Sabtu, 05 Maret 2016

MAKALAH VALIDITAS DAN REALIBILITAS

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan evaluasi dan proses analisis dari evaluasi.  Manfaat dari analisis evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran. Karena itu  begitu pentingnya guru mengadakan analisis butir soal (distraktor, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan kualitas soal), validasi dan reliabilitas instrument.
Hasil dari proses penilaian perlu dilakukan analisis, untuk melihat validitas dan efektivitas instrument, serta untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan proses pembelajaran. Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis terhadap hasil belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran. Fungsi analisis untuk guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan pembelajaran dan sebagai bahan untuk merevisi dan mengembangkan pembelajaran dan tes. Bagi siswa, analisis diharapkan berfungsi mengetahui keberhasilan belajar, mendiagnosa mengoreksi kesalahan belajar, serta Memotivasi siswa belajar lebih baik. 
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru siswa dan keterlaksanaan program belajar mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis soal berupa validitas dan reliabilitas tes yang berguna sebagai pedoman bagi pendidikan dalam melakukan analisis soal terutama untuk soal objektif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana realibilitas tes?
2.      Bagaimana validitas tes?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui reliabilitas tes.
2.      Untuk mengetahui validitas tes.

D.    Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas tentang validitas tes dan reliabilitas tes.












BAB III
PEMBAHASAN

A.    Realibilitas tes
Realibilitas berarti dapat dipercaya. Realibilitas berarti dapat dipercayanya sesuatu. Tes yang reliable berarti bahwa tes itu dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau tetap. Tidak menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti.
Unreliability suatu tes dapat disebabkan oleh dua macam faktor yaitu:
1.      Situasi pada waktu testing berlagsung
Hal ini mencakup keadaan jasmaniah dan rohaniah dari anak. Misalnya:
Anak tidak dalam kondisi tubuh yang baik atau kurang sehat
Menghadapi tes dengan perasaan takut
Mengerjakan tes dengan gugup, atau terburu-buru
Tidak mengerjakan tes dengan sepenuh hati
Dan lain sebagainya.
2.      Keadaan tes itu sendiri
Hal ini berhubungan dengan kualitas dari soal-soal tes tersebut.
Mengenai kualitas dari tes-item ini misalnya:
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ambigous, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan banyak tafsiran dan banyak jawaban.
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab, sebab kurang memberikan keterangan-keterangan yang lengkap.
Untuk mengatasi hal ini, pertama, seseorang yang akan menyusun tes harus benar-benar menguasai bahan yang akan diteskan dengan mendalam, dengan sempurna.
Kedua, seseorang yang menyusun tes harus menguasai teknik-teknik bagaimana cara membuat soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan.
Realibilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi  jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Jika validitas terkait dengan ketetapan obyek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk dapat memperoleh gambaran yang ajeg memang sulit karena unsure kejiwaan manusia itu sendiri tidak ajeg. Misalnya kemampuan kecakapan, sikap, dan sebagainya berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes banyak sekali. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
1.      Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya. Semakin panjang tes, maka reliabilitas dan validitasnya semakin tinggi.
2.      Hal yang berhubungan dengan tercoba (testee)
Tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih, akan menunjukkan reliabilitas yang lebih besar daripada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara dipilih.
3.      Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes
Faktor penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes antara lain: petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai, pengawasan yang tertib dan suasana lingkungan dan tempat tes.

B.     Validitas tes

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1986). Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Validitas tes biasa juga disebut sebagai kesahihan suatu tes adalah mengacu pada kemampuan suatu tes untuk mengukur karakteristik atau dimensi yang dimaksudkan untuk diukur. Sedangkan reliabilitas atau biasa juga disebut sebagai kehandalan suatu tes mengacu pada derajat suatu tes yang mampu mengukur berbagai atribut secara konsisten (Brennan, 2006).[1]
Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar manyasar keapada apa yang dituju. Tes tersebut benar-benar dapat memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan. Jika tes itu bahasa, maka tes tersebut harus diberikan gambaran tentang kemampuan dan kacakapan anak dalam hal bahasa, dan bukan manunjukkan gambaran kecakapan anak dalam hal ekonomi, ilmu bumi dan sebagainya. Guna menjelaskan pengertian valid ini, dapat kita ambil contoh sebagai berikut:
Jika kita ingin mengetahui berat dari suatu benda, maka kita pergunakan alat pengukuran timbangan. Jika ingin mengetahui panjang sesuatu, maka kita pergunakan alat pengukur meteran. Dan jika kita ingin mengetahui suhu sesuatu, kita pergunakan alat pengukur thermometer.
Sifat valid diperlihatkan oleh tingginya validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak valid akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat.
Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam "alat ukur ini valid" adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana? Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Menurut Ebel (dalam Nazir) membagi validitas menjadi:
1.      Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.
2.      Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3.      Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
4.      Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
5.      Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
6.      Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
7.      Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.
8.      Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
9.      Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Sementara itu, Kerlinger membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Semua jenis kesahihan harus diperhatikan untuk semua jenis tes, hanya penekanan yang berbeda. Tes psikologi menekankan pada konstruksi tes, tes pencapaian belajar menekankan pada kesahihan isi, sedangkan tes seleksi menekankan pada kesahihan kriteria, terutama pada kesahihan prediktif.
1.      Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan? atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya. Validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu:
a.       Validitas muka  (Face Validity)
Tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi. Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesment), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.


b.      Validitas Logis (Logical Validity)
Disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan. Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.
c.       Validitas Faktor
Penilaian hasil belajar yang diukur oleh faktor, factor ini dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor seriap hari factor dengan total skor, dan dari faktor skor  yang satu dengan yang lain.
d.      Validitas Isi
Digunakan dalam penilaian hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan,dan perubahan-perubahan psikologis yang timbulpada diri peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran tertentu.Validitas isi ini juga sering disebut dengan validitas kulikuler dan validitas perumusan, karna sering terjadi materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek yang akan diukur, baik aspek kognitif,baik aspek efektif, maupun psikomotorik,tetapi hanya pengetahuan yang bersifat fakta-fakta pelajaran tertentu.
e.       Validitas Empiris
Validitas ini menggunakan teknik statistik, disebabkan mencari skor tesdengan suatu kriteria yang merupakan suatu tolak ukur diluar tes yang bersangkutan,ada 3 macam validitas empiris yaitu:
a.       Validitas prediktif (predictif validity)
b.      Validitas kongkuren (concurrent validity)
c.       Validitas sejenis (congruent validity)
Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.
Macam-macam validitas, adalah sebagai berikut:                                   
1.      Validitas logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah intrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirangang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Validitas konstrak sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
2.      Validitas empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran.  Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada disebut validitas “ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki concurrent validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki predictive validity.






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Reliabilitas atau biasa juga disebut sebagai kehandalan suatu tes mengacu pada derajat suatu tes yang mampu mengukur berbagai atribut secara konsisten
2.      Validitas tes biasa juga disebut sebagai kesahihan suatu tes adalah mengacu pada kemampuan suatu tes untuk mengukur karakteristik atau dimensi yang dimaksudkan untuk diukur.

B.     Saran
1.      Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya, dan semoga makalah ini dapat memberikan beberapa informasi yang bermanfaat bagi Anda semua.
2.      Bagi pembaca hendaknya bisa memahami dan menghayati tentang latihan analisis butir (validitas tes dan reliabilitas tes).





Tidak ada komentar: