. Iblis merasa sangat senang. Inilah saat untuk membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi pecundang. Apa pun caranya, Adam dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala reka perdaya mesti dilakukan. Berbaga muslihat direncanakan. Pertama-tama, iblis harus mendapat kepercayaan. Dia pun melakukan pendekatan. Dia berpura-pura menganggap Adam dan Hawa sebagai teman. Tutur katanya menawan. Bermacam rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa dia ingin memberi nasihat. Ada rahasia besar yang ingin disampaikan. Rahasia supaya adam dan hawa bisa hidup bahagia bisa hidup kekal. Akhinya, Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa memakan buah pohon larangan. Hawa pulang dengan perasaan senang. Diceritakannya pengalaman tadi kepada Adam. Adam begitu tertarik. Ia juga ingin mencicipi. Pohon itu kemudian didekati. Buahnya dipetik, dan adam memakannya lengkap sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati pohon larangan, tetapi juga memakan buahnya. Tak lama kemudian, Adam dan Hawa merasakan akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan malu begitu saja membuncah. Mereka berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk menutupi aurat mereka. Namun, pohon-pohon surga menjauh. Untungnya, ada satu pohon yang merasa kasihan. P{ohon Tin mau memberikan daun-daunya, aurat merekapun bisa tertutupi.  
Adam dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka. Tetapi juga, karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat menyesal. Mereka telah bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata, mereka memanjatkan doa.
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi."

Nabi Adam Diturunkan ke Bumi
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tobat Adam dan Hawa diterima. Kesalahan mereka diampuni. Adam dan Hawa merasa tenang. Ampunan Allah membuat hati mereka terasa lega. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga. Adam dan Hawa sadar. Iblis benar-benar musuh. Musuh yang harus senantiasa diwaspadai. Segala bujuk rayunya mesti dijauhi. Hidup kekal ternyata muslihat iblis. Akibat terperdaya, kini Adam dan Hawa harus pindah. Mereka tak bisa lagi tinggal di Surga.
Allah menyuruh mereka turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa tinggal di bumi. Mengemban tugas menjadi khalifah. Namun, perseteruan iblis dan Adam terus berlanjut. Iblis akan terus terus berusaha mewujudkan janjinya, jaanji untuk menyesatkan adam, demikian, Adam dan Iblis menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan Adam dan iblis. Permusuhan akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Kenikmatan surga tinggal kenangan. Dulu, di surga serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras. Saat diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di daerah Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah berarti nenek. Hawa adalah nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam diturunkan di daerah Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para peziarah. Perasaan bahagia begitu membuncah. Betapa tidak, sekian lama berpisah akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat. Sekarang, keduanya bisa berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih mudah daripada sendiri-sendiri. Bisa saling menjaga, dan saling menasihati.
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa
Adam dan Hawa hidup bersama lagi. Mereka adalah pasangan suami-istri pertama. Keduanya beranak-pinak. Setiap kelahiran selalu kembar, laki-laki dan perempuan. Persalinan pertama, lahirlah Qabil dan Iklima. Lalu, persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda. Adam dan Hawa sangat bahagia. Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini berkat kehadiran anak-anak. Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus perjuangan. Selanjutnya, anak-anak berketurunan lagi. Mereka melahirkan cucu dan seterusnya. Jumlah keturunan Adam terus bertambah. Semakin lama semakin banyak.
Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda 
Beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah asuhan orang tua. Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga, sedangkan Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang peternakan.
Dosa Anak Nabi Adam
Keempat putra-putri Adam tumbuh dewasa. Masing-masing sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Allah kemudian memberi Adam petunjuk. Putra-putri Adam harus segera dinikahkan. Dengan ketentuan, masing-masing tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya. Artinya,Qabil harus menikahi Labuda, sedangkan Habil harus menikahi Iklima. Ketentuan itu kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak keberatan sebab ini merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan itu. Ia bersikeras untuk menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang gadis yang cantik. Qabil sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak dinikahkan dengan Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih berhak untuk menikahi Iklima. Toh, Iklima adalah adiknya sendiri. Qabil tidak rela kalau Iklima dinikahi Habil. Qabil bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar. Jalan keluar yang disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang dikecewakan. Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, persoalan jodoh harus diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah. Adam mengusulkan agar Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menikahi si cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.  Hari yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang gandumnya sangat lebat. Hasil jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil. Ia memilih-milih gandum yang akan dijadikan kurban. Ia sengaja memilih gandum yang kurang baik. Setelah karung terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum itu kemudian diletakkan di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga sedang sibuk. Ia berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling baik. kambing yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya ke bukit yang sama. Qabil dan Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain juga turut menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang akan diterima?
Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu kemudian menyambar kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo singkat kambing Habil pun lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu, gandum Qabil masih utuh. Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak mempersunting si cantik Iklima. Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak. Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.  Qabil tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia menerima keputusan Habil dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya pupus. Dia tak bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Lambat laun tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan dendam. Dendam memunculkan niat jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi Habil.
Pembunuhan Pertama di Dunia
Suatu ketika, Adam hendak bepergian. Sebelum berangkat, Adam menyampaikan amanat kepada Qabil untuk menjaga semua anggota keluarga. Kerukunan harus dipelihara. Qabil mengangguk-angguk. Ia berjanji untuk menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil tertawa. Ia merasa senang. Senang bukan karena mendapat kepercayaan dari sang ayah. Tetapi, ia merasa mendapat kesempatan. Ya, kesempatan untuk membalas dendam.  Adam berangkat dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil. Bagaimanapun Qabil adalah anak sulung. Qabil yang dituakan. Tak lama setelah Adam berangkat, Qabil bersiap-siap,Ia akan menyatroni peternakan.Sesampainya di sana, Qabil segera menghampiri Habil.
“Aku datang untyk membunuh kau !” Qobil menghardik penuh kebencian .
“Aku salah saya? Mengapa kakak hendak membunuh saya?
“Karena kau telah merampas harapanku, kau telah merebut iklim”
“Allah yang menentukan saya berusaha”
“Saya juga berusaha!” bentuk Qabil
“Ketahuilah kelak Allah hanya menerima kurban dari orang berhati tulus.
" Orang yang berhati tulus akan memilih kurban yang paling baik. Kenapa kakak memilih gandum yang busuk. Jelas saja, kurban kakak tidak diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya kakak juga telah setuju dengan penyelesaian seperti itu? Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan adalah musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar dari surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan sampai kakak menyesal kelak."
"Diam! Aku akan membunuh kau!"
"Jika kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah."
Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Nasihat Habil sama sekali tak ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan. Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum terpikirkan bagaimana membunuh habil. Saat Qabil kebingungan, Iblis menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung itu menggelepar-gelepar, lalu mati. Qabil mendapat ide. Sekarang, ia tahu apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang tepat.  Saat itu, Habil sedang terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar menghantam kepala Habil. Saking kerasnya hantaman batu besar, tak lama kemudian Habil menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang pertama kali dilakukan manusia di bumi ini.
Belajar dari Burung Gagak
Bingung, demikian, yang dialami Qabil setelah membunuh sang adik. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Mayat Habil lama tergeletak. Sampai-sampai, mengeluarkan bau busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir. Beberapa lama kemudian, datanglah dua ekor burung gagak. Kedua burung ini berkelahi. Salah satunya, kemudian mati. Lalu, si pemenang menggali tanah dengan cakarnya. Setelah cukup, bangkai burung gagak itu dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke dalam lubang. Melihat kejadian itu, Qabil termenung. Ia baru menyadari kedunguannya.
"Bodoh sekali aku ini! Masa aku kalah pintar sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
 Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya. "Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?""Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil.
Pasti telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus mencari Habil? Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil dianiaya. Tega nian sang kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara dengki, hubungan keluarga jadi rusak. Seorang kakak bahkan tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
Nabi Adam Wafat
Nabi Adam terus berdakwah di kalangan anak cucunya, mengajak mereka mengamalkan ajaran Allah untuk menyembah-Nya, berbuat baik kepada sesama, jujur, dan saling menolong. Dalam riwayat, Nabi Adam wafat dalam usia seribu tahun setelah sebelumnya menderita sakit selama 11 hari. Setahun kemudian Hawa meninggal. Sebagian riwayat menyatakan Nabi Adam dimakamkan di kota Mekah dan Hawa dimakamkan di kota Jedah.

Description: dosa nabi adam dan hawa,Description: Qabil dan Habil putra nabi Adam
 












Dosa anak nabi adam dan hawa                          Dosa nabi Adam dan Hawa

C.     HIKMAH DI BALIK KISAH NABI ADAM DAN IBLIS 

Di dalam Al-Qur’an, salah satu kisah yang sering diulang adalah kisah Adam ‘alaihis salam dan Iblis. Kisah keduanya, baik terangkai maupun terpisah, dipotret dari sudut pandang berbeda-beda. Tentu saja, ada hikmah-hikmah tertentu yang hendak Allah ajarkan kepada kita, sebagaimana umumnya kisah-kisah Qur’ani. Salah satu topik yang ditonjolkan adalah kesombongan Iblis dan keputusasaannya, serta kerendahhatian Adam dan pertaubatannya. Mari kita ikuti bagaimana Al-Qur’an menggambarkannya”.

Tatkala Allah telah menciptakan Adam dan mengajarinya nama-nama, para malaikat dan Iblis pun diperintahkan untuk bersujud kepadanya. Para malaikat tunduk, sedangkan Iblis menolak dan menyombongkan diri. Akibatnya, Allah murka. Iblis pun dilaknat serta diusir dari surga. Mengetahui hal ini, Iblis bukannya menyadari kesalahan dan memohon ampunan, namun justru marah dan menyalahkan Adam. Ia mendendam kepada Adam, bahkan kepada seluruh anak keturunannya, dan bersumpah akan menyeret mereka ke dalam kemurkaan Allah, sama dengan dirinya. Al-Qur’an menceritakannya: “Iblis berkata: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (yakni, manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Qs. al-A'raf: 16-17)
Allah pun memperingatkan Adam dan istrinya agar berhati-hati terhadap permusuhan nyata dari Iblis ini. Namun, ternyata keduanya lengah dan berhasil digelincirkan. Mereka memakan buah pohon terlarang, dan akhirnya dimurkai Allah serta diusir dari surga-Nya. Hanya saja, sikap mereka berdua sangat bertolak belakang dengan Iblis. Ketika Allah menegur mereka atas pelanggaran serius ini, mereka merendahkan diri, bertaubat dan memohon ampunan dengan sungguh-sungguh. Al-Qur’an menyatakan:“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. al-A'raf: 22-23)
Kisah ini menggambarkan dua sikap mental yang saling bertolak-belakang. Kepada Iblis, Allah sebenarnya telah memberikan “perpanjangan waktu”. Tidak tanggung-tanggung, mereka diberi tempo sampai Hari Kiamat. Tentunya, waktu selapang ini dapat dimanfaatkan untuk mengoreksi diri dan memohon belas-kasih Allah. Namun, Iblis keliru bersikap. Didorong oleh kemarahan, ia justru menjatuhkan diri semakin dalam, tenggelam dalam samudera dosa, dan tersesat sangat jauh. Maka, nama sebutan mereka sendiri telah mencerminkan sifat tersebut. Iblis artinya putus asa, sedangkan syetan bermakna terjauh dari rahmat Allah.
Sayangnya, dalam kenyataan hidup kita, ada manusia-manusia yang sikapnya mengekor Iblis. Ketika melihat dirinya berada dalam satu kesalahan atau ditegur atas suatu pelanggaran, ia justru marah dan semakin menjadi-jadi. Ia putus asa, berpikir pendek dan tidak menyadari betapa lapangnya rahmat Allah. Oleh karenanya, keputusasaan disebut sebagai karakter orang kafir, para pengikut Iblis. Al-Qur’an menyitir:“…dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Qs. Yusuf: 87)
Kita menyaksikan orang-orang berkarakter Iblis yang terbenam dalam prostitusi, korupsi, penipuan, premanisme, atau singkatnya “kehidupan yang gelap”. Ketika menyadari keberadaannya di jalan “berlumpur”, alih-alih insyaf dan berupaya kembali ke jalan “yang bersih”, mereka justru sibuk mencari sejuta dalih untuk membenarkan diri. Inilah makna pernyataan syetan yang direkam oleh Al-Qur’an: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (kemaksiatan) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Qs. al-Hijr: 39). Jika syetan berhasil menggiring manusia untuk memandang baik kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukannya, maka manusia seperti itu takkan pernah bertaubat. Dengan demikian, ia akan menemani syetan di neraka yang menyala-nyala. Na’udzu billah!
Alternatif lain ditunjukkan oleh Allah dalam kisah tersebut, yakni kerendahhatian Adam dan istrinya, serta pertaubatan mereka. Sebagai manusia, sebenarnya kita jauh lebih layak meniru leluhur kita sendiri, bukan menuruti ajaran musuh kita. Kita memang tidak dijamin bersih dari kesalahan maupun dosa, namun rahmat Allah teramat luas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seandainya orang mukmin tahu hukuman yang ada di sisi Allah niscaya tidak seorang pun mengharapkan surga, dan seandainya orang kafir tahu rahmat yang ada di sisi Allah niscaya tidak seorang pun berputus asa dari surga. Allah telah menciptakan seratus rahmat, lalu Dia meletakkan satu macam rahmat diantara makhluk-Nya dimana dengannya mereka saling mengasihi satu sama lain. Di sisi Allah masih ada 99 rahmat lainnya.” (Riwayat Ahmad, dari Abu Hurairah.Sanad-nya shahih ‘ala syarthi muslim). Maka, alternatif manakah yang hendak kita pilih?** Wallahu a’lam.











Tidak ada komentar: