Jumat, 03 Juni 2016

MAKALAH PEMETAAN TEMA


A.  Pengertian Pemetaan Tema
Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema.
Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan subtema yang disepakati dan dihubungkan dengan antar mata pelajaran sehingga siswa memperoleh pandangan dan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda (Sukayati, 2004:204). Sebagaimana Subroto (1998) menegaskan bahwa dalam pembelajaran tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model terkait, pembelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep, ketrampilan, atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas  situasi dan kondisi kelas, guru, madrasah dan lingkungan. Dengan demikian menurut Sukayati (2004) siswa mempunyai motivasi tinggi karena pelajaran melalui tema ini akan memudahkan siswa dalam melihat bagaimana berbagai kegiatan dan gagasan dapat saling terikat tanpa harus melihat batas-batas pemisah beberapa mata pelajaran.

B.  Cara Pemetaan Tema dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun demikian tidak ada cara yang terbaik untuk menentukan tema tapi tergantung dari situasi dan kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi dan kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur penentuan tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat. Menurut Tim Puskur dari Departemen Pendidikan Nasional (2006) menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, guru mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang kedua terletak pada penentuan tema. Cara yang pertama penentuan tema dilakukan setelah guru melakukan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator. Tema ditentukan setelah melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Sedangkan pada cara yang kedua guru menentukan tema terlebih dahulu baru mencari keterhubungan antara tema dengan kompetensi dasar dengan indikator dari berbagai mata pelajaran.
Apabila guru menentukan tema terlebih dahulu, guru bisa memilih tema dari :
a.       Topik-topik dalam kurikulum
b.      Isu-isu
c.       Masalah-masalah
d.      Event-event khusus
e.       Minat siswa
f.       Literatur
Tema–tema dalam pembelajaran tematik, sebagaimana dijelaskan Subroto dan Herawati (1978) juga dapat dikembangkan berdasarkan kriteria berikut :
1.    Minat siswa yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi siswa. Banyak yang dapat dilakukan oleh siswa seperti bermain bola, ke sawah dan sebagainya.
2.    Minat guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa atau proses atau proses pembelajaran yang disesuaikan dengan pemahaman siswa. Misalnya, guru dapat memilih tema koperasi sekolah. Guru  dapat mengembangkan pernyataan-pertanyaan seperti apa yang dijual di koperasi sekolah? Apa keuntungan koperasi sekolah?
3.    Kebutuhan siswa, seperti perkelahian antar siswa yang perlu pemecahan dan jalan keluar. Siswa dapat dilibatkan dalam mengambil pemecahan perkelahian antara siswa. Oleh karena itu, perkelahian dapat dijadikan sebagai tema.
Selain kriteria tersebut, menurut Subroto dan Herawati (1978) terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
1.    Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai disiplin ilmu.
2.    Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai sasaran materi pelajaran dan prosedur penyampaian.
3.    Tema sesuai dengan karakteristik belajar siswa sehingga perkembangan anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4.    Tema harus bersifat cukup problematik sehingga kemungkinan luas untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih efektif dibanding dengan proses belajar mengajar yang konvensional.
Penentuan tema dapat ditempuh dengan prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan  Herawati (1978) sebagai berikut :
1.    Menumbuhkan minat siswa pada suatu tema
2.    Mempertimbangkan sumber-sumber yang diperlukan. Bila perlu guru mempersiapkan rencana antisipasi, misalnya karya wisata.
3.    Mengidentifikasi apa yang telah diketahui oleh siswa dan apa saja yang ingin diketahui.
4.    Menentukan fokus pada tema tertentu, pemahaman, nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
5.    Menentukan cara-cara untuk melakukan eksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan mempertimbangkan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki siswa.
6.    Mengumpulkan sumber-sumber belajar.
7.    Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan fokus.
8.    Penilaian yang dilakukan berulang-ulang dan mengkaji hasilnya pada kegiatan akhir.
Ada tiga model penentuan tema, yaitu :
a.    Tema di tentukan oleh guru dan dikembangkan dalam sub-sub tema
b.    Tema ditentukan bersama-sama antara guru dan siswa
c.    Tema ditentukan oleh siswa.

C.  Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema
Menurut Tim Pusat Kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu :
a.    Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa. Tema yang dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan dialami anak (Sukandi dkk, 2003:109). Mengangkat realita sehari-hari dapat dapat menarik minat siwa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pencerahan (insight) pada anak, juga membuat anak termotivasi dalam belajar sehingga mereka memiliki minat tinggi dalam pembelajaran (Samani, 2007:146).
b.    Dari yang termudah menuju yang sulit. Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi (Tim Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
c.    Dari yang konkret menuju yang abstrak. Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertahap belajar memecahkan problem kehidupan. Menurut Sukandi (2003), dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa atau obyek yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, dalam berbelanja di pasar, anak-anak dihadapkan pada hitung-menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia), penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual beli (Agama), dan mata pelajaran lainnya. Anak belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
d.   Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar konsep yang dikemas dalam tema.
e.    Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang cocok dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Ketertarikan siswa pada apa yang dipelajari merupakan pintu pertama belajar dan menjadi kunci keberhasilan belajar. Sebaliknya, jika siswa tidak tertarik belajar bisa menjadi faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa (Sumani, 2007:144)
f.     Tema yang dipilih, menurut Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan, yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar) ketrampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat, dan mengamati gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai perbedaan dan sebagainya).
D.  Prosedur Pemetaan Tema
Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan ini, menurut Tim Puskur Departemen Pendidikan Nasional, dapat dilakukan dengan :
a.    Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator. Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)   Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2)   Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelaaran.
3)   Dirumuskan dalam kata kerja operasionalnya yang terukur dan/atau dapat diamati.
b.    Menentukan Tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
1)   Cara pertama : mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
2)   Cara kedua : menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
c.    Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.
Identifikasi dan analisa untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator disesuaikan dengan setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

E.  Kegiatan Pemetaan Keterhubungan KD dan Indikator Ke Dalam Tema
Pemetaan KD dan indikator ke dalam tema dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
a.    Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. Karena pembelajaran tematik adalah keterpaduan berbagai mata pelajaran yang diikat dengan tema, dalam pemetaan tema harus dimulai dengan pemetaan tema mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
b.    Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
c.    Mengidentifikasi kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
d.   Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator. Penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator dapat menggunakan format berikut :

                   Tabel Penjabaran SK dan KD ke dalam Indikator
   Mata Pelajaran
 Standar Kompetensi
  Kompetensi Dasar
         Indikator






































e.    Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator
f.     Mengidentifikasi tema-tema berdasarkan keterpaduan standar kompetensi, kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator harus cocok untuk setiap tema, sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis, akan tetapi jika terdapat kompetensi yang tidak tercukup pada tema tertentu tetap diajarkan melalui tema lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK, 18 KD dan indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain disajikan secara tersendiri.

        Tabel pemetaan keterhubungan KD dan Indikator ke dalam Tema

   Mata Pelajaran

    Standar    Kompetensi

 Kompetensi     Dasar

   Indikator
                        Tema
Diri Sendiri
Hari Libur
Maulid Nabi
Trans-
portasi

Dst


























Berikut ini adalah contoh pemetaan keterhubungan SK, KD dan indikator ke dalam tema :





Tidak ada komentar: