Jumat, 03 Juni 2016

MAKALAH GENRE ANAK


A.    Pengertian Genre sastra anak
Sebagaimana halnya sastra dewasa, sastra anaka juga mengenal apa yang disebut genre. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum. Atau menurut Mitchell, genre menunjuk pada pengertian tipa atau kategori pengelompokkan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk atau isi. Hal ini memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang memiliki kesamaan sifat, dan elemen-elemen itu yang menunjukkan perbedaan dengan elemen pada genre yang lain. Misalnya, dalam genre yang disebut fiksi didalamnya terdapat elemen structural, seperti alur cerita, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain, sedangkan dalam genre puisiterdapat elemen, seperti rima, irama, diksi, imaji, dan lain-lain, yang pada prinsipnya elemen-elemen structural diantara keduanya menunjukkan perbedaan dan eksistensi masing-masing.
Lukens mengemukakan beberapa alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu:
1.    Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataan terdapat berbagai genre sastra anak selain cerita atau lagu-lagu bocah yang telah familiar, telah dikenal,dan diakrabi.
2.    Elemen struktural sastra dalam setiap genre berbeda
3.    Memperkaya wawasan terhadapa adanya kenyataan sastra yang bervariasi yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk memilihnya bagi anak.
B.     Fungsi Sastra Anak
Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, Sastra Anak berfungsi sebagai: untuk membentuk kepribadian dan untuk menuntut kecerdasan emosi anak.
C.    Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
1.    Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
2.    Puisi anak mengandung  tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop, cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah situasi masa kini.
Menurut Sarumpaet, ada 3 ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa. 3 Ciri itu yaitu:
1.    Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif.
2.    Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat.
3.    Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.

D.    Macam-Macam Genre Sastra Anak
Lukens mengelompokkan genre sastra ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis.
Berikut ini macam genre sastra menurut Lukens:           
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa suatu cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walaupun tidak harus memang benar-benar ada atau terjadi. Peristiwa dan jalinan peristiwa yang dikisahkan masuk akal dan logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memeng benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat dipercaya (plausible). Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar waktu dan tempat yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realismee yaitu cerita realistime, realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
a.        Cerita Realisme
Cerita realistic (realistic stories) biasanya bercerita tentang masala-masalah social dengan menampilkan tokoh utama protagonist sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pngembangan konflik dan alur cerita. Konflik yang dikisahkan dapat berkaitan dengan masalah diri sendiri, orang lain atau social, dan bersifat realistic sebagaimana dikemukakakan dalam kehidupana sehari-hari. Kaitan antara tokoh , konflik, alur, dan tema harus terjalin dengan baik dan saling berhubungan. Penyelesaian cerita tidak harus simplisistik dan sentimental dan kurang realistik dan adil.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya masalah tidak mudah diselesaikan dan bahkan mungkin tidak terselesaikan. Untuk cerita anaka, cerita lebih banyak diselesaikan, tetapi harus tetap mempertahankan logika cerita. Pembaca anak yang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh protagonist akan menemukan penyelesaian yang belum tentu sesuai dengan harapannya. Cerita realistic dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami dirinya sendiri dan orang lain lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat dipercaya.
a.    Realisme Binatang
Cerita realisme binatang (animal realistim) adalah cerita binatang yang bersifat nonfiksi. Cerita realisme binatang adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang binatang, misalnya yang berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup, dan lain-lain. Maksudnya, cerita ini adalah cerita deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung unsur personifikasi, binatang sebagaimana binatang yang tidak dapat berpikir seperti manusia. Dalam cerita fiksi binatang, biasanya ditambahkan dimensi lain yang memunculkan konflik atau petualangan dalam cerita. Cerita fiksi binatang ini menampilkan cerita binatang yang dapat berbicara, berpikir, dan berkonflik sebagaimana halnya manusia karena cerita itu memang hadir sebagai personifikasi karakter manusia. Dengan demikian, cerita fiksi binatang menjadi tidak realistik, dan sulit diterima secara akal. Oleh karena itu, cerita fiksi binatang tidak dikategorikan sebagai realisme binatang.
Cerita realisme binatang dapat juga ditulis dengan lebih menarik, dan karenanya menawarkan efek keindahan juga. Misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan binatang, baik binatang yang jinak dan familiar maupun binatang yang buas dan langka.
b.    Realisme Historis
Cerita realisme sejarah (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus bersetting pada masa lampau lengkap dengan konsekuensi faktual-logis-nya. Misalnya, deskripsi keadaan tempat, seperti rumah, jalan, dan kondisi, lingkungan alam secara keseluruhan, cara pemakaian tokoh, peralatan hidup, seperti alat untuk memasak, bekerja, transportasi, persenjataan, dan lain-lain harus sesuai dengan latar waktu dan tempat. Cerita biasanyamengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan alur. Contoh cerita sejarah, misalnya Perang diponegoro, Perang Paderi, dan lain-lain yang memang memiliki fakta kesejarahan.
Cerita sejarah dapat dikembangkan menjadi fiksi sejarah (historical fiction) yang didalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun, aspek imajinasi tersebut haruslah dipadukan dengan fakta. Dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang dengan memasukkan unsur legenda, tokoh-tokoh fiktif dan peristiwa-peristiwa fiktif, fiksi sejarah masih dapat dikategorikan dalam kelompok realisme. Cerita sejarah pada hakikatnya memang sejarah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra, cerita sejarah haruslah dikemas dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana.
c.    Cerita  Realisme Olah Raga
Cerita realisme olah raga (sports stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olah raga. Cerita ini dapat berkaitan dengan bermacam-macam jenis dan tim olah raga seperti sepakbola, basket, voli, badminton, dan para olahragawan yang terkenal. Cerita tentang olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk menanamkan karakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, kesederajatan, dan lain sebagainya yang penting untuk pengembangan diri. Jika dikemas dengan cara-cara menarik, cerita tentang olah raga tidak kalah menarik dibanding dengan cerita yang lain.
2.    Fiksi Formula
Genre ini disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walaupun hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau-tidak mau meruapak sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan Detektif, Cerita Romantis, Dan Novel Serial.
a.    Cerita Misteri Dan Detektif
Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang adalah cerita misteri (misteries)  dan cerita detectif (detectives, thrillers). Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas dalam satu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada setiap bagian. Cerita misteri menampilkan daya ketegangan, rasa ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak terjelaskan atau masih misterius, namun pada akhir kisah hal-hal tersebut dapat dijelaskan dan diselesaikan secara masuk akal. Demikian pula halnya dengan cerita detektif dan novel kriminal juga menampilkan sesuatu yang misterius, yang biasanya dimulai dengan mayat atau kasus pembunuhan. Kasus tersebut tetap misterius, tidak terjelaskan, namun pada akhir kisah ditemukan tersangka yang tidak terduga, dengan bukti-bukti yang kuat. Cerita misteri dan detektif biasanya menampilkan seorang hero (pahlawan) atau detektif yang luar biasa dan mungkin berkarakter aneh atau nyentrik.
Pengembangan alur untuk fiksi formula dilakukan dengan hati-hati dan sekaligus untuk menunjukkan kuatnya sang hero/detektif. Daya ketegangan dikembangkan lewat banyangan atau pertanda, penunjukan sedikit demi sedikit, pemecahan masalah (misteri) selangkah demi selangkah, dengan cara yang menyakinkan. Cerita diakhiri dengan terkuaknya misteri atau kasus, terhukumnya pihak yang bersalah, dan kebahagiaan pihak yang benar. Pola-pola tersebut pasti ditemuai dalam cerita misteri atau detektif, dan itu merupakan konvensi yang dapat dipahami orang. Dilihat dari keadaan itu, novel serial Harry Potter (J.K. Rowling) dapat dikelompokkan dalam fiksi formula jenis ini.
b.   Cerita Romantis
Cerita romantis (romantic stories) bukan hal baru dalam realisme, dan kini banyak ditulis untuk pembaca muda. Cerita romantis biasanya menampilkan kisah yang simplisistis (sederhana) dan sentimentalis (haru/penuh perasaan) hubungan laki-laki dengan perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja. Pola-pola hubungan kedua sejoli itu dibuat seolah-olah menjadi begitu sederhana dan romantis, seolah-olah tidak ada urusan lain untuk hidup. Banyak cerita jenis ini memiliki derajat kesamaan pola yang tinggi, baik dalam hal pengembangan alur maupun karakteristik tokoh, sehingga boleh dikatakan bahwa cerita-cerita romantis hanya berbeda dalam penanaman dan bukan dalam hal alur dan karakter tokoh/ oleh namun, cerita romantis perlu dibedakan dengan romance, romansa, yang tidak masuk kategori fiksi formula. Cerita romansa justru memperlihatkan adanya kebebasan imajinasi dan kreativitas penulis dalam mengembangkan cerita.
c.    Novel Serial
Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel tersebut memiliki beberapa cara fokus pengorganisasian walaupun juga dapat bersifat tumpang tindih. Pertama, novel-novel yang diidentifikasikan sebagai “dokumentasi perkembangan tokoh” dengan alur terpisah, tetapi memiliki tema yang mirip. Kedua, novel-novel yang memiliki satu tokoh utama dengan sedikit perubahan karakter sehingga urutan novel menjadi tidak penting. Ketiga, novel-novel dengan tokoh yang konstan dan tanpa perubahan. Novel-novel jenis ini memberikan kemudahan kepada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantasi sering juga disebut sebagai cerita fantasi (literasy fantasy) dan cerita ini mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia nyata. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi adalah cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.
a.    Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantastic stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, tetapi didalamnya juga terdapat sesuatu yang sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan manusia mini di dalam kelompoknya yang memiliki kebiasaan kehidupa sebagaimana halnya kita manusia biasa, baik yang menyangkut kebutuhan fisik, batin, maupun spiritual, tetapi kebenaran cerita itu sendiri tetap diragukan.
Cerita fantasi dapat menampilkan tokoh dan alur yang hampir sepenuhnya fantastik, artinya derajat kebenarannya dipertanyakan, atau gabungan antara unsur realistik dengan fantastik. Cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia dapat dikategorikan dalam cerita fantasi.
b.    Fantasi Tingkat Tinggi
Cerita fantasi tinggi (high fantasy) dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dan kejahatan. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi, dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat menyakinkan pembaca lewat tokoh yang menyakinkan dan konsistensi dunia baru yang dikisahkan. Contoh cerita yang terkenal, misalnya Lord of the Rings (JRR. Tolkien). Cara atau pemilihan sudut pandang pengisahan akan mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh  dan berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita.
Cerita fantasi tinggi biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat sungguh-sungguh atau terlihat nyata.
c.    Fiksi Sains
Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains (science fiction) mengemukakan bahwa fiksi sains adalah fiksi spekulatif dimana pengarang mengambil postulat (perumpamaan/dalil) dari dunia nyata dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Kingsley amis mengatakan bahwa fiksi sains adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sains dan teknologi. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sains kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah murni fantasi atau sains.
Cerita fiksi sains sering berkaitan dengan  kehidupan di masa depan, atau sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa datang. Fiksi sains dapat juga berkaitan dan menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra tradisional
Sastra tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan dimulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan turun-temurun secara lisan. Berbagai cerita tradisional tersebut banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar cerita tersebut tidak hilang dari masyarakat, mengingat kondisi masyarakat saat ini yang telah berubah. Di dunia ini ditemukan banyak sekali cerita rakyat, tidak terhitung jumlahnya, dan menjadi bagian kebudayaan masyarakat pemiliknya. Jenis cerita kelompok genre sastra tradisional ini adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
a.    Fabel
Fabel (fable) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita dapat berbicara, bersikap, dan berperilaku sebagaimana halnya manusia. Pada umumnya cerita fabel tidak panjang, dan secara jelas mengandung ajaran moral, dan pesan moral itu secara nyata biasanya ditempatkan pada bagian akhir cerita. Tujuan penyampaian  ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan sekaligus yang menyebabkan hadirnya fabel di masyarakat.
Pemilihan tokoh binatang dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam bentuk tingkah laku, jadi bukan hanya disampaikan secara verbal dan abstrak. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk menyamarkan ajaran lewat personifikasi binatang agar moral yang disampaikan tidak terlihat langsung dan karenanya pembaca tidak merasa digurui.
Fabel merupakan cerita yang bersifat universal, ditemukan di berbagai masyarakat di dunia. Setting yang digunakan hanya dijadikan latar belakang penceritaan dan tidak jelas waktu kejadian, tetapi biasanya menunjuk ke masa lampau.
b.    Dongeng Rakyat
Dongeng rakyat (folklore) merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng hadir dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik antara baik dan buruk, dan yang baik pada akhirnya pasti menang. Tokoh yang dihadirkan, bisa sesame manusia atau ditambah makhluk lain, seperti binatang atau makhluk halus, jelas berkarakter sederhana, berbelah antara baik dan jahat, sesuai dengan ajaran moral yang ingin disampaikan.
Alur cerita biasanya progresif karena untuk memudahkana pemahaman cerita dengan menampilkan konflik yang tidak terlalu kompleks, dan klimaks sering ditempatkan di akhir kisah. Penyelesaian atau akhir kisah hampir selalu membahagiakan.
c.    Mitologi/Mitos
Mitos (myths) merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa (Makaryk, 1995). Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan, asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci, yang gaib. Kebenaran cerita mitos sebenarnya dapat dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos tersebut tidak pernah mempersoalkannya. Istilah mitos dan mitologi sering dipakai secara bergantian walaupun sebenarnya manusia memiliki nuansa makna yang agak berbeda. Mitos berkaitan dengan cerita itu sendiri, sedangkan mitologi merupakan ilmu sastra yang mengandung konsep mitos, konsep tentang dongeng suci atau gaib yang berkaitan dengan kehidupan dewa-dewa dan makhluk halus lainnya.
d.   Legenda
Legenda (legend) sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran sejarah, dan kurang berkaitan dengan masalah kepercayaan supranatural. Atau legenda juga sengaja dikaitkan dengan aspek kesejarahan sehingga selain memiliki pijakan latar yang pasti, seolah-oleh mengesankan bahwa ceritanya memiliki kebenaran sejarah. Namun, sebenarnya istilah legenda merupakan cerita yang dikisahkan tidak memiliki kebenaran sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan. Legenda menampilkan tokoh-tokoh sebagai pahlawan yang memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat mengesankan. Misalnya Robin Hood, Legenda Sangkuriang, dan lain sebagainya.
e.    Epos.
Cerita epos (folk epics, waracarita) meruapakan sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui. Epos berisi cerita kepahlawanan seseorang yang luar biasa hebat, baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Tokoh cerita dihadirkan melebihi kelumrahan manusia biasa, hebat dalam segala hal, baik yang menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Aksi-aksi kehebatanya berupa aktivitas petualangan, melakukan perjalanan, pencarian dan penemuan yang kesemuanya menunjukkan karakter keberaniannya. Cerita berlatar di suatu masyarakat atau bangas yang terjadi pada masa lampau yang kadang-kadang tidak jelas kapan waktunya. Cerita epos memperlihatkan nilai-nilai penting dari masyarakat, yan dapat member kesan kepada pembaca sehingga dapat memberikan kekuatan moral dan keberanian.
Cerita epos hadir di masyarakat adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolik lewat sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi atau peristiwa yang mengiringinya. Contoh dari cerita epos adalah cerita wayang Mahabharata dan Ramayana.
5.    Puisi
Genre puisi anak dapat berwujud puisi personal. Puisi personal adalah puisi yang sengaja ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis, seperti berbicara tentang alam, keindahan alam, kebaikan seorang ibu, pengorbanan ibu, persahabatan, dan lain sebagainya.
6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan ke dalam genre nonfiksi, khususnya buku-buku yang tidak mmeperhatikan keharmonisan bentuk bahasa dan isi. Bacaan  sastra nonfiksi yang ditulis secara artistik, jika dibaca oleh anak, anak akan segera memperoleh pemahaman sekaligus kesenangan. Cerita ini akan membangkitkan perasaan keindahan pada diri anak yang berwujuk efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dalam genre sastra anak adalah buku informasi dan biografi.


a.    Buku Informasi
Buku informasi (informational books), terdiri atas berbagai macam buku yang mengandung informasi, fakta, konsep dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca. Dari aspek bahasa buku nonfiksi juga dapat mendayagunakan berbagai aspek seperti diksi. Buku nonfiksi membentang dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks, dan yang cocok untuk anak tentu yan berkategori sederhana.
b.    Biografi
Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, tetapi dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan menarik untuk diketahui orang lain atau pada hal-hal tertentu yang memiliki nilai jual. Buku biografi memberikan kejelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh yang dibiografikan sepanjang hayat atau sampai saat buku itu ditulis. Selain itu, biografi dapat digunakan untuk menguraikan sikap dan pandangan tokoh yang bersangkutan, mengklarifikasikan pandangan orang yang selama ini dinilai salah, atau sebaliknya untuk memberitahukan sesuatu yang selama ini belum diketahui orang. Banyak biografi tokoh terkenal yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai bacaan sastra anak. Misalnya, kisah kehidupan para wali (wali sanga) di Jawa, para ilmuwan dan tokoh terkenal seperti Napoleon Bonaparte, Einstein, dan lain sebagainya.

E.     Pembagian Genre Yang Diusulkan
Menurut Burhan pmbagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian genre sastra dewasa dengan masih memanfaatkan pembagian Luckens, genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam fiksi, nonfiksi, puisi dan komik.

1.    Fiksi
Dilihat dari segi isi, fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah. Tokoh atau peristiwa yang dikisahkan memiliki kemungkinan untuk ada dan terjadi di dunia nyata walaupun tidak pernah ada dan terjadi.
Berdasarkan waktu kemunculannya dan penulisannya, fiksi dapat dibedakan kedalam fiksi tradisional dan modern. Fiksi tradisional (folklore) adalah cerita yang telah muncul ratusan tahun yang lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan maupun secara lisan secara turun temurun, dan tidak diketahui pengarangnya, seperti legenda, mitos, fabel, dan sebagainya.
Sedangkan fiksi modern adalah cerita yang ditulis relative baru, pengarang jelas, dan beredar sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau majalah. Cerita ini boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi harus ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak. Misalnya, cerita fiksi formula (detektif dan misteri, novel serial), fantasi, atau cerita realisme dan cerita pendek.
2.    Nonfiksi
Cerita nonfiksi adalah cerita yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang lain yang memiliki kerangka acuan pasti seperti “karangan ilmiah” yang dihasilkan anak-anak dalam pelajaran mengarang di sekolah. Cerita nonfiksi ini berwujud buku informasi, biografi, cerita olah raga, realisme sejarah, dan sebagainya. Walaupun bersifat nonfiksi, buku tersebut dikemas dalam bentuk yang menarik dan memperhitungkan efek keindahan yang dimaksudkan untuk menjadi bacaan anak.
3.    Puisi
Dilihat dari segi isi, pada umumnya puisi merupakan suatu bentuk ekspresi, deskripsi, protes, atau bahkan narasi tentang berbagai persoalan kehidupan termasuk keadaan alam.
Dilihat dari waktu kemunculannya, puisi dibedakan menjadi puisi tradisional dan puisi modern. Puisi tradisional adalah puisi yang tidak pernah diketahui waktu penulisannya dan siapa pengarangnya. Puisi tradisional dapat berupa syair dan pantun, tetapi juga dapat berupa bentuk lisan yang diwariskan secaraturun temurun, seperti tembang-tembang ninabobo yang dinyanyikan ibu atau lagu-lagu anak seperti sluku-sluku bathok, menthog-menthog, dan lain-lain.
Sedangkan, puisi anak modern adalah puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada pengarang, dan tersebar lewat buku atau media massa seperti koran dan majalah.
4.    Komik
Komik adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan. Bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan sudah dapat dimengerti oleh pembaca. Komik sastra anak adalah komik yang layak dan sengaja dimaksudkan untuk bacaan anak. Tentu saja dengan isi yang dibatasi. Contoh komik antara lain Doraemon, Captain Tsubasa, dan lain sebagainya.

F.     Sastra dan Dunia Anak
Secara tidak sadar sebenarnya kita telah belajar sastra sejak kecil. Sastra sebagai bagian dari seni yang indah sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, nasehat-nasehat lewat jalannya cerita atau lagu yang didendangkan tanpa bersifat menggurui bagi anak.
Dunia anak adalah dunia yang penuh warna, penuh imajinasi. Kita dapat mengarahkan imajinasinya ke imajinasi yang baik dengan menggunakan sastra.
Sastra dapat kita kategorikan sebagai sastra lisan (foklor) atau sastra tulis. Sastra lisan adalah jenis sastra yang diungkapkan dari mulut ke mulut, seperti  saat kita mendongeng untuk anak dengan berbagai tokoh atau karakter. Seperti cerita binatang: si kancil anak nakal, semut dan merpati, dsb. Juga tokoh-tokoh lain seperti kisah Cindrelela sang upik abu, Aladin dan lampu  ajaib dan sebagainya. Dengan mendekatkan sastra sejak dini akan membawa karakter yang baik, dari segi kejiwaan dan bahasa anak.



MAKALAH MATERI PEMBELAJARAN


A.           Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Pengertian materi pembelajaran bisa dipandang dari dua sisi yaitu dari siswa dan dari sisi guru. Apabila materi pembelajaran itu di pandang dari sisi siswa maka diartikan sebagai segala hal yang harus dipelajari oleh siswa.  Tapi jika ditinjau dari sisi guru, maka materi pembelajaran bisa diartikan sebagai segala hal yang harus diajarkan oleh guru.
Dalam konsep pembelajaran sekarang, siswa menjadi perhatian utama, namun tetap memandang peran penting guru dalam proses pembelajaran di kelas. Bisa dikatakan bahwa belajar tidaknya siswa di kelas itu tergantung pada gurunya. Apalagi pada siswa sekolah dasar kelas rendah, yang belum dewasa dalam belajar secara sistematis. Dengan demikian, maka materi pembelajaran diartikan segala hal atau isi yang harus dipelajari oleh siswa dibawah supervisi atau bimbingan guru.

B.            Fungsi Materi Pembelajaran
Materi atau isi pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting, karena kemampuan yang ingin dibentuk dalam proses belajar mengajar berkaitan erat dengan materi yang harus dipelajari. Jadi, tanpa adanya materi pelajaran, atau apabila materi yang dipelajari tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Dengan demikian, pemilihan dan penetapan materi pembelajaran menjadi sangat penting keberadaannya.

C.           Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Ada sejumlah jenis materi pembelajaran yang menjadi bahan kajian dalam proses pembelajaran. Dilihat dari bidang studinya ada materi mata pelajaran eksak dan ada materi pelajaran non eksak. Yang masuk kategori eksak yaitu materi yang ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan matematika sedangkan, yang masuk jenis materi non eksak yaitu mata pelajaran IPS, bahasa, PKN, kesenian, olahraga dan keterampilan.
Lebih jauh lagi, penggolongan materi pembelajaran bisa dilihat dari sifat isi materi tersebut. Ada beberapa klasifikasi penggolongan materi pelajaran. Merujuk pada penggolongan materi dari David Merill, materi pelajaran bisa dikategorikan kedalam empat jenis materi yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Bisa dikatakan, semua materi yang ada pada mata pelajaran baik eksak maupun non eksak mencakup keempat jenis materi ini.
Materi pelajaran fakta. Fakta adalah segala gejala yang ada, yang dapat diamati oleh panca indra. Ada beragam jenis fakta yang ada di dunia ini. Mata pelajaran intinya adalah mempelajari suatu gejala dilihat suatu sisi tertentu dan menggunakan metode tertentu. Materi pelajaran yang termasuk fakta bisa berupa gejala secara langsung , bisa juga berupa informasi tentang gejala baik berupa kata, aksara maupun simbol. Sifat dari materi ini adalah mendeskripsikan dari suatu gejala (objek, peristiwa, simbol). Hasil dari belajar fakta adalah pengetahuan hapalan.
Materi pelajaran konsep. Sudjana menjelaskan, konsep adalah pengertian, yaitu serangkaian perangsang yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Suatu konsep dibentuk melalui pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian. Dengan demikian, hakikat konsep adalah klasifikasi dari pola yang bersamaan atau dengan kata lain, konsep adalah klasifikasi dari seperangkat atau sekumpulan fakta yang tersusun oleh suatu kesamaan tertentu. Materi pelajaran yang masuk kategori konsep adalah materi yang menjelaskan tentang klasifikasi, penggolongan pengertian atau definisi.
Materi pelajaran prinsip. Prinsip adalah hubungan fungsional antar konsep. Dimana hubungan antar konsep ini melahirkan atau menyebabkan suatu akibat tertentu. Prinsip pokok yang telah diterima dan teruji kebenarannya dinamakan hukum. Lebih jauh dijelaskan, apabila prinsip telah dikuasai maka akan banyak pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan logis. Materi pelajaran prinsip yaitu materi pelajaran yang  menjelaskan hubungan fungsioanl antar konsep, atau menjelaskan keadaan atau hasil yang terjadi akibat hubungan fungsional berbagai konsep.
Materi pelajaran prosedur. Prosedur adalah urutan sistematis tentang suatu peristiwa, gejala, cara melakukan sesuatu. Urutan atau langkah sistematis ini bisa berupa aktivitas motorik bisa juga aktivitas pikiran atau non motorik. Pengetahuan prosedural ini terkadang juga disebut dengan keterampilan. Melakukan keterampilan memerlukan pengetahuan, fakta, konsep dan prinsip yang dimanipulasi dan dikoordinasikan sedemikian rupa, dalam rangka pencapaian tujuan.

D.           Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran
Pemilihan dan penetapan materi pembelajaran, khususnya dalam kaitannya dengan penyususnan RPP sebenarnya tidak begitu sulit asalkan indikator dan tujuan materi pembelajaran khusus sudah ditetapkan dengan baik dan jelas. Karena materi apa yang akan atau harus dipelajari merujuk pada tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Berikut panduan untuk menentukan materi pembelajarn dalam RPP:
1.    Merujuk pada pencapaian indikator atau tujuan pembelajaran khusus.
2.    Substansi isi dan susunan atau urutan materi disesuaikan dengan substansi dan susunan dan indikator atau tujuan pembelajaran khusus.
3.    Materi ditulis semi terurai. Tidak terlalu singkat, hanya judul besarnya saja, juga tidak terlalu rinci sampai tingkat detail, karena bukan makalah.
4.    Urgensi bahan, penting untuk diketahui dan menjadi prasyarat untuk mempelajari bahan selanjutnya.
5.    Nilai kegunaan, materi yang dipelajari berguna untuk kehidupan sehari-hari.

E.            Sumber Materi Pembelajaran
Untuk menentukan sumber materi sebaiknya merujuk pada beberapa sumber terpilih. Sumber yang bisa dijadikan rujukan adalah standar isi yang dikembangkan Badan Nasional Standar Pendidikan, buku-buku paket yang ada, artikel, majalah dan sumber lainnya yang relevan. Termasuk pemanfaatan lingkungan sekitar untuk pembelajaran. Dalam pembelajaran, sebaiknya menggunakan sumber yang beragam. Dengan sumber lain yang beragam disamping akan memperkaya wawasan atas tema yang dipelajari, juga akan lebih menambah perhatian dan minat belajar anak. Dengan demikian, selanjutnya proses dan hasil belajar diharapkan akan lebih mencapai sasaran.

F.            Penetapan Materi dalam Pembelajaran Terpadu
Dalam pembelajaran terpadu, penetapan materi disesuaikan dengan tujuan pembelajarn khusus yang sudah dikaitkan dengan tema. Dengan demikian, perlu pengetahuan dan pemahaman yang luas sekaitan cengan tema. Sejumlah kemampuan hasil belajar yang diturunkan dari KD dan diikat oleh tema, selanjutnya di harapkan akan terjadi transfer of learning. Kemampuan yang diperoleh ketika mempelajari suatu tema diharapkan bisa diterapkan pada situasi dan kondisi lain dikemudian hari. Oleh karena itu, ketika proses pembelajaran terjadi, jangan sampai kehilangan orientasi pembelajaran. Kemampuan dasar adalah tujuan yang sebenarnya ingin dicapai bukan penguasaan atas temanya. Tema adalah alat bantu konseptual agar materi pelajaran atau kemampuan bisa dicapai secara efektif dan efisien.



MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

A.    Model-model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran tematik adalah merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan. Sedangkan cara kedua, yaitu tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning.
Menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 
1. Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya, mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran dan siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran. Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
2. Model Connected 
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.[1]
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
3. Model Nested (sarang)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.  Contoh : pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa.
1.      Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. ontoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA= suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur). Pelajaran matematika = cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topic, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut. Kelemahan model pengurutan antara lain perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya
2.      Model shared (Bagian)
Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Contoh: menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema, seperti Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.
Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan. Kelemahan model ini antara lain adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
3.      Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa.  Contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Keluarga”.Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :  IPS. Standar Kompetensi : mendeskripsikan lingkugan rumah. Siswa diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.
Kelebihan pendekatan tematik dapat memotivasi siswa penyeleksian tema sesuai dengan minat siswa. Kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
4.      Model Threaded 
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpan tindih.
Kelebihan materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni untuk setiap didiplin ilmu. Guru dapat memasukan keterampilan berpikir, bekerja sama dan kecerdasan multiple dalam isi mata pelajaran.Keterampilan yang digunakan disesuaikan dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih. kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
5.      Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day”. Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
6.       Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Penerapan lainnya bagi kelas 5 SD misalnya pada materi pencemaran udara dapat dijelaskan pada materi pelajaran IPA, PKN, Bahasa Indonesia, dan Seni Rupa. Materi tersebut membahas tentang: IPA : Pernafasan pada manusia PKN : Peraturan Pemerintah Bahasa Indonesi : Menceritakan hasil pengamatan Seni Rupa : Membuat poster sederhana.
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas.
Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
7.      Model networked 
Model Networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber
B.     Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Sukayati, Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dengan tujuan siswa dapat:
1.      Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2.      Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi
3.      Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4.      Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5.      Meningkatkan gairah dalam belajar
      
A.    Kesimpulan
1.      Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
2.      Sepuluh model pembelajaran menurut Robin Fogarty : (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
3.      Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu :
a.       Meningkatkan pemahaman konsep
b.      Mengembangkan keterampilan
c.       Menumbuhkembangkan sikap positif
d.      Menumbuhkembangkan keterampilan sosial
e.       Meningkatkan gairah dalam belajar
B.     Saran
Karena begitu pentingnya pengembangan kurikulum sebagaimana telah tercantum dalam prinsip dan faktor-faktor pengembangan kurikulum, hendaknya para pendidik (kepala sekolah, para guru) benar-benar melaksanakan perannya sebagai seorang pendidik dan pelaksana kurikulum itu sendiri agar prinsip pengembangan kurikulum  dapat terlaksana secara maksimal.