Senin, 07 Desember 2015

HAKIKAT BERBICARA

A.    Hakikat Berbicara
Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan. Dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud serta perasaan disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat difahami oleh penyimak.Dalam berbicara memiliki ketepatan berbicara antara lain yaitu :
a.    Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misal­nya, pengucapan kanuntuk akhiran -kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh (Maidar dan Mukti, 1991).b.     Ketepatan intonasiKesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menim­bulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggahpemberani,kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal. c.    Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran komu­nikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).d.    Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan seba­gainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi  atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanana, dan penempatan. Jika komunikasi berlangsung tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Sebagai batasan dari batasan ini  dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Dengan demikian, ada dua hal penting dalam proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi: pendengaran, penglihatan, dan rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik, yaitu: mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, dan laring yang bertanggung  jawab untuk pengeluaran suara.  Jadi, untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris.Adapun pengertian berbicara secara lebih luas lagi yaitu suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan fakto-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Dari pengertian diatas,  jelas sekali bahwa dalam berbicara seseorang memanfaatkan empat faktor, yaitu;1.      Faktor  fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. dengan demikian, faktor fisik yang digunakan untuk berbicara yaitu mulut.2.      Faktor psikologis, yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara.3.      Faktor neuroogis, yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lainnya yang ikut dalam aktifitas berbicara.4.       Faktor semantik, yaitu yang berhubungan dengan makna.5.       Faktor linguistik yaitu yang berkaitan dengan struktur bahasa yang selalu berperan dalam kegiatan berbicara.
Oleh karena itulah berbicara merupakan suatu alat yang sangat penting bagi kontrol sosial, karena berbicar tidak hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Melainkan suatu alat untuk mengomunkasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.B.     Fungsi Berbicara
Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi aspek kognitif.Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati, menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan kegiatan dan pengajaran berbicara.
Fungsi umumm berbicara adalah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara erat kaitannya dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan, karena keselamatan orang itu ada pada pembicaraannya. Adapun menurut Halliday dan Brown fungsi berbicara dapat dikelompokan menjadi tujuh, yaitu:  1.      Fungsi instrumental, yaitu bertindak untuk menggerakan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan menimbulkan suatu kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan memberikan nasiha-nasihat, perintah-perintah, serta larangan-larangan kepada bawahannya.2.      Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwa-peristiwa. melalui ini, berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah keputusan seorang pengusaha yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.3.      Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan. Sebagai contoh, seorang Penyiar yang menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang mendeskripsikan tentang suatu benda kepada murid-muridnya.4.      Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru yang memberikan permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan.5.      Fungsi personal merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan  perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi Anaknya karena tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.6.      Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan dalam pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bertanya kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen sedang menerangkan.7.      Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan sistem-sistem atu gagasan-gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu yang mendongeng kepada Anaknya, tentang cerita Sangkuriang atau  Malinkundang. C.    Tujuan BerbicaraTujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala sesuatu yang ingin  disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to inform);  menjamu dan menghibur (to entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan. Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang telah disebutkan di atas yaitu: 1.       Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam hal ini, pembicara harus berusaha  berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan  terjaga keakurtannya. Pendengarpun biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di sampaikan dengan penuh kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan seorang Presiden mengenai kenaikan BBM.2.       Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
Berbicara dengan tujuan menghibur biasanya bersuasana santai,  rileks, dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan utama. Contoh berbicara menghibur : Lawaka., Srimulat Cerita Kabayan, dan Cerita Abu nawas.
3.      Membujuk, Mengajak,dan  Mendesak, (to persuade)Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas mengerjakan tugas.4.      Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya sebagai anggota legislatif.

Didalam tujun ada pula strategi dalam berbicara, strategi komunikasi atau communication strategies. Ada beberapa hal dalam strategi komunikasi yaitu : 

Ø  Menggunakan kata-kata yang banyak / tidak langsung
Ø  Pembentukan kata baru (pilihan kata yang baru)
Ø  Mengubah kata-kata  baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing) contoh : karpet.
Ø  Menggunakan kata yang saling berhubungan atau kata-kata alternative (menyederhanakan kata-kata yang masih khusus) contoh : meja kerja
Ø  Menggunakan kata-kata yang umum yang sudah dikenal.
Ø   Menggunakan gerak tubuh atau mimic untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan.
 Terdapat beberapa aktivitas yang mempermudahkan seseorang untuk belajar keterampilan berbicara, seperti mengubah topic, merespon, atau  menolak, beberapa hal yang perlu diyakini :
1.      Attention (memperhatikan)
2.      Noticing (mengenali)
3.      Understanding (memahami)
Strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulus respon, yakni memberi dan menerima informasi, rancangan program pengajaran untuk mengembangkan ketrampilan berbicara yaitu :Ø  Aktivitas mengembangkan keterampilan bicara secara umum dan khusus untuk membentuk model diksi dalam ucapan dan mengurangi penggunakan bahasa nonstandard,
Ø  Aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus.
         



Tidak ada komentar: