BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peserta didik yang masih berada pada sekolah
dasar atau madrasah ibtidaiyah yakni khususnya pada kelas bawah, kelas 1, 2 dan
3 adalah berada pada rentangan usia dini. Di mana pada usia tersebut seluruh
aspek perkembangan kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Umumnya tingkat perkembangan masih memendang bahwa segala
sesuatu itu sebagai keutuhan ( holistik ) serta mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana . proses pembelajarannya masih bergantung pada objek-objek
konkrit dan pengalaman yang dialami peserta didik secara langsung.
Sampai saat ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di MI untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah.
Misalnya, Agama Islam 2 jam pelajaran, BHS Indonesia 2 jam pelajaran, IPS 2 jam
pelajaran begitu pula dengan pelajaran yang lainnya. Dalam penyampaian
materinya pun masih monoton tanpa dikaitkan dengan materi pelajaran yang lain.
Padahal pada usia tersebut pemikiran peserta didik masih bersifat holistik,
sehingga pembelajaran terpisah malah menyulitkan mereka. Hal tersebut banyak
menyebabkan tingginya angka peserta didik mengulang kelas bahkan putus sekolah. Kondisi yang memprihatinkan tersebut juga
disebabkan oleh kurangnya pendidikan prasekolah atau Taman Kanak-kanak di daerah
terpencil. Padahal pendidikan prasekolah sangat membantu kesiapan peserta didik
untuk melanjutkan proses pendidikan ke jenjang berikutnya yakni SD/MI.
Atas dasar pertimbangan tersebut dan dalam
rangka implementasi standar isi atau (SI) yang termuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, pelaksanaan pembelajaran pada kelas bawah yakni kelas 1, 2, dan 3
MI akan lebih tepat jika dikelola dengan pembelajaran terpadu melalui
pendekatan pembelajaran tematik untuk semua mata pelajaran.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Pembelajaran Tematik?
2.
Bagaimana pengertian
Landasan Pembelajaran tematik
3.
Bagaimana Kurikulum Pembelajaran tematik itu?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui Pengertian Pembelajran Tematik
2.
Untuk mengetahui Bagaimana pengertian pembelajaran tematik
3.
Untuk Mengetahui bagaimana kurikulum pembelajaran
tematik itu?
D.
Batasan Masalah
Kami membatasi
makalah ini mengenai seputar pemahaman Pembelajaran tematik, serta landasan dan kurikulum
tematik.
A. Pengertian
Pembelajran Tematik
Pemebelajran
tematik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topic
pembahasan. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mengenali dan
merumuskan konsep serta perinsip- prinsip keilmuan secara holistic, bermakna
dan autentik. Pembelajaran tematik berorientasi pada praktik pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi
padatnya kurikulum. Disamping itu, pembelajaran tematik akan memberi peluang
pembelajaran terpadu ynag lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa
dalam belajar.
B. Landasan Pembelajaran Tematik
1. Landasan Filosofis Pembelajaran Tematik
Setiap pelaksanaan
pembelajaran di Sekolah Dasar, seorang guru harus mempertimbangkan banyak
faktor. Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat, yaitu: (1) Progresivisme, (2)
Konstruktifisme, dan (3) Humanisme.
1. Aliran progresivisme memandang proses
pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa-siswi.
2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman
langsung siswa-siswi sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman,
dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa, pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan
oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
3. Aliran humanisme melihat
siswa dari segi:
a. keunikan/kekhasannya
b. potensinya
c. motivasi
yang dimilikinya.
Siswa
selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Implikasi dari hal tersebut
dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
a. layanan
pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual,
b. pengakuan
adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat,
c. penyikapan
yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun
yang menyangkut faktor lingkungan sosial/kemasyarakatan.
Berdasarkan landasan filosofi yang telah
dijelaskan di atas kita dapat pahami bahwa secara fitrah siswa memiliki bekal
atau potensi yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Sehingga Implikasi wawasan
tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
a) Guru
bukan merupakan satu-satunya sumber informasi
b) Siswa disikapi sebagai
subjek belajar yang secara kreatif mampu
menemukan pemahamannya sendiri
c) Dalam proses
pembelajaran, guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping,
pemberi motivasi, penyedia bahan pembelajaran, dan aktor yang juga bertindak
sebagai siswa (pembelajar).
Sedangkan dilihat dari
motivasi dan minat, siswa memiliki ciri tersendiri. Implikasi dari pandangan
tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
a. Isi
pembelajaran harus memiliki manfaat bagi siswa secara actual
b. Dalam kegiatan
belajarnya siswa harus menyadari penguasaan isi pembelajaran itu bagi
kehidupannya
c. Isi
pembelajaran perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan
pengetahuan siswa.
2. Landasan Psikologis
Pembelajaran Tematik
Selain
landasan filosofis di atas, pembelajaran tematik juga dilandasi oleh beberapa
pandangan psikologis. Hal ini disebabkan bahwa poses pembelajaran itu sendiri
berkaitan dengan perilaku manusia, dalam hal ini yaitu siswa.
Pandangan-pandangan psikologis yang melandasai pembelajaran tematik dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Pada
dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya sendiri. Dengan kata lain,
pengalaman langsung siswa adalah kunci dari pembelajaran yang berarti bukan
pengalaman orang lain (guru) yang ditransfer melalui berbagai bentuk media.
b. Pikiran
seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan hubungan
antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk
menemukan pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplin ilmu.
c. Pada
dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang
dimilikinya dan mempunyai kesempatan
untuk berkembang. Dengan demikian, peran guru bukanlah satu-satunya pihak yang
paling menentukan, tetapi lebih banyak bertindak sebagai “tut wuri handayani”.
d. Keseluruhan
perkembangan anak adalah terpadu dan anak melihat dirinya dan sekitarnya secara
utuh.
e. Landasan praktis juga diperlukan dalam
pengembangan pembelajaran tematik, karena pada dasarnya guru harus melaksanakan
pembelajaran tematik secara aplikatif di dalam kelas.
Landasan psokologis bagi
pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan
siswa-siswi dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi materi pembelajaran tematik yang diberikan agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap pekembangan siwa-siswi. Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi pembelajaran tematik
tersebut disampaikan kepada siswa-siswi dan bagaimanaa pula mereka harus
mempelajarinya.[3] Melalui pembelajaran tematik
diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik,
mental/intelektual, moral maupun sosial.
C. Kurikulum Pembelajaran Tematik
1. Pengorganisasian kurikulum
Pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik merupakan panduan dua
kurikulum atu lebih sedemikian hingga menjadi satu kesatuan yang utuh, pada
kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran serta
pembelajaran semakin lebih bermakna karena senantiasa mengkaitkan dengan
kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Masing-masing siswa- siswi membangun sendiri emahaman terdapat konsep atau
pengetahuan yang baru. Model kurikulum pembelajaran terpadu yang
termasuk dalam pembelajaran tematik meliputi pengorganisasian dan
klasifikasinya ( Trianto; 2007 ) Di sini akan
dibahas tentang pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik. Menurut Nasution S, ada tiga tipe kurikulum
pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Separated Subject Curriculum, yakni
kurikulum yang segala bahan mata pelajarannya disajikan secara terpisah-pisah
sehingga banyak mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.
2. Correlated Curriculum, ialah
bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara matapelajaran
yang satu dengan yang lain.
Prinsip-prinsip
berhubungan mata pelajaran korelasi ini dapat dilaksanakan dengan cara :
· Antar
dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental. · Memperbincangkan
suatu pokok masalah tertentu dalam berbagai mata pelajaran.
· Menghilangkan
batas-batas antar mata pelajaran atau biasa disebut dengan Broad Field.
3. Integrated Curriculum, yang
dimaksud dengan integrasi adalah perpaduan, koordinasi dan keseluruhan. Mata
pelajaran yang disajikan disesuaikan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari.
2. Klasifikasi Pengintegrasian Tema
a. Pengintegrasian
Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini merupakan
model pembelajaran terpadu yang menautkan dua atau lebih bidang ilmu yang
serumpun. Misalnya di bidang ilmu alam, menautkan antara dua tema dalam fiska
dan biologi yang memiliki relevansi atau antara tema kimia dan fisika. Misalnya
tema metabolisme dapat di tinjau dari biologi maupun kimia. Begitulah dengan
tema-tema yang relevan pada bidang ilmu sosial seperti antara sosiologi dan
geografi.
b. Pengintegrasian
Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini merupakan
model pembelajaran terpadu yang menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda.
Misalnya antara tema yang ada dalam bidang ilmu sosial dengan bidag ilmu alam.
Sebagai contoh, tema energi merupakan tema yang dapat di kaji dari bidang ilmu
yang berbeda baik dalam bidang ilmu sosial (kebutuhan energi dalam masyarakat)
maupun dalam bidang ilmu alam bentuk-bentuk energi dan teknologinya. Jadi
dengan demikian jelas bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat di kaji
dari dua sisi bidang ilmu yag berbeda (antar disilpin ilmu).
c. Pengintegrasian di dalam Satu dan Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini merupakan
model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkan anatara
disiplin ilmu sekaligus bidang ilmu yang berbeda. Misalnya antara tema yang ada
dalam bidang ilmu sosial, bidang ilmu alam, teknologi maupum ilmu agama.
Sebagai contoh, tema rokok merupakkan tema yang dapat di kaji dari berbagai
bidang imu yag berbeda. Di bidang ilmu sosial dapat di kaji dampak sosial
merokok dalam masyarakat, (sosiologi), aspek pembiayaan ekinomi bagi perokok
(ekonomi), dalam bidang ilmu alam, dapat di kaji bahaya rokok bagi kesehatan
(biologi), kandungan kimiawi rokok (kimia), unsur radio aktif (radon) dalam
daun tembakau (fisika). Sedangkan di bidang ilmu agama dapat di kaji bahwa
rokok merupakan perbuatan yang sia-sia (makruh hukumnya). Jadi dengan demkian
nampak jelas bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat di kaji dari dua
sisi, yaitu dalam satu bidang ilmu (interdisipiln) maupun dari bidang ilmu yang
berbeda (antar disiplin ilmu). Dengan demikian semakin jelaslah kebemaknaan
pembelajaran itu, karena pada dasarnya tak satupun permasalahan (konsep) yang
dapat di tinjau hanya dari satu sisi saja.
A. Kesimpulan
1. Pemebelajran tematik dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa
mata pelajaran dalam satu tema/topic pembahasan.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
a. Landasan Filosofis Pembelajaran Tematik aliran
filsafat, yaitu
a) Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas
b) Konstruktifisme melihat pengalaman langsung
siswa-siswi sebagai kunci dalam pembelajaran
c) Humanisme Aliran humanisme melihat
siswa dari segi:
1) Keunikan/kekhasannya
2) Potensinya
3) Motivasi
yang dimilikinya.
b. Landasan Psikologis Pembelajaran Tematik
Bahwa
poses pembelajaran itu sendiri berkaitan dengan perilaku manusia, dalam hal ini
yaitu siswa. Pandangan-pandangan psikologis yang melandasai pembelajaran
tematik.
3. Pengorganisasian kurikulum
a. Separated Subject Curriculum, yakni
kurikulum yang segala bahan mata pelajarannya disajikan secara terpisah-pisah
sehingga banyak mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.
b. Correlated Curriculum, ialah
bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara matapelajaran yang
satu dengan yang lain.
c. Integrated Curriculum, yang
dimaksud dengan integrasi adalah perpaduan, koordinasi dan keseluruhan.
B. Saran
Penerapan
pembelajaran tematik hendaknya terus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan rambu-rambu yang benar agar siswa termotivasi dan senang
dalam belajar.
Penerapan pembelajaran tematik hendaknya terus dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik dan rambu-rambu yang benar agar menumbuhkan sikap
positif dan selalu aktif dalam pemecahan masalah pada siswa.
Penerapan
pembelajaran tematik hendaknya terus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan rambu-rambu yang benar agar menambah wawasan guru dan
memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran Pembelajaran
tematik merupakan model pembelajaran yang sudah ada dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan di sekolah dasar sehingga harus dilaksanakan Perlunya kerja
sama dan saling peduli dari warga sekolah dalam rangka meningkatkanmutu
pendidikan di sekolah dengan menerapkan pembelajaran yang lebih aktif, nofatif, kretif, dan tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar