A.
Pengertian Pemetaan Tema
Pemetaan tema adalah suatu kegiatan
untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan
tema.
Tema menjadi pengikat keterkaitan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran
ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan subtema yang disepakati dan
dihubungkan dengan antar mata pelajaran sehingga siswa memperoleh pandangan dan
hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda (Sukayati,
2004:204). Sebagaimana Subroto (1998) menegaskan bahwa dalam pembelajaran
tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model terkait, pembelajaran
dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari
beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep, ketrampilan, atau
kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan kondisi kelas, guru, madrasah dan
lingkungan. Dengan demikian menurut Sukayati (2004) siswa mempunyai motivasi
tinggi karena pelajaran melalui tema ini akan memudahkan siswa dalam melihat
bagaimana berbagai kegiatan dan gagasan dapat saling terikat tanpa harus
melihat batas-batas pemisah beberapa mata pelajaran.
B.
Cara Pemetaan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu
Pemetaan
tema dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun demikian tidak ada cara yang
terbaik untuk menentukan tema tapi tergantung dari situasi dan kondisi karena
pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi dan kondisi kelas,
sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur penentuan tema disesuaikan
dengan situasi dan kondisi tempat. Menurut Tim Puskur dari Departemen
Pendidikan Nasional (2006) menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, guru mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata
pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan
peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Perbedaan
antara cara pertama dengan cara yang kedua terletak pada penentuan tema. Cara
yang pertama penentuan tema dilakukan setelah guru melakukan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator. Tema ditentukan setelah
melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya.
Sedangkan
pada cara yang kedua guru menentukan tema terlebih dahulu baru mencari
keterhubungan antara tema dengan kompetensi dasar dengan indikator dari
berbagai mata pelajaran.
Apabila
guru menentukan tema terlebih dahulu, guru bisa memilih tema dari :
a. Topik-topik dalam kurikulum
b. Isu-isu
c. Masalah-masalah
d. Event-event khusus
e. Minat siswa
f.
Literatur
Tema–tema dalam pembelajaran tematik,
sebagaimana dijelaskan Subroto dan Herawati (1978) juga dapat dikembangkan
berdasarkan kriteria berikut :
1.
Minat
siswa yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria penentuan tema,
seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi siswa. Banyak
yang dapat dilakukan oleh siswa seperti bermain bola, ke sawah dan sebagainya.
2.
Minat
guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa atau proses atau proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan pemahaman siswa. Misalnya, guru dapat
memilih tema koperasi sekolah. Guru
dapat mengembangkan pernyataan-pertanyaan seperti apa yang dijual di
koperasi sekolah? Apa keuntungan koperasi sekolah?
3.
Kebutuhan
siswa, seperti perkelahian antar siswa yang perlu pemecahan dan jalan keluar.
Siswa dapat dilibatkan dalam mengambil pemecahan perkelahian antara siswa. Oleh
karena itu, perkelahian dapat dijadikan sebagai tema.
Selain kriteria tersebut, menurut
Subroto dan Herawati (1978) terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi
dalam penentuan tema, yaitu :
1. Penentuan tema merupakan hasil ramuan
dari berbagai disiplin ilmu.
2. Tema diangkat sebagai sarana untuk
mencapai sasaran materi pelajaran dan prosedur penyampaian.
3. Tema sesuai dengan karakteristik belajar
siswa sehingga perkembangan anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4. Tema harus bersifat cukup problematik
sehingga kemungkinan luas untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih
efektif dibanding dengan proses belajar mengajar yang konvensional.
Penentuan tema dapat ditempuh dengan
prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan
Herawati (1978) sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan
minat siswa pada suatu tema
2.
Mempertimbangkan
sumber-sumber yang diperlukan. Bila perlu guru mempersiapkan rencana
antisipasi, misalnya karya wisata.
3.
Mengidentifikasi
apa yang telah diketahui oleh siswa dan apa saja yang ingin diketahui.
4.
Menentukan
fokus pada tema tertentu, pemahaman, nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
5.
Menentukan
cara-cara untuk melakukan eksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan mempertimbangkan
ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki siswa.
6.
Mengumpulkan
sumber-sumber belajar.
7.
Mengacu
pada pertanyaan-pertanyaan fokus.
8.
Penilaian
yang dilakukan berulang-ulang dan mengkaji hasilnya pada kegiatan akhir.
Ada
tiga model penentuan tema, yaitu :
a. Tema di tentukan oleh guru dan
dikembangkan dalam sub-sub tema
b. Tema ditentukan bersama-sama antara guru
dan siswa
c. Tema ditentukan oleh siswa.
C.
Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema
Menurut Tim Pusat Kurikulum dari
Departemen Pendidikan Nasional dalam menetapkan tema perlu memperhatikan
beberapa prinsip, yaitu :
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat
dengan siswa. Tema yang dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan
sehari-hari dan dialami anak (Sukandi dkk, 2003:109). Mengangkat realita sehari-hari
dapat dapat menarik minat siwa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata
sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Kebermaknaan pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pencerahan (insight) pada anak, juga membuat anak
termotivasi dalam belajar sehingga mereka memiliki minat tinggi dalam
pembelajaran (Samani, 2007:146).
b. Dari yang termudah menuju yang sulit.
Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara
anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke
hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan
serta kedalaman materi (Tim Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan
Nasional, 2006).
c. Dari yang konkret menuju yang abstrak.
Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan
secara bertahap belajar memecahkan problem kehidupan. Menurut Sukandi (2003),
dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai
dengan tahap berfikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa atau obyek
yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
Misalnya, dalam berbelanja di pasar, anak-anak dihadapkan pada
hitung-menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar
menawar (Bahasa Indonesia), penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual
beli (Agama), dan mata pelajaran lainnya. Anak belajar beranjak dari hal-hal
yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan
diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
d. Tema yang dipilih harus memungkinkan
terjadinya proses berpikir pada diri siswa dan membangun pemahaman konsep
karena adanya sinergi pemahaman antar konsep yang dikemas dalam tema.
e. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan
usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran
tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang cocok dengan
kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan kesenangan anak
pada umumnya sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Ketertarikan
siswa pada apa yang dipelajari merupakan pintu pertama belajar dan menjadi
kunci keberhasilan belajar. Sebaliknya, jika siswa tidak tertarik belajar bisa
menjadi faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa (Sumani, 2007:144)
f. Tema yang dipilih, menurut Sukandi
(2003) dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan,
yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar)
ketrampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat, dan mengamati
gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai perbedaan dan
sebagainya).
D.
Prosedur Pemetaan Tema
Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh
gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan ini, menurut Tim Puskur Departemen Pendidikan Nasional, dapat
dilakukan dengan :
a. Penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam indikator. Melakukan kegiatan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator.
Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik mata pelaaran.
3) Dirumuskan dalam kata kerja
operasionalnya yang terukur dan/atau dapat diamati.
b. Menentukan Tema
Dalam menentukan tema
dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
1) Cara pertama : mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata
pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
2) Cara kedua : menetapkan terlebih dahulu
tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.
c. Identifikasi dan analisis standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.
Identifikasi dan
analisa untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
disesuaikan dengan setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator terbagi habis.
E.
Kegiatan Pemetaan Keterhubungan KD dan Indikator Ke
Dalam Tema
Pemetaan KD dan indikator ke dalam tema
dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Memetakan semua mata pelajaran yang
diajarkan di kelas 1-3. Karena pembelajaran tematik adalah keterpaduan berbagai
mata pelajaran yang diikat dengan tema, dalam pemetaan tema harus dimulai
dengan pemetaan tema mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
b. Mengidentifikasi standar kompetensi
dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
c. Mengidentifikasi kompetensi dasar setiap
mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
d. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam
indikator. Penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator dapat menggunakan
format berikut :
Tabel
Penjabaran SK dan KD ke dalam Indikator
Mata Pelajaran
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
e. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator
f. Mengidentifikasi tema-tema berdasarkan
keterpaduan standar kompetensi, kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. Melakukan identifikasi
dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator harus cocok untuk setiap tema,
sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis, akan tetapi jika terdapat
kompetensi yang tidak tercukup pada tema tertentu tetap diajarkan melalui tema
lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK, 18 KD dan indikator
yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain disajikan secara
tersendiri.
Tabel pemetaan keterhubungan KD dan Indikator ke
dalam Tema
Mata Pelajaran
|
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Tema
|
||||
Diri
Sendiri
|
Hari
Libur
|
Maulid
Nabi
|
Trans-
portasi
|
Dst
|
||||
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
Berikut
ini adalah contoh pemetaan keterhubungan SK, KD dan indikator ke dalam tema :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar